Pintu-Pintu Masuknya Syaitan

pintusyaitan

Sesuatu yang termulia pada diri manusia adalah hatinya. Hatilah yang bisa mengetahui Allah ta’ala. Pendorong terjadinya tindakan serta usaha, serta yang mengungkap apa yang ada di sisi-Nya. Sedangkan anggota tubuh hanya mengikuti dan melayaninya, laksana pelayan terhadap rajanya.

Adapun fitrah hati adalah menerima hidayah serta menerima nafsu dan syahwat. Kedua kecenderungan ini akan bergumul di dalam hati secara terus-menerus, laksana dua tentara yang saling bertikai, yakni tentara malaikat dan tentara syaitan, hingga akhirnya hati menerima salah satu di antara keduanya. Yang satu besemayam di dalam hati, sedangkan yang satunya lagi menyingkir karena kalah.Ibnul Qayyim mengatakan bahwa hati itu ibarat sebuah benteng, di atasnya terdapat pagar-pagar yang mengelilinginya, dan di atas pagar itu terdapat pintu-pintu. Pada pintu-pintu itu ada tempat-tempat yang retak atau pecah, di mana akal tinggal di dalamnya.

Syaitan merupakan musuh yang ingin memasuki benteng tersebut untuk menguasai dan merebutnya. Benteng itu tidak mungkin terlindungi kecuali terjaga pintu-pintunya. Hanya yang tahu pintu-pintu itu saja yang bisa menjaganya. Dan seseorang tidak akan menyingkirkan syaitan, kecuali jika ia mengetahui pintu-pintu masuknya. Pintu-pintu masuk ini adalah sifat-sifat seorang hamba dan banyak jumlahnya. Di sini akan disebutkan beberapa pintu besar yang menjadi jalan utama masuknya tentara syetan yang berjumlah banyak.

Diantara pintu-pintu besar tersebut adalah kedengkian dan sifat tamak. Jika seseorang tamak terhadap sesuatu, maka ketamakan akan membuatnya buta dan tuli. Akan tetapi cahaya hati nurani akan memberitahukan pintu-pintu masuk mana saja yang dilalui oleh syaitan. Apabila cahaya ini sudah tertutupi oleh kedengkian dan ketamakan, maka dia tidak akan dapat melihatnya. Sehingga dengan demikian syaitan akan mendapatkan peluang. Apa pun yang hendak dicapai oleh orang yang tamak ataupun dengki, yang semua berangkat dari syahwatnya tentu akan dilakukannya, walaupun hal tersebut merupakan sesuatu yang mungkar dan keji. Terkait dengan masalah dengki ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, Janganlah kalian saling membenci, saling memutuskan hubungan, saling mendengki, dan saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.>

Pintu lainnya adalah amarah, syahwat dan keras hati. Amarah adalah bius bagi akal. Apabila tentara akal melemah, maka tentara syaitan maju melakukan penyerangan dan mempermainkan manusia. Diriwayatkan bahwa iblis berkata, “Jika seorang hamba keras hatinya, maka kami bisa membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola.” Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam, “Apakah yang dapat menjauhiku dari murka Allah Azza wa Jalla?” Rasul menjawab, “Janganlah kamu marah!” Dalam hadist lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Orang yang kuat itu bukanlah karena bergulat, akan tetapi orang yang kuat itu adalah yang dapat menguasai diri saat marah.”

Pintu lainnya adalah suka menghias isi rumah, pakaian dan perkakas. Orang seperti ini selalu ingin mempercantik rumahnya, merubah atapnya, temboknya, memperluas bangunannya, memperbagus pakaiannya dan perkakas rumah tangganya, sehingga ia akan merasa rugi karena sepanjang hidupnya hanya memikirkan hal-hal tersebut.

Pintu yang lain adalah kenyang akan makanan. Gejolak syahwat akan meningkat karena kenyang akan makanan sehingga mengabaikan ketaatan pada-Nya. Syahwat perut merupakan perusak yang paling besar. Peristiwa dikeluarkannya Adam ‘alaihissalam dari surga karena tidak bisa mengendalikan syahwat ini. Rasulullah bersabda, Orang Mukmin itu makan dalam satu usus, dan orang kafir itu makan dalam tujuh usus.” Dalam hadist lainnya disebutkan, “Tidaklah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk selai dari perut. Cukuplah anak Adam beberapa suapan sekadar yang bisa menegakkan tulang sulbinya. Jika tidak mungkin, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk napasnya. Pintu yang lain adalah terburu-buru dan tidak memiliki keteguhan hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, Terburu-buru itu dari syaitan dan berhati-hati itu dari Allah.

Pintu yang lain adalah cinta terhadap harta. Selama cinta terhadap harta bersemayam di dalam hati, maka ia akan merusaknya sehingga mendorong seseorang kepada pencarian harta dengan cara yang tidak benar, membawanya kepada sifat kikir, takut miskin, serta mencegahnya untuk mengeluarkan hak yang diwajibkan. Allah ta’ala berfirman, “Dan ketahuilah bahwa Harta dan anak-anak kalian hanyalah cobaan.” (Al Anfal: 28). Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Tidaklah dua ekor serigala yang dilepaskan di tengah sekumpulan domba, lebih rusak daripada hasrat seseorang untuk mendapatkan harta, dan kemuliaan itu hanya bagi agamanya.

Pintu yang lain adalah mengajak orang-orang awam kepada fanatisme madzhab, tanpa melaksanakan amalan sesuai esensinya (kepentingannya).

Pintu lainnya adalah mengajak orang-orang awam untuk berfikir mengenai Dzat Allah, sifat-sifat-Nya, dan masalah-masalah yang sebenarnya di luar jangkauan akal mereka, sehingga membuat mereka ragu terhadap dasar agamanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Begitu cepat manusia bertanya, sampai-sampai mereka berkata, ‘Ini Allah yang menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah?”Pertanyaan orang-orang awam terhadap hal-hal yang tidak jelas merupakan bahaya yang paling besar. Pencarian mereka akan makna sifat-sifat yang dapat merusak mereka sendiri sama sekali tidak memberikan manfaat bagi mereka. Maka yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang awam adalah beriman terhadap apa-apa yang difirmankan Allah ta’ala, serta beribadah sesuai yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

Pintu yang lain adalah berburuk sangka terhadap kaum Muslimin. Melalui pintu ini, syaitan ingi memutuskan tentang diri seorang Muslim berdasarkan buruk sangka, melecehkannya, mengatakan yang macam-macam tentang dirinya serta melihat bahwa dirinya lebih baik dari diri seorang Muslim lainnya. Buruk sangka dapat dibuat sedemikian rupa, menurut selera orang yang berburuk sangka. Orang mukmin adalah orang yang memaafkan orang Mukmin lainnya. Sedangkan orang munafik adalah orang yang mencari-cari keburukan orang lain. Maka setiap Muslim hendaknya berhati-hati terhadap titik-titik sensitif yang sering memncing tuduhan agar orang lain tidak berburuk sangka kepadanya.

Inilah merupakan pintu-pintu masuk bagi syaitan. Maka cara menghadapinya adalah dengan menutup pintu-pintunya dengan membersihkan hati dari sifat-sifat yang tercela. Jika benih-benih tersebut tetap bersemayam di dalam hati, maka syaitan akan lebih leluasa memasukkan bisikan-bisikannya sehinggah mencegah seseorang dari dzikrullah dan membangun hati dengan hiasan takwa.

Perumpamaan syaitan terkait masalah ini adalah seperti anjing lapar yang mendekati seseorang. Apabila di tangannya tidak ada daging atau roti, maka anjing itu pun akan menyingkir seraya orang tersebut berkata padanya, “Menyingkirlah!” Namun, apabila di tangannya ada daging ataupun roti, maka anjing itu tidak akan menyingkir darinya jika hanya dengan kata-kata. Begitu pula hati yang kosong dari santapan syaitan. Syaitan akan menyingkir walau dengan dzikir saja.

Sedangkan pada hati yang telah dikuasai oleh nafsu, maka dzikir hanya berada di pinggirannya saja dan tidak menetap di relungnya, karena relung hatinya telah dikuasai oleh syaitan. Ibnul Qayyim dalam kitab Al Fawaid berkata, “Jika hati dipenuhi dengan kebatilan, lalu yakin dan cinta erhadapnya, maka hilanglah hasrat untuk meyakini dan mencintai kebaikan di dalam hati. Sebagaimana lisan yang selalu berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat, maka ia tidak akan mengucapkannya, kecuali setelah lisannya kosong dari kebatilan itu. Begitu pula naggota tubuh, jika ia selalu sibuk dengan hal-hal yang berbau ketidaktaatan, maka ia pun tidak akan sibuk terhadap ketaatan itu, kecuali setelah ia kosong darinya.

Sama halnya hati, jika ia sibuk mencintai selain Allah, tidak menginginkan-Nya, tidak merindukan-Nya, dan melupakan-Nya, maka hatipun tidak mungkin akan sibuk dengan cinta-Nya, keinginan-Nya dan kerinduan bertemu dengan-Nya, kecuali jika ia tidak lagi memikirkan hal-hal selain-Nya. Lisannya tidak digerakkaun untuk dzikrullah dan anggota tubuh tidak menjadi pelayan bagi-Nya. Maka jika hati selalu sibuk dengan makhluk dan ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat, maka iapun tidak akan member tempat untuk Allah dan mengetahui asma’ wa sifat serta hokum-hukum-Nya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.