Aplikasi Manajemen Tawazun Muslimah Dakwah

Aplikasi Manajemen Tawazun Muslimah Dakwah

Oleh Amin Septianingsih

 

 

Keseimbangan manajemen tawazun dapat dipertimbangkan dalam tiga aspek yaitu aspek thabi’I (alamiah), aspek syar’i, dan aspek da’awi. Dari aspek thabi’i manajemen tawazun bertujuan untuk mengarahkan muslimah agar hidup wajar sesuai fitrahnya, sunnatullah yang berlaku bagi dirinya. Sebagai seorang daiyah hidup alamiah sebagaimana manusia lainnya belumlah cukup. Untuk itu kapasitas alamiah kemanusiaanya haruslah memiliki nilai lebih dibandingkan manusia pada umumnya. Manajemen tawazun dalam hal ini diperlukan untuk menggugah kemanusiaan alamiah seorang daiyah agar menjadi manusia yang unggul di atas manusia pada umumnya.

Dari aspek syar’i, manajemen tawazun bertujuan agar para muslimah dapat menjalankan kewajiban syar’i dengan optimal sehingga memiliki kemampuan dan kepribadian ideal menuju pelaksanaan islam yang sempurna. Ia memiliki kualitas ruhiyah yang menjadi imunitas agar terhindar dari penyakit yang berasal dari diri sendiri dan orang lain. Sementara dari aspek da’awi, manajemen tawazun bertujuan agar muslimah dalam menjalankan kewajiban dakwahnya lebih optimal dan produktif, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Ketika aspek ruhiyah secara memadai mendukung aktivitas dakwah, maka manajemen tawazun akan memberikan pengarahan dalam pengelolaan dakwah muslimah.

Secara singkat kita bisa menyebutkan aspek manajemen tawazun adalah seluruh aspek kehidupan yang ada dalam diri manusia yang disederhanakan menjadi tiga aspek penting yaitu fikriyah, jasadiyah, dan ruhiyah. Untuk menghasilkan seorang muslimah yang berakhlak mulia dan berhati nurani, ketiga aspek itu menjadi landasan pijakan tidak hanya ketika beribadah, tetapi juga hampir dalam semua aktivitas.

 

Menajamkan Kekuatan Ruhiyah

 

Kualitas ruhiyah sang pelaku dakwah harus menjadi prioritas utama dan pertama, terlebih ketika pengembangan dan perputaran dakwah semakin cepat. Belum lagi ketika menghadapi tantangan, halangan, dan tribulasi dakwah yang senantiasa muncul di persimpangan jalan dakwah.

Abdullah Nashih Ulwan menasehati kita tentang pentingnya ruhiyah bagi seorang daiyah yaitu ketika jiwa seorang daiyah telah sepenuhnya bertakwa kepada Allah, rutin membaca Alquran dengan tadabur dan penuh kekhusyukan, dan berzikir kepada Allah secara kontinyu untuk menambah keteguhan dan ketenangan. Ruhiyah  seorang daiyah menjadi garis awal dan stasiun pemberhentian sementara bagi  keberlangsunagn dakwah. Kekayaan ruhiyah senantiasa membersamai dan mengantarkan kesuksesan dakwah ini. Hal itu juga akan mengantarkan sang pelaku dakwah pada suatu kondisi ruh yang selalu terjaga dan meningkatkan kecepatan daya responsnya. Siapapun yang tidak memiliki modal ruhiyah, maka akan tergilas oleh  percepatan dakwah. Adapun modal ruhiyah hanya akan bisa dapatkan tatkala kita bisa berhubungan baik dengan Allah Swt.

