Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Adian Husaini, S.KH., Ph.D. membicarakan mengenai pentingnya adab sebelum ilmu dalam ceramah tarawih hari Jumat tanggal 29 Maret 2024 di Masjid Kampus UGM. Ceramah yang ia bawakan memiliki tema besar “Menyongsong Pendidikan Islam sebagai Upaya Mewujudkan Generasi Gemilang”.
Ia membuka ceramahnya dengan menceritakan sebuah konferensi internasional tahun 1977 di Mekkah yang membahas problematika umat Islam dan pendidikan Islam. Kesimpulan dari konferensi tersebut kemudian dibukukan dengan judul Aims and Objectives of Islamic Education yang diedit oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Satu hal penting yang disepakati dari pertemuan tersebut juga adalah akar masalah yang menimpa umat Islam dewasa kini yakni hilangnya adab.
Adian Husaini mengatakan bahwa hilangnya adab merupakan hilangnya disiplin. Disiplin mengenai jasmani maupun rohani seorang manusia. Untuk itu, solusi yang bisa dilakukan oleh umat muslim menurut Syed Muhammad Naquib Al-attas adalah dengan mendirikan suatu model universitas Islam yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Kemudian pada akhirnya dibangun 3 universitas internasional yang masih berdiri hingga saat ini.
Rasulullah saw. juga sudah memberikan model pendidikan yang abadi dan ideal, yakni beradablah sebelum berilmu. Ada satu kitab legendaris dalam pendidikan di Indonesia yang ditulis oleh Kyai Haji Hasyim Asyari berjudul Adabul Alim wal Muta’alim yang berisi rumusan adab mengenai adab guru dan adab murid.
“Adab adalah sesuatu yang tertinggi dalam ajaran islam,” ucap Adian Husain. Kemudian ia melanjutkan dengan menjelaskan bahwa pembelajaran mengenai adab sudah diterapkan oleh guru-guru terdahulu yang pada akhirnya bisa melahirkan ulama-ulama serta orang-orang besar.
Sebenarnya dalam Islam, pendidikan tentang disiplin adab diajarkan setiap hari dari bangun tidur hingga tidur lagi. Terlihat dari rangkaian doa-doa yang jika diamalkan tanpa putus akan menjadi pembelajaran disiplin adab setiap hari.
Panduan mengenai pembelajaran adab juga ada dalam QS. Luqman ayat 12-19, di sana dijelaskan bahwa hal pertama yang harus dimiliki oleh pendidik adalah memiliki hikmah. Setelah itu barulah pembelajaran mengenai adab kepada Allah atau sering disebut ajaran tauhid. Dilanjutkan dengan adab kepada keluarga, kemudian pembelajaran mengenai visi akhirat yang menyatakan bahwa sekecil apapun perbuatan kita, akan dibalas di akhirat. Setelah semua rangkaian tersebut, barulah anak dipersiapkan menjadi pejuang dakwah karena manusia baru bermakna dan berharga jika ia bermanfaat.
Seringkali umat Islam menganggap bahwa pada akhirnya akan ada satu orang yang akan menjadi pejuang, padahal kebangkitan satu umat pasti diawali dengan lahirnya satu generasi baru. Untuk itu, langkah pertama yang bisa dilakukan untuk memperbaiki umat adalah perbaikan ilmu. Namun sebelum itu, perbaikan adab harus dilakukan demi mencegah penyakit umat yang kian merebak.
Penyakit umat tersebut sesuai dengan yang disabdakan rasul. Penyakit pertama adalah terlalu memuja dunia, kemudian meninggalkan dakwah, dan penyakit ketiga saling caci maki sesama umat Islam. Hal itu bisa jadi dikarenakan pengajaran ilmu yang tidak disertai pengajaran adab karena ilmu tanpa adab mengantarkan orang-orang menjadi perusak.
Indonesia memiliki visi Indonesia emas 2045, maka sejak sekarang pendidikan Indonesia harus dibenahi. Pembicara kita mengusulkan sudah saatnya kampus-kampus tidak hanya dikotomis, tetapi juga ada jurusan atau prodi yang memadukan antara sains dengan ilmu Tafsir Al Qur’an. Misalnya: jurusan Kedokteran dan Tafsir Al Qu’an. Indonesia memiliki potensi besar akan hal itu karena 93% masyarakat Indonesia menyatakan agama itu penting. Hal itu membuktikan bahwa peradaban baru masih bisa dibentuk. (Hanung Maura/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif RDK)