Tema | : Pentingnya Pendidikan Bagi Muslimah |
Subtema | : Muslimah Intelektual, Tonggak Peradaban Islam |
Pembicara | : Ustadzah Saviera Yonita, S. T. |
Hari, tanggal | : Ahad, 21 Maret 2021 |
Waktu | : 09.00–10.30 WIB |
Tempat | : Google Meet |
Sebelum menjadi tonggak peradaban seorang muslimah harus belajar dan mempunyai ilmu. Sebagai seorang mukallaf berkewajiban untuk belajar.
Urgensi menuntut ilmu, meliputi:
1. Mengumpulkan banyak sudut pandang untuk memahami keadaan sekitar dan menambah wawasan Orang berilmu memiliki banyak cara dalam mengerjakan dan memecahkan suatu masalah.
2. Memuaskan rasa ingin tau Ilmu ialah hal penting yang dibutuhkan manusia melebihi kebutuhannya akan makanan. Mengetahui banyak ilmu itu penting daripada satu ilmu saja itu tidak cukup.
3. Meningkatkan kualitas diri, kemandirian, kepercayaan diri, dan efisiensi atau produktivitas.
Seorang yang berilmu dihargai banyak orang. Skill yang paling baik adalah skill yang tidak mudah ditiru dan dilakukan oleh semua orang. Jika semua orang bisa melakukannya sudah tidak lagi berharga skill tersebut. Orang berilmu lebih mandiri secara pikiran dalam memecahkan masalahnya. Ia mengerti apa yang harus dia kerjakan dengan efisien, tidak sedikit-dikit bertanya, dan jarang membutuhkan bantuan tenaga orang lain.
Orang berilmu otomatis lebih meningkatkan kepercayaan diri, sedangkan orang yang tidak berilmu tidak percaya diri dan ragu-ragu. Orang yang belajar lebih kreatif tidak hanya menggunakan cara itu-itu saja yang sering digunakan orang umum. Ketika melakukan kesalahan dalam sholat orang berilmu tau perbedaan rukun, wajib, dan sunah salat sehingga tau harus berbuat apa. Sholat sunah mutlak itu boleh digabung niatnya tanpa harus sholat sendiri-sendiri. Jadi cukup 2 rekaat salat dengan 1 niat yaitu salat setelah wudu‟ dan salat antara adzan dan iqomah atau menunggu iqomah. Sehingga, dari sini orang berilmu bisa meningkatkan keefektifan waktunya.
4. Membuka banyak kesempatan dan peluang bagi diri sendiri dan orang lain dengan berwawasan luas.
Orang berilmu bisa membuka peluang dan kesempatan yang besar seiring bertambah ilmunya.
5. Menciptakan perubahan, menginspirasi, atau mengajarkan orang lain.
Merubah diri sendiri dulu syukur-syukur bisa mengubah orang lain karena terinspirasi dari perbuatan kita yang berhasil melakukan perubahan dari belajar. Jika kita tau kedudukan ilmu dalam agama islam dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala maka kita akan sangat bersemangat dalam menuntut ilmu.
Ilmu Itu Apa?
1. Ilmu itu kekuasaan
Hujjah atau ilmu itu disebut sulthon karena ia bisa menguasai orang yang tidak mempunyai ilmu. Dalam (QS. Al-Araf : 33), Artinya : Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan dosa menurut tingkatannya dari yang ringan sampai yang paling parah yaitu : (Tafsir ibnu Qayim)
a. Harrama rabbiyal-fawaahisya ialah perbuatan dosa yang berkaitan dengan syahwat baik yang tampak atau tersembunyi. Hal ini jelas perbuatan keji dan dosa apalagi jika dilakukan didepan umum. Dosa ini akan merugikan diri sendiri karena dosanya akan ditanggung sendiri.
b. Wal-isma ialah tingakatan dosa diatas harrama rabbiyal-fawaahisya. Contohnya adalah dosa karena berbohong.
c. Wal-bagya adalah perbuatan dosa karena melanggar hak manusia atau kezaliman. Dosa ini tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain. Contohnya adalah dosa karena merampas hak orang lain.
d. Tusyriku billahi yaitu kita menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala. Artinya dosa yang dibuat karena menyekutukan-Nya, padahal Allah subhanahu wa ta’ala tidak memberikan kekuasan pada kita untuk melakukan hal itu. Dosa ini membuat kita terjatuh dalam kesyikirikan bukan kejalan tauhid.
e. Kita mengatakan tentang Allah subhanahu wa ta’ala tetapi berdusta Ketika seseorang salah dalam mengatakan sesuatu yang berkaitan tentang Allah subhanahu wa ta’ala secara sadar tanpa dasar ilmu yang kuat, maka dia akan terjatuh kedalam semua dosa yang telah disebutkan sebelumnya.
2. Ilmu itu jalan pintas menuju surga (shortcut to paradise)
Ibadah dalam agama islam sangat banyak jenisnya bisa lewat orangtua, suami, peperangