Ikhtisar Kajian Ahad Sore Maskam UGM 14 April 2013

maskamugm

1. Hadist ke-83

Shahih Abu Daud (5905), At Tirmidzi (3486), dan An Nasa’i

‘Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah SAW bersbda: “Barang siapa yang mengucapkan, yakni ketika keluar dari rumahnya : Bismillah, tawakkaltu ‘alallah wala haula wala quwwata illabillah – artinya : Dengan menyebut nama Allah, saya bertawakkal kepada Allah dan tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah, maka kepada orang itu dikatakanlah : “Engkau telah diberi petunjuk, telah pula dicukupi keperluanmu, dan telah diberi penjagaan. Syaitan pun menyingkirlah dari orang tersebut.”

Hal-hal yang bisa dipetik dari Hadist tersebut diantaranya:

  1. Jika kita dihadapkan pada kondisi yang sangat genting maka serahkanlah segalanya pada Allah, bukan pada selain-Nya
  2. Setan menjadi lemah dalam menyesatkan orang-orang yang diberikan hidayah dan keimanan oleh Allah. Seperti dalam kisah Imam Ahmad. Suatu ketika, si fulan kesurupan. Kemudian ibunya meminta tolong pada Imam Ahmad untuk me-ruqyah-nya. Imam Ahmad pun datang, dan baru meletakkan terompah atau sandalnya, seketika itu pula setan-setan kabur ketakutan.
  3. Setan saling tolong menolong dalam menyesatkan manusia, sudah sepatutnya kita saling tolong-menolong dalam kebenaran dan kesabaran --> dikecualikan oleh Allah dari merugi
  4. Disunnahkannya kaum muslim membaca doa tersebut diatas saat keluar dari rumah. Harapannya kita mendapat kebaikan dan dijauhkan dari gangguan setan

Kesimpulan Hadist ke-83: Anjuran bahwa setiap kali akan melakukan suatu aktivitas diawali dengan doa à mengingat Allah SWT

2. Hadist ke-84

Diriwayatkan oleh At Tirmidzi (3345)

‘Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : “Ada dua orang bersaudara pada zaman Nabi SAW salah seorang dari keduanya itu datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yang lainnya lagi bekerja. Orang yang bekerja ini mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai saudaranya – yang menganggur itu – lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangkali engkau diberi rizki (oleh Allah) itu adalah dengan sebab adanya saudaramu – yang engkau beri perolongan makan dan lainnya.’

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan sanad Shahih sesuai dengan kriteria Muslim.

Hadist tersebut mengisahkan mengenai dua orang bersaudara yang salah satunya merasa berat karena beban menghidupi saudaranya yang tidak bekerja. Kemudian Nabi menjawab : mungkin Allah memberi rizki karena telah membantu orang lain. Boleh jadi sebab terbukanya pintu-pintu rizki adalah karena hal tsb dan jika kita meninggalkannya mungkin saja pintu rizki akan tertutup untuk kita.

Yang dapat kita petik dari Hadist tersebut:

  1. Sesungguhnya seseorang yang fokus mencari ilmu (agama) dan berusaha memahami ilmu agama untuk menjaga syariat-Nya, maka Allah akan menjaganya dan mencukui segala keperluan mereka. Tercermin pula dari biografi para ulama, dimana tidak ada seorang pun ulama yang meninggal saat menuntut ilmu karena kelaparan. Karena sungguh Allah tidak mungkin menelantarkan da menyia-nyiakan para pencari ilmu.
  2. Menjadi motivasi untuk membantu ‘ulama dan para penuntut ilmu agama. Amal jariyyah tidak melulu dalam bentuk fisik seperti menyediakan bangunan dsb. Memberi makan dan minum, bersedekah dll juga merupakan amal jariyyah. Dengan membantu mereka Allah akan mempermudah kita dalam mencari rizki.
  3. Seseorang dimudahkan dalam mencari rizki salah satu sebabnya karena berbagi (membantu orang yang membutuhkan).
  4. Merupakan suatu kebolehan jika ingin mengeluh dan mengadukan pada penguasa atau pada orang yang bertanggung jawab atas masalah tertentu.
  5. Kesibukan dalam perkara akhirat/agama lebih besar pengagungannya daripada dalam perkara dunia. Seperti pada masa Kekhalifahan Umar bin Khaththab ra. dimana yang boleh berdagang/berbisnis adalah mereka yang telah memahami hukum-hukum syariat mengenai hal tsb, sedangkan mereka yang belum menguasai tidak diperbolehkan.
  6. Sudah sepatutnya para penuntut ilmu mencari rizki dari hasil keringat sendiri dan jangan menggantungkan diri pada orang lain. à tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah.

Kesimpulan Hadist:

Keutamaan menolong saudara kita yang membutuhkan tanpa menganggapnya sebagai beban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.