#NoHijabDay: Sebuah Penjelasan

Oleh: Yuliyanti Hasanah (Departemen Kajian Strategis)

(Departemen Kajian Strategis JS UGM 1439 H)

Salah satu isu yang akhir-akhir ini geger di media sosial selain “Kartu Kuning Jokowi” ialah hashtag #NoHijabDay di twitter. Gerakan ini muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah Iran yang mewajibkan perempuan memakai hijab tanpa terkecuali (bahkan non muslim sekalipun). Berdasarkan artikel yang dimuat limilaties.net tentang The Personal, The Political, and The Public: Performing Hijab in Iran”, kebijakan Pemerintah Iran dalam mewajibkan hijab ini diawali ketika Revolusi 1979 dengan jatuhnya rezim monarki Pahlavi yang melarang pemakaian hijab dan terpilihnya Ayatollah Khomeini sebagai pemimpin baru yang membuat peraturan wajib hijab kembali. Pada 8 Maret 1979, sehari setelah peraturan tersebut diresmikan, ribuan perempuan turun ke Jalan Teheran menuntut Khomeini bahwa peraturan terhadap perempuan yang menolak berhijab tidak ada bedanya dengan memaksa perempuan menanggalkan hijab seperti yang dilakukan Pahlavi.

Revolusi Hijab di Iran (sumber google.com)

Perempuan yang merasa terkekang dengan peraturan wajib hijab ini semakin hari semakin meningkat, puncaknya yaitu pada 11 Oktober 2011 –mereka bersepakat untuk membuat gerakan “melepas hijab dalam sehari”. Gerakan ini terus berlanjut hingga 31 Januari 2018 kemarin. Mereka melakukan aksi di jalanan dengan naik ke atas kotak saluran telekomunikasi, melepaskan hijab, dan membuang hijabnya. Aksi ini semakin viral sebab diadakan bertepatan dengan World Hijab Day pada 1 Februari lalu.

Yasmen Mohamed merupakan salah satu aktivis yang memviralkan hashtag #NoHijabDay ini. Dalam tweetnya ia berkata, “Dalam solidaritas dengan wanita yang terpaksa memakai jilbab,” disertai dengan video dirinya melepas kerudung dan membakarnya.

Tweet Yasmen (sumber: twitter.com)

Beberapa orang juga mengikuti jejaknya melepas kerudung dan membakarnya. Hal ini dilakukannya sebab mereka merasa tertekan dengan hijab yang dipakainya. Selain itu, ia juga ingin memiliki kebebasan sebagai seseorang feminisme dan ingin membuat orang-orang yang merasa tertekan juga melepas hijabnya sebagai bentuk solidaritas.

Mengapa mereka bisa dengan senang hati melepas dan membakarnya? Sebenarnya fungsi hijab itu apasih? perintah agamakah? Apa cuma sekedar mode fashion terkini? atau hanya untuk mengupload di instagram? Eh ?

Saya yakin teman-teman mengetahui apa itu hijab. Walaupun, sebenarnya kata yang tepat untuk mendeskripsikan penutup kelapa hingga dada ini ialah khimar. Sedangkan, hijab adalah penghalang atau penutup yang membatasi pandangan muslimah dengan yang bukan mahramnya.

Well, di sini aku hanya ingin lebih fokus ke melepas hijabnya. Sebagai umat islam tentu kita tidak akan melepas hijab begitu saja bukan? Meskipun, istiqamah dalam memakai hijab itu hal yang sulit dipertahankan. Apalagi orang awam seperti kita, imannya masih naik turun tiap harinya. Maka dari itu, kita harus mengetahui peran hijab yang sebenarnya. Sebagaimana yang terdapat dalam Qs. An-Nur ayat 31:

Artinya: Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, Agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya… (QS. An Nur: 31)

Dalam ayat tersebut dengan jelas Allah memerintahkan para muslimah untuk menutup aurat termasuk berhijab sehingga tidak ada satupun alasan untuk tidak berhijab. Jadi, hijab merupakan kewajiban bukan suatu pilihan dalam hidup. Walaupun, hijab yang kita gunakan belum syar’i atau sikap kita yang masih jauh dari kata islami. Akan tetapi, setidaknya kita sudah memenuhi kewajiban-Nya dan berusaha menjadi lebih baik, bukan? Selain itu, hijab merupakan identitas bagi seluruh perempuan muslim. Jika kita memakai hijab maka artinya kita menjaga kehormatan dan kesucian diri kita. Seperti dalam Qs. Al-Ahzab ayat 59:

Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, sehingga mereka tidak diganggu/disakiti. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sangat disayangkan ketika ada seseorang yang melepas hijabnya. Walaupun, kita tidak mengetahui detail permasalahan dalam hidupnya atau kondisi lingkungannya. Istiqamah memang sulit, butuh kesabaran dan lingkungan yang mendukung. Akan tetapi, kita juga harus selalu mengingat bahwa hijab ialah kewajiban dari Allah bukan cuma dari pemerintah seperti di Iran. Sehingga kita tidak bisa dengan seenaknya melepas hijab apalagi membakarnya hingga mengajak orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Seharusnya mereka juga tidak mempublikasikan gerakan ini dan tetap menyatakan bahwa hijab itu kewajiban bukan paksaan. Sebab hal yang seperti ini dapat menggiring opini banyak orang ke arah yang salah dan bisa mengubah pandangan orang tersebut untuk mengikutinya.

Gerakan #NoHijabDay mengatasnamakan kebebasan, feminisme, dan solidaritas dapat dicapai setelah melepas hijab. Justru sebaliknya, kebebasan tidak bisa didapat dengan melepas hijab sebab berbagai masalah akan muncul setelahnya. Kebebasan yang ingin diperoleh gerakan #NoHijabDay juga sangat berbeda dengan kebebasan pada gerakan #WorldHijabDay yang menginginkan tidak adanya diskriminasi dalam kehidupan. Gerakan #WorldHijabDay terdiskriminasi di negara minoritas mulai dari perlakuan di jalanan hingga hak untuk mendapatkan pekerjaan, Astagfirullah.

Mereka juga merasa tertekan saat memakai hijab karena mereka melakukannya atas aturan dari pemerintah yang dianggap memaksa. Padahal, perasaan tertekan tidak akan datang jika kita ikhlas melakukannya. Islam memerintahkan berhijab sebab Allah sangat memuliakan perempuan sehingga kita akan terhindar dari hal-hal yang membawa kemudharatan.

Setiap orang memang memiliki kebebasan, pilihan hidup, dan haknya masing-masing asal tidak mengganggu orang lain. Akan tetapi, kita juga harus mulai menyadari bahwa pilihan itu semata-mata harus karena Allah. Oleh karena itu, mari kita jadikan agama sebagai prinsip hidup sehingga kita akan melihat sesuatu dari perspektif agama bukan hanya dengan pemikiran kita yang fakir ilmu ini.

Waallahu a’lam bi al-shawwâb. Sebenarnya kenapa di awal aku tulis Hari Menutup Aurat karena dulu waktu SMA kita sering mengadakannya bertepatan dengan VDay, hehe. Jazaakumullah khayran sudah membaca.

 

Daftar Rujukan:
http://liminalities.net/12-3/hijab.pdf
http://www.iranreview.org/content/Documents/The-Removing-of-Hijab-in-Iran.htm
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/10/19/ndowhk-astaghfirullah-ada-gerakan-tanpa-hijab-sehari-di-twitter
https://twitter.com/ConfessionsExMu/status/959105875171360768
https://www.mirror.co.uk/news/world-news/women-around-world-burn-headscarves-11979107

Narahubung: Kepala Departemen Kajian Strategis, A Naufal Azizi (0895-3640-19550)

One thought on “#NoHijabDay: Sebuah Penjelasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.