Oleh: Fachrul Budi Prayoga (Fakultas Teknik 2016)
Aku sadar, di sela-sela aku berusaha keras mendapatkan IP terbaikku tiap semester. Berusaha memperjuangkan yang terbaik agar orang tuaku tersenyum. Seringkali, dhuha saat pagi terlewat. Dzikir setelah sholat kadang kutunda. Dimana-mana, ku hanya memikirkan bagaimana tepat waktu untuk ngambis, tapi sering lupa dengan tepat sasaran saat mati nanti.
Aku sadar, di sela-sela event yang kudaftar. Aku masih ingat, mencari relasi dan pengalaman, juga bahkan untuk berkontribusi besar untuk perkumpulan mahasiswa di kampus, menjadi alasanku mengambil semua itu. Tapi seringkali, aku lupa bahwa aku juga semestinya berkontribusi untuk aku juga. Diri ini butuh asupan ibadah, yang mana sering terlambat karena rapat. Yang mana seringkali tidak senyaman bercengkrama dengan Rabb, saat aku tidak sibuk.
Aku juga sadar, di sela-sela diri ini menempa hiburan. Kenapa menempa? Karena aku sering mati-matian memperjuangkan hiburan, tetapi seadanya saat berkomunikasi dengan Rabbku. Saat ingin hiburan, tidak lupa charger kucolok, lalu bermain gadget hingga 4 jam. Tetapi saat isya datang, imam yang membaca surat setelah Al-Fatihah dengan surat yang kurang familiar dengan durasi hanya 4 menit saja, sudah tidak sabar.
Tetapi, untungnya aku berteman denganmu. Aku masih ingat, saat Allah menakdirkan kita bertemu. Aku tidak tahu akan jadi apa kamu, tapi ternyata Allah membuatmu menjadi temanku dalam kebaikan.
Terima kasih banyak, aku masih ingat ketika engkau mengajakku menghentikan sejenak ngambisku saat adzan berkumandang. Mungkin tidak besar, bagimu hanya sepotong kuku yang terlupakan. Namun bisa saja, aku bercerita kepada Rabbku saat nanti di Yaumil Hisab. Engkau pernah menolongku menjadi pribadi yang mendirikan sholat 5 waktu.
Terima kasih banyak juga, mau mengajakku dalam kebaikan saat aku sibuk ngevent. Kamu yang pas itu jadi koorku, memilih menyelenggarakan rapat saat usai sholat 5 waktu. Membuatku mulai membiasakan saat aku menjadi koor di event yang lain, untuk menyelenggarakan rapat di jam setelah sholat. Juga remeh sekali, aku tahu. Tapi Allah membalas kebaikan 10x lipat, beda dengan membalas kejahatan dengan 1x saja.
Izinkan aku berterima kasih sekali lagi, saat kamu meluangkan waktu ketika aku lalai menghibur diri ria. Aku tidak sepeka dirimu saat diri ini memang butuh bercengkrama kepada Rabb. Aku tidak peka, bahwa ketika memang refreshing yang diperlukan, hal pertama yang harus ku lakukan adalah mengajak Rabbku bercengkrama
Teman, memang saat ini, diri ini melenggang bebas menuju arah yang aku buat, begitu juga dirimu. Kita sibuk. Sama-sama sibuk. Bedanya, terkadang aku lupa menghadiri majelis ilmu. Terkadang aku lupa, sholat malam yang seharusnya tidak terlewat.
Engkau masih temanku sekarang. Bolehkah aku meminta satu hal? Saat engkau tidak menjumpai aku di surga nanti… Tolong bilang ke Allah, kalau aku pernah menjadi temanmu.