Ringkasan Kajian Ahad Pagi Ahad, 3 November 2024 Al-Baqarah ayat 268-269 Intimidasi Setan akan Kemiskinan dan Pemahaman yang Benar Terhadap Al-Qur’an Pembicara : Ustadz Ridwan Hamidi, Lc., M.P.I., M.A. اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاۤءِۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًاۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌۖ ٢٦٨ Artinya: “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), […]
Author Archives: lennyaureliaamilia
Ringkasan Kajian Ahad Pagi Ahad, 6 Oktober 2024 Al-Baqarah ayat 261-263: Pahala Berinfak di Jalan Allah dan Etikanya Pembicara : Ustadz Abu Abdirrahman, S. Pd. I., M. Pd. I. Al-Baqarah 261 مَثَلُ الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنۡۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِىۡ كُلِّ سُنۡۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍؕ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنۡ يَّشَآءُ ؕ […]
Ringkasan Kajian Ahad Pagi Ahad, 6 Oktober 2024 Al-Baqarah ayat 261-263: Pahala Berinfak di Jalan Allah dan Etikanya Pembicara : Ustadz Abu Abdirrahman, S. Pd. I., M. Pd. I. مَثَلُ الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنۡۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِىۡ كُلِّ سُنۡۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍؕ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنۡ يَّشَآءُ ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡمٌ […]
Ringkasan Kajian Ahad Pagi Ahad, 13 Oktober 2024 Al-Baqarah ayat 261-264: Pahala Berinfak di Jalan Allah dan Etikanya Part 2 Pembicara : Ustadz Abu Abdirrahman, S. Pd. I., M. Pd. I. Notulis : Anisa Dwi Al-Baqarah 264 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ […]
Ringkasan Kajian Ahad Pagi Ahad, 20 Oktober 2024 Tafsir Q.S. Al Baqarah 2 : 265-266 “Berinfak Karena Allah dan Berinfak Karena Selain-Nya” Pembicara : Ust. Ridwan Hamidi, Lc., M.P.I., M.A. QS. Al Baqarah ayat 265 وَمَثَلُ الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمُ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ اللّٰهِ وَ تَثۡبِيۡتًا مِّنۡ اَنۡفُسِهِمۡ كَمَثَلِ جَنَّةٍۢ بِرَبۡوَةٍ اَصَابَهَا وَابِلٌ فَاٰتَتۡ اُكُلَهَا […]
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ ٢
“Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah menganugerahkan kepadanya (orang itu) kerajaan (kekuasaan), (yakni) ketika Ibrahim berkata, “Tuhankulah yang menghidupkan dan mematikan.” (Orang itu) berkata, “Aku (pun) dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Kalau begitu, sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur. Maka, terbitkanlah ia dari barat.” Akhirnya, bingunglah orang yang kufur itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”
[PENJELASAN]
Imam Mujahid mengatakan, “Raja bumi ada 4, dua mukmin dan dua kafir. Untuk dua raja mukmin, ada Dzulqarnain dan Sulaiman, sedangkan 2 raja yang kafir adalah Namrudz dan Bukhtanshar”. Namrud yang berkuasa 400-an tahun mendebat seorang Ibrahim dalam suatu perkara yang semua orang secara fitrah dapat mengetahuinya. Walaupun dirinya yakin, ia mengingkari dengan kedzaliman. Dalam hal ini, Raja Namrud berpura-pura tidak tahu, sombong, keras kepala, dan serta mencoba untuk mendebat. Tidak ada yang mendorong Namrud seperti itu (dzalim), melainkan kekuasaan yang dimilikinya. Padahal kekuasaan tersebut diberikan oleh Allah. Oleh karena itu, di antara kekuasaan yang meliputi harta dan pasangan hidup, kekuasaanlah yang paling berbahaya. Dengan kekuasaan, manusia dapat memperoleh harta dan pasangan hidup. Sementara itu, bagi orang-orang yang bertakwa, kekuasaan tidak akan menjatuhkannya pada perkara yang buruk.
