Rumah Aisyah 1.2 : Hakikat Penciptaan Manusia

Rumah Aisyah Seri 1 - Usaha Menjaga Jiwa. Konsep Self Manusia di Dalam Islam.

Sesi Pematerian

A. Petualangan hidup manusia

Jika saat ini manusia sedang hidup di dunia, dia memiliki 2 fase kehidupan di masa lalu dan 2 fase kehidupan di masa depan. Dua fase di masa lalu ialah alam ruh dan alam rahim, sedangkan 2 fase di masa depan adalah alam kubur dan alam akhirat.

  1. Alam ruh, yang secara keseluruhan hanya Allah Yang Maha Tahu tentang dunia ruh ini. Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan ini sepenuhnya urusan Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya:
    “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (al Isra`/17: 85)
  2. Alam rahim, manusia akan berada di alam rahim selama 40 minggu. Di alam ini, terjadi peristiwa kesaksian setiap hamba bahwa Allah adalah Tuhannya, seperti yang dijelaskan dalam QS Al-A’raaf ayat 172. Kesaksian (syahadat) ini sebenarnya menjadi titik tolak seorang manusia di awal kehidupannya yang kemudian menjadi fitrah setiap manusia. Di alam rahim juga terjadi penyertaan takdir, di mana Allah subhanahu wa ta’ala menakdirkan nasib manusia. Sehingga, jika memahami konsep takdir, manusia akan mengerti bahwa segala sesuatu di kehidupannya adalah milik Allah. Pemahaman tersebut akan menjauhkan manusia dari penyakit al-wahn (Cinta dunia tetapi takut mati) yang menyebabkan dia melupakan alam kubur.
  3. Alam dunia. Kata “dunia” berasal dari kata Arab “الدنیا“ sedangkan ad-dunya sendiri berasal dari ” ُدن- ُوُدنْی- َناَد “َ yang berarti dekat, rendah, hina. Rasulullah pun mensifati dunia sesuatu yang lebih hina dibanding bangkai anak kambing. Di alam dunia, kita dipinjamkan fisik oleh Allah, yang disebut sebagai “ahsani taqwim” atau bentuk yang sebaik-baiknya. Olehnya itu, berhati-hatilah menilai sesuatu dengan pujian cantik, ejekan jelek, dll. Karena ketika kita men-judge seseorang dengan kalimat tidak cantik, secara tidak langsung kita menuduh bahwa Allah menciptakan bentuk yang tidak baik. Dunia juga berkaitan dengan benda/materi, dalam artian tempat bagi manusia secara fisik (basyariyah).
  4. Alam barzakh/alam kubur​.​ Barzakh berarti dinding yang tebal, di mana orang yang telah memasuki alam ini tidak akan bisa kembali ke dunia. Ketika masuk ke alam kubur, raga-raga manusia akan hancur di tanah kecuali para nabi dan para wali Allah. Sebab, fisik mereka senantiasa terjaga dari perbuatan maksiat yang melanggar ketentuan Allah selama di dunia. Seluruh fisik tersebut juga selalu digunakan untuk hal-hal baik yang disukai Allah. Di alam kubur juga terdapat malaikat yang bertugas memberikan pertanyaan kepada mayat serta mengazabnya.
  5. Alam akhirat​, merupakan alam terakhir yang dicapai dengan melalui hari kiamat (hari kebangkitan) terlebih dahulu. Alam akhirat disifati dengan safar ba’id (perjalanan yang sangat jauh) karena manusia harus melalui berbagai fase hingga sampai di tujuan terakhirnya, yaitu surga atau neraka. Bahkan surga atau neraka sendiri bersifat kekal atau selama-lamanya.

Kelima fase ini dapat dijumpai di Al-Quran dengan rinci, terkecuali alam ruh. Jika kita mengaku sering membaca Al-Quran tetapi belum mendapatkannya, mungkin kita hanya memandang tetapi tidak mendalami kandungannya. Dari kelima fase itu, dapat disimpulkan bahwa manusia berasal dari alam ruh dan berakhir di alam akhirat. Ruh datang dari Allah dan akhirat pun milik Allah, sehingga kehidupan manusia sejatinya dari Allah dan menuju ke Allah.

B. Tujuan Manusia di Alam Dunia

Hakikatnya, dunia hanya tempat persinggahan sementara bagi manusia. Alam dunia merupakan tempat manusia beramal (melakukan perbuatan) dan segala sesuatu yang dilakukan akan berdampak terhadap alam kubur dan alam akhiratnya. Maka, secerdas-cerdasnya manusia adalah mereka yang fokus kepada kehidupan setelah dunia. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ​“… Yangpaling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas. (HR. Ibnu Majah no. 4259).

Tujuan penciptaan manusia oleh Allah adalah untuk beribadah, sebagaimana mana tertuang dalam QS Adz-Dzariyat ayat 56:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”

Apa yang dimaksud dengan ibadah? Makna liya’buduun bisa dilihat pada surah al-fatihah sebagai Ummul Qur’an, tepatnya pada ayat kelima, yang berarti “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah” sehingga ibadah dimaknai dengan tunduk dan berserah diri kepada Allah. Dijelaskan juga pada ayat pertama QS Al-Fatihah, yang bermakna bahwa kita semua milik Allah dan kita adalah hamba Allah yang seharusnya menjalani kehidupan dengan aturan Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, orang-orang di sekeliling yang membersamai kita hanya bersifat sementara. Setiap orang memiliki masa dengan orang tertentu, kemudian berpindah dari satu masa ke masa lain dengan orang yang berbeda pula. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa hakikatnya, hidup adalah tentang bagaimana menjaga hubungan dengan Allah saat kita berada di mana pun dan bersama siapa pun.

Sesi Tanya Jawab

  1. Mengapa Allah tidak menakdirkan segala sesuatu baik? Karena terkadang kita merasa Allah tidak menurunkan kebaikan dan akhirnya kita menjadi futur. Bagaimana cara melepaskan diri dari kefuturan? Dan bagaimana cara kita membantu orang lain yang juga mengalami kondisi futur?
    Jawaban​:
    Dalam memandang suatu takdir itu baik/buruk, itu semua tergantung bagaimana cara kita menyikapinya. Ketika kita merasa ada takdir buruk yang menyertai kita, ikutilah dengan amal sholih dan akhlak terbaik agar takdir itu menjadi sebuah keberkahan. Jangan lupa juga untuk berhusnudzon kepada Allah, karena sebenarnya kita belum tahu rencana indah di balik itu semua. Saat ada orang lain yang futur, bisa berusaha menasehati dengan memperhatikan adab-adab dalam berbicara. Alih-alih men-​
    judge, berikanlah semangat dan dukungan lebih untuk dia.
  1. Bagaimana cara menjaga diri dari kelalaian?
    Jawaban​:
    Pertama​, berdoa kepada Allah sebagaimana doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi, “​Ya Allah, dengan rahmat-Mu, aku berharap, janganlah Engkau sandarkan urusanku pada diriku walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku seluruhnya, tidak ada ilah yang berhak disembah selain Engkau).” (HR. Abu Daud no. 5090, Ahmad 5: 42). Dengan doa itu, kita melibatkan Allah untuk meminta pertolongan dalam segala sesuatunya dan tidak menanggung beban sendirian. Selain itu, doa kedua terdapat dalam QS Ali ‘Imran ayat 8, yang artinya ​“​Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami menyimpang kepada kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (Karunia).
    Kedua​, milikilah sahabat-sahabat solih yang saling mengingatkan, diiringi dengan meminta kepada Allah agar lingkungan pertemanan kita bisa menjadi pengingat kita untuk kembali kepada-Nya saat berada dalam kelalaian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.