“Mencari Sekeping Hati yang Hilang”

heartRasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam pernah bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging yang jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan Jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya, ia adalah hati.”

 (Muttafaq ‘alahi).

 

                HATI, sebuah kata yang berasal dari bahasa arab qalbunyaitu anggota badan yang letaknya di sebelah kiri dada dan merupakan bagian terpenting bagi pergerakan darah. Dikatakan juga  hati sebagai qalb, karena sifatnya yang berubah-ubah.  Ibnul Qoyyim Al Jauziyah pernah mengatkan bahwa hati manusia terbagi dalam 3 kondisi:  Qalbun Salim  (hati yang sehat), Qalbun Mayyit  (hati yang mati) dan Qalbun Maridh (hati yang sakit).

Berikut penjelasan singkat mengenai 3 kondisi hati seseorang:

1.      Hati yang sakit (Qalbun Maridh)

Ia merupakan hati yang senantiasa dipenuhi penyakit yang bersarang di dalamnya. Di antaranya seperti Riya’, hasrat ingin dipuji, Hasad, dengki, ghibah dan sebagainya. Juga sikap sombong dan tamak. Orang yang memiliki Qalbun maridh (hati yang sakit) akan sulit menilai secara jujur apapun yang tampak di depannya. Saat melihat orang lain sukses, maka ia akan timbul iri dan dengki. Jika saudaranya yang mendaptakn kenikmatan, maka yang timbul adalah resah, gelisah, dan ujung-ujungnya menjadi benci.

Saat dihadapkan pada siapapun yang memiliki kelebihan, maka hatinya akan serta merta menyelidiki bibit-bibit dan kekurangannya. Dan apabila sudah menemukan kekurangan tersebut, hatinya pun akan merasa senang bukan kepalang, ibarat menemukan barang berharga, ia pun lalu mengumbar dan mengabarkan kekurangan orang itu kepada orang lain hingga kelebihannya menjadi tenggelam. Naudzhubillah, semoga Allah melindungi kita dari kondisi hati yang sakit.

2.      Hati yang mati (Qalbun Mayyit)

Hati ini sepenuhnya di bawah kekuasaan hawa nafsu, sehingga ia terhijab dari mengenal Allah Subhanahu Wata’ala. Hari-harinya adalah hari-hari penuh kesombongan terhadap Allah, sama sekali ia tidak mau beribadah kepada-Nya, dia juga tidak mau menjalankan perintah dan apa-apa yang diridhai-Nya.

Kondisi hati seperti ini berada dan berjalan bersama hawa nafsu. Ia tak peduli, apakah Allah ridha atas apa yang dilakukan atau tidak? Bila mencintai sesuatu, ia mencintainya karena hawa nafsunya. Begitu pula apabila ia menolak, mencegah, membenci sesuatu juga karena hawa nafsunya.
3. Hati yang baik dan sehat (Qalbun Salim)

       Inilah kondisi hati orang beriman. Hati ini adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan dengan cahaya terangnya dan bertempat di nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang). Hati yang baik dan sehat ini terbebas dan selamat dari berbagai macam sifat tercela, baik yang berkaitan dengan Allah maupun yang berkaitan dengan sesama manusia dan makhluk Allah di alam semesta ini.

Karenanya, sangat penting bagi kita semua menjaga hari-hari dalam kehidupan kita, baik di lingkungan keluarga  serta bermasyarakat. Menjaga hati agar tetap selalu konsisten dalam ridho dan petunjuk Allah. Karena seringkali kita melalaikan hal-hal kecil yang tanpa kita sadari telah mengeroposkan kekuatan hati yang merupakan sumber berperilaku sehingga hati kita sangat sulit untuk menjadi sehat.

Maka dari itulah sebagai seorang Muslim kita dianjurkan untuk selalu berdoa di dalam shalat agar diberi ketetapan hati pada agama yang lurus (Islam). Karena, sesungguhnya hati itu dapat berkarat sebagaimana besi berkarat, dan cara membersihkannya adalah dengan mengingat Allah (dzikrullah). Dan ada dua hal yang menjadikan hati kita berkarat yaitu lalai dan dosa. Maka ada dua hal pula yang dapat kita lakukan agar hati kita kembali bersih, yaitu istighfar dan dzikrullah.

Carilah hatimu di 3 tempat..
Cari hatimu sewaktu membaca Al-Quran..
Jika tidak kau temui, carilah hatimu ketika mengerjakan sholat..

Jika tidak kau temui,juga carilah hatimu ketika kau duduk bertafakur mengingati mati..
Jika tidak kau temui juga, maka berdoalah kepada ALLAH, mintalah hati yang baru karena hakikatnya pada saat itu kau tidak lagi mempunyai hati.” 
(Imam Al Ghazali)

Jadi, termasuk yang manakah kondisi hati kita? Semoga hati kita ini adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan dengan cahaya terangnya dan bertempat di nafsul mutmainnah (jiwa yang tenang).

 

Ervira Rusdhiana,

Biro Khusus Kaderisasi 1434 H

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.