Nabi menceritakan bahwa terdapat 7 orang yang akan dinaungi pada hari kiamat yaitu: Pertama adalah penguasa yang adil. Sementara itu, bagi orang-orang yang berlomba untuk memperoleh kekuasaan, mereka akan cenderung termasuk pada kelompok orang-orang yang ingin merusak agamanya sendiri. Raja Namrud merupakan golongan manusia yang melampaui batas (فطغى) dan berlaku dzalim (وبغْى), Ia melihat dirinya sebagai manusia yang paling berkuasa di antara manusia-manusia lainnya. Beliau mengklaim bahwa Ia mampu melakukan perkara yang sebagaimana dilakukan Allah Ta’ala. Namrud tidak ada bedanya dengan bagaimana kondisi Fir’aun. Kekuasaan telah membuatnya melakukan perkara-perkara yang merusak agama.
Lebih lanjut Namrud kemudian bertanya kepada Ibrahim, “Siapa Tuhanmu?”. Ibrahim menjawab, “Rabb-ku ialah yang menghidupkan dan mematikanku (قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُۗ)”. Maksud pernyaaan ini adalah nabi Ibrahim ingin mengkhususkan bahwa hanya Allah yang Maha Esa lah yang Maha Melakukan perkara tersebut. Dengan demikian, nabi Ibrahim mengkhususkan bahwa kemampuan yang mematikan dan menghidupkan ialah hanya kemampuan Allah Ta’ala. Dalam hal ini, perkara menghidupkan merupakan awalan kehidupan dunia. Sementara itu, perkara mematikan adalah merupakan awalan kehidupan akhirat.
Namrud kemudian berkata, “Aku menghidupkan serta mematikan”. Pada kalimat tersebut, Mamrud tidak mengatakan ‘Aku yang’, sehingga hal ini menegaskan bahwa kalimat tersebut mengandung makna bahwa Namrud menganggap bahwa Ia tidak meyakini terdapat Dzat lain yang bisa menghidupkan dan mematikan. Lalu, ia juga seakan mengklaim bahwa ketika Ia membunuh, maka artinya Ia mematikan. Sementara itu, ketika Ia membiarkan seseorang untuk hidup artinya Ia menghidupkan. Padahal yang dimaksud dengan menghidupkan adalah itu menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Pernyataan ini dianggap tidak pantas menjadi Syubhat, apalagi menjadi sebuah hujjah. Ibrahim kemudian meremehkan ucapan tersebut karena Ia mengetahui bahwa Namrud sedang berdusta. Lalu Ibrahim mengatakan dengan hujjah, “Sesungguhnya Allah mendatangkan matahari dari timur, maka datangkanlah matahari dari barat”. Akhirnya Raja Namrud pun terdiam dan nabi Ibrahim meninggalkan raja Namrud.
Kepustakaan:
BIS TV. (n.d.). LIVE] TAFSIR QS. AL-BAQARAH AYAT 258 | Ustadz Beni Sarbeni, Lc. M.Pd. BIS TV. https://www.youtube.com/live/tECv-RIdCD8?si=4mNbiLK_N7dKJXvC
Surat Al-Baqarah Ayat 256
لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Surat Al-Baqarah Ayat 257
ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَوْلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Artinya:
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Tafsir Al-Baqarah ayat 256 menjelaskan mengenai kesempurnaan agama islam sehingga tidak diperlukan lagi pemaksaan untuk memeluknya bagi orang-orang yang diambil jizyah darinya. Bukti-bukti petunjuk (kesempurnaan agama islam) itu amat nyata sehingga dapat menampakkan yang haq dan yang bathil. Bagi mereka yang menyatakan kafir terhadap semua sesembahan selain Allah serta beriman kepada Allah, maka sesungguhnya Ia telah teguh serta istiqomah di atas jalan terbaik dalam beragama. Allah merupakan Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui perbuatan hamba-hambaNya. Allah mengetahui setiap setiap niat yang terkandung dalam hati hamba-hambaNya. Setiap hamba-hambaNya akan menerima balasan sesuai dengan amal perbuatan mereka (Tafsir Al-Muyassar).
Sementara itu, dalam Tafsir as-Sa’di dijelaskan bahwa ayat ini menerangkan tentang kesempurnaan ajaran Islam dan bukti-bukti kebesaranNya. Kejelasan ayat-ayat ini menerangkan bahwa Islam merupakan agama fitrah dan hikmah yang berorientasi pada kebaikan dan perbaikan. Agama ini merupakan kebenaran serta berisi ajaran yang lurus. Oleh karena itu, dengan kesempurnaanya ini, maka Islam tidak memerlukan mereka yang memasuki agama ini melalui paksaan. Hal ini dikarenakan pemaksaan merupakan suatu perkara yang jauh dari hati dan tidak memiliki hakikat kebenaran (dalam menerima). Namun demikian, ketika seseorang telah mengetahui (akan kebenaran) ajaran agama ini, tetapi dia menolaknya, maka hal tersebut termasuk kedurhakaan. Oleh karena itu, telah dijelaskan dalam ayat tersebut: ”sungguh telah jelas jalan yang jelas dari jalan yang sesat,” hingga tidak ada lagi alasan bagi seseorang serta tidak ada hujjah apabila dia menolak dan tidak menerimanya agama ini. .
Lebih lanjut, tidak ada perselisihan antara ayat ini dengan ayat-ayat lainnya yang mengharuskan berjihad, karena Allah telah memerintahkan untuk berperang demi memberantas kesewenang-wenangan serta orang-orang yang melampaui batas dari agama. Kaum Muslimin telah berijma’ bahwa jihad masih berlaku bersama pemimpin yang baik maupun pendosa. Selain itu, ditekankan pula bahwasanya jihad itu merupkan kewajiban-kewajiban yang berkesinambungan, baik jihad perkataan maupun jihad perbuatan. Dan siapa saja di antara ahli tafsir yang berpendapat bahwa ayat ini meniadakan ayat-ayat jihad hingga mereka menyatakan dengan tegas bahwa ayat-ayat jihad itu telah di hapus, maka pendapat mereka itu lemah secara lafadz maupun makna, sebagaimana hal itu jelas sekali bagi orang yang merenungkan ayat yang mulia ini.
Kemudian Allah menjelaskan pembagian manusia kepada dua bagian: pertama, manusia yang beriman kepada Allah semata yang tidak ada sekutu baginya dan kafir kepada thaghut, yaitu segala hal yang meniadakan keimanan kepada Allah dari kesyirikan dan lainnya, maka orang pada bagian ini dijelaskan bahwa: ”telah berpegang kepada tali buhul yang amat kuat yang tidak akan putus” bahkan dia tegak di atas ajaran yang benar hingga sampai kepada Allah dan negeri kemuliaanNya. Kedua dapat diambil dari pemahaman terbalik ayat ini yaitu barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah, bahkan dia kafir kepadanya dan beriman kepada thaghut, maka dia akan binasa dengan kebinasaan yang abadi dan disiksa dengan siksaan yang selamanya.
Dan firmanNya yakni: ”Dan Allah Maha Mendengar,” berarti bahwa Allah mendengar kepada segala suara dengan segala macam perbedaan serta segala bentuk kebutuhanya. Allah juga Maha Mendengarkan doa-doa orang yang bermunajat dan ketundukan orang-orang yang merendahkan diri kepadaNya. Lalu firmanNya pada ayat “Lagi Maha Mengetahui,” berarti bahwa Allah mengetahui segala yang disembunyikan di dalam hati dan segala perkara yang tersembunyi dan tidak tampak sehingga Allah akan membalas setiap perbuatan sesuai dengan apa yang diperbuatnya berdasarkan niat maupun amalnya.
Selanjutnya, untuk Al-Baqarah ayat 257 dalam Tafsir as Sa’di dijelaskan bahwa ayat ini merupakan rangkaian dari ayat sebelumnya. Ayat yang sebelumnya merupakan dasar, sedangkan ayat ini adalah manifestasinya. Allah mengabarkan bahwa bagi orang-orang yang beriman kepadaNya serta mereka membenarkan keimanan mereka dengan menunaikan kewajiban-kewajiban keimanan dan meninggalkan segala perkara yang meniadakan, Allah adalah wali mereka dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang di cintai dengan kecintaaNya yang istimewa, dan Dia menangani pendidikan mereka.