Adapun indikator  karakter muslimah dakwah adalah sebagai berikut :

  1. Ikhlas dalam berdakwah
  2. Senantiasa memurnikan aqidah dari bid’ah dan khurafat
  3. Qiyamul lail minimal 3 kali setiap pecak
  4. Puasa sunnah minimal 3 kali setiap bulan
  5. Tilawah minimal 1 juz dalam satu hari
  6. Membaca al ma’surat pagi dan sore setiap hari
  7. Tadabur Alquran minimal satu ayat dalam satu minggu
  8. Sabar dalam menghadapi ujian hidup
  9. Senantiasa bertawakal kepada Allah dalam setiap situasi dan kondisi
  10. Senantiasa berdzikir

 

Terkait peran ruhiyah dalam perjalannan dakwah, bekal yang paling utama dan pertama adalah keikhlasan. Keikhlasan hanya akan diperoleh melalui konsistensi niat karena Allah dan RasulNya, termasuk keikhlasan dalam menjalankan dakwah tidak dengan motivasi dunia.

 

Melejitkan Kekuatan Pikiran

 

          Menajamkan pikiran agar bisa membaca pikiran orang lain. Menurut Anis Matta, kemampuan membaca pikiran dibalik pikiran akan menentukan seberapa jauh orang lain dapat memengaruhi pikiran dan sikap. Begitu kehilangan imunitas kita akan segera berpikir dan bersikap dalam format yang mereka inginkan. Kekokohan aspek fikriyah  sangatlah dibutuhkan oleh seorang muslimah dakwah, mengingat perjalanan dakwah tidak mengenal henti. Dakwah senantiasa mengiringi perputaran roda zaman yang terus berkembang. Dalam kaitan ini seorang daiyah tidak seharusnya ketinggalan zaman.

Kita harus selalu menambah wawasan keilmuan supaya mampu berinteraksi dengan masyarakat yang semakin maju. Jika kita hanya merasa cukup dengan ilmu yang kita peroleh dan enggan menambah informasi, wawasan juga pengetahuan kita  akan tertinggal jauh dari masyarakat dan objek dakwah kita. Ini bukan seorang daiyah harus harus menguasai segala ilmu  pengetahuan, tetapi yang lebih penting adalah menempatkan keilmuan yang dibutuhkan secara proposrsional.

Di antara indikator seorang kader dakwah yang memiliki kekuatan fikriyah adalah :

  1. Menguasai mawad (tema tema dakwah)
  2. Mampu memahami tafsir dan ulumul Quran sesuai tema dakwah sesuai tema dakwah
  3. Mampu memahami hadist dan uluhumul hadist sesuai dengan madah pembinaan diri
  4. Mampu berbahasa arab dan inggris.
  5. Memilki wawasan tentang gerakan gerakan destruktif
  6. Memiliki wawasan global

 

Membangun Kekuatan Fisik

 

Kualitas jasadiyah menjadi salah satu pendukung dan penggerak roda dakwah yang sering dilupakan. Ia sangat diperlukan untuk mengimplementasikan kerja dakwah. Kita bisa mengukur kualitas jasadiyah seorang muslimah dakwah dengan beberapa hal berikut :

  1. Menjaga penampilan fisik dan penampilan
  2. Berolahraga minimal 20 hingga 30 menit setiap hari
  3. Melakukan general check up minimal sekali dalam setahun
  4. Menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan
  5. Mengikuti pola hidup sehat dalam mengonsumsi makanan

 

Kondisi jasmani yang prima seharusnya dimiliki oleh para daiyah, mengingat amanah yang harus dilaksanakan olehnya sangatlah berat dan banyak. Tentang kesehatan dan kekuatan jasadiyah ini telah banyak dikisahkan dalam Alquran maupun oleh Rasulullah dan para sahabat. Kita bisa melihat kisah Thalut yang menghadapi Raja Jalut. Thalut tidak sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang luas tetap juga kekuatan fisik.

Indikator tawazun dalam pola hubungan antara ketiga aspek adalah munculnya figur muslimah dakwah yang mampu mengelola diri dengan berbagai peran yang diembannya secara optimal dan produktif. Keseimbangan berlaku pada diri seorang muslimah apabila terpenuhi seluruh keperluan akal, jasad dan ruhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.