Menjadikan Sholat Selalu Hidup dalam Kehidupan Kita

Menjadikan Sholat Selalu Hidup dalam Kehidupan Kita

Kajian Tazkiyatun Nafs oleh Ust. Drs.Syatori Abdurrouf

Wajah kehidupan manusia di dalam sholat dan di luar sholat seringkali berbeda. Wajah dalam sholat adalah wajah ketaatan karena tidak bisa melakukan pelanggaran dalam sholat. Perumpamaan lain, banyak orang berkeinginan meninggal saat sedang sholat, sedangkan takut bila meninggal ketika beraktifitas di luar sholat karena ketika sedang sholat kita memakai wajah ketaatan. Mengapa wajah di luar dan dalam sholat bisa berbeda? Pertanyaan tersebut ada kaitannya dengan bagaimana kita sholat.

Suasana yang kita rasakan di dalam sholat seharusnya juga kita rasakan di luar sholat. Hal tersebut dapat terwujud dengan cara menjadikan diri kita betul-betul ada di dalam sholat. Banyak orang yang hatinya tidak ada dalam sholat.Ketika sholat, ia masih memikirkan dunia dan hal lain di luar sholat. Bila kita menjadikan sholat ada dalam diri kita, maka secara otomatis ketika tidak sedang sholat kita tetap merasakan ketaatan seperti saat sedang sholat. Orang seperti itu disebut muqimussolah, yaitu orang yang senantiasa mendirikan sholat dan menjadikan dirinya ada di dalam sholat.

Seharusnya kita merasakan suasana yang berbeda pada saat sebelum dan sesudah sholat. Apabila masih merasa biasa saja, berarti pada saat sholat tidak merasa khusyuk. Orang yang tidak merasa khusyuk ketika sholat adalah tanda hatinya berada di luar sholat. Inilah muqimussolah yang dimaksud. Muqimussolah adalah sebutan baik ketika sholat maupun sesudah sholat.Kalau ketika sholat tidak bisa disebut muqimussholah bagaimana bisa ketika di luar sholat disebut demikian?

Kata “Muqimussolah” turut diucapkan oleh nabi Ibrahim AS ketika sedang berdoa pada Allahﷻ yang kemudian diabadikan Allah ﷻ dalam Al-Qur’an Q.S Ibrahim: 40.

رَبِّاجْعَلْنِيمُقِيمَالصَّلَاةِوَمِنْذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَاوَتَقَبَّلْدُعَاءِ

Artinya, ” Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” Nabi Ibrahim meminta pada Allah bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keturunan-keturunannya.

Menyinggung ayat di atas, terdapat pesan bahwa selalu ada makna di balik arti.Jadilah orang yang bijak dengan mengetahui makna bukan hanya berhenti di arti. Kata muqimussholah dalam bahasa Arab berarti orang yang mendirikan sholat, tetapi di balik itu ada makna. Bila dipahami lebih jauh, muqimussholah bermakna menjadikan sholat sebagai tempat tinggal hati. Ketika hati lelah karena beragam beban yang dipikulnya, seharusnya yang terpikir adalah sholat sebagaimana makna sholat merupakan tempat tinggal hati. Allah sudah menyediakan tempat, seindah-indahnya bagi hati yang lelah, bagi hati butuh rihlah, dan hati yang butuh istirahat, yaitu sholat. Sebenarnya, memahami makna berlaku untuk semua kata. Bila hanya mengetahui sebatas arti, bisa berakibat salah paham.

Sama halnya dengan Rasulullah yang hanya seorang manusia. Beliau juga merasakan lelah atas beban dan tanggung jawab yang diamanahkan padanya. Beliau selalu mengistirahatkan diri dengan sholat. Ini menunjukkan bahwa sholat memang dihadirkan sebagai tempat bermuqimnya hati.

Berikut merupakan cara untuk menjadikan diri ada dalam sholat;

  1. Berupaya menghadirkan kesadaran dalam sholat.

Ketika sholat kita sadar bahwa Allah melihat dan mendengar semua yang kita perbuat dalam sholat. Kesadaran ini diistilahkan sebagai mutiara dzikrullah. Tanda sudah menjadikan diri kita ada di dalam sholat adalah selama sholat mengingat Allah ﷻ. Menghadirkan diri dalam sholat perlu dilatih dan dibiasakan. Sama halnya seperti burung yang dapat kembali ke sarang ketika dilepas sebab sudah terlatih, begitu pula menghadirkan hati untuk bermuqim pada sholat.

  1. Menjadikan sholat sebagai kesempatan untuk tunduk pada Allah ﷻ.

Tunduk terhadap semua kehendak dan aturan Allah ﷻ pada saat sholat merupakan tanda telah menjadikan diri ada dalam sholat. Ketundukan ini disebut mutiara tha’atullah. Pada waktu sholat tidak berani melanggar perintah Allah. Apabila seseorang taat pada aturan Allah,tetapi tidak bisa khusyuk mengingat Allah saat sholat artinya ada yang bermasalah dalam dirinya sebab dzikrullah dan tha’atullah merupakan satu garis lurus dan saling bersinergi.

  1. Menjadikan sholat sebagai tanda kedekatan pada Allah ﷻ.

Sholat adalah ibadah antara kita dengan Allah secara langsung atau tanpa perantara. Menjadikan diri kita ada di dalam sholat sebagai tanda kedekatan pada Allah merupakan makna dari mutiara tajridullah. Meng-hanya-kan Allah ketika sholat untuk meraih ridhoNya. Bila kita masih menghadirkan sesuatu selain Allah dalam sholat berarti hati kita tidak masuk dalam sholat, melainkan masuk pada hal yang menjadi penyebab hati tidak hadir dalam sholat. Sebagai contoh, ketika sholat jamaah bersama imam yang murrotalnya bagus jadi salah fokus, artinya hati masuk hanya ke imam bukan ke sholat.

Demikian pembahasan menjadikan sholat selalu hidup dalam kehidupan kita yang disampaikan Ust. Drs.Syatori Abdurrouf. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.