Training With Alumni: “From Dream to Habit”

Training With Alumni: “From Dream to Habit”

Oleh : Riyanto

Biro Khusus Kaderisasi Jama’ah Shalahuddin 1437 H

Jama’ah Shalahuddin sebagai Unit Kerohanian Islam Universitas Gadjah Mada mendorong seluruh anggota untuk selalu berprestasi baik secara akademik maupun non-akademik. Tidak hanya berprestasi, anggota juga dituntut untuk memiliki masa depan yang jelas. Hal ini sebagai perwujudan dari visi Jama’ah Shalahuddin, yaitu sebagai kontributor bagi terwujudnya intelektual muslim serta sebagai lembaga kemahasiswaan terbaik.

Untuk itu, Jama’ah Shalahuddin menyelenggarakan pelatihan pengembangan diri bagi anggota bersama Dr. Hasanuddin Abdurakhman. Beliau merupakan alumnus Jama’ah Shalahuddin dan sekarang menjabat sebagai General Manager PT. Toray Industries Indonesia, cabang Toray Group Jepang di Indonesia.

Pelatihan dengan mengangkat tema “From Dream to Habit” dilaksanakan pada Sabtu, 3 Desember 2016, di Pusat Studi Kebudayaan UGM. Sejumlah 28 anggota aktif Jama’ah Shalahuddin mengikuti pelatihan tersebut dari angkatan 2013 hingga angkatan 2016.

Dr. Hasanuddin Abdurakhman atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kang Hasan menyampaikan beberapa pengalaman, motivasi, serta pengarahan langsung mengenai kepribadian dan perencanaan masa depan anggota Jama’ah Shalahuddin, terutama dalam upaya menghadapi dunia kerja.

Budaya tepat waktu dan disiplin ditekankan beliau kepada para peserta pelatihan. “Saat saya jadi doktor, jadi profesor di Jepang, dan bekerja di perusahaan di Jepang, ada yang berkomentar, ‘Hasan ini mengalami pendidikan di Jepang’, maka saya katakan, No way, this is the value of Islam, kenapa sih tepat waktu kok (identik dengan) Jepang, bukan orang Muslim”, ungkap beliau yang merupakan lulusan Fisika Fakultas MIPA UGM serta mendapat gelar Ph.D bidang fisika terapan di Tohoku University, Jepang. Beliau terheran dengan pandangan yang salah dari beberapa umat Muslim terhadap budaya disiplin. Padahal, disiplin merupakan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam bukan diadopsi dari Jepang.

Beliau menyampaikan bahwa anggota JS jangan menganggap Jama’ah Shalahuddin sebagai mainan. Pengalamannya di Jama’ah Shalahuddin periode tahun 1989-1992 dengan jabatan tertinggi saat itu sebagai Sekretaris Umum, mengantarkannya menjadi General Manager saat ini. Sebab, kemampuan yang diasah di Jama’ah Shalahuddin terpakai dalam dunia usaha.

Seusai memberikan pelatihan sekitar enam jam, acara diakhiri dengan foto bersama. Beliau berharap bahwa kegiatan ini tidak hanya memberi efek sesaat terhadap peserta, melainkan akan memberikan perubahan hingga seterusnya. Oleh karena itu, beliau menyarankan untuk dilakukan upaya follow up berupa pembentukan grup media sosial sebagai upaya berbagi dan monitoring yang akan dipandu langsung oleh beliau.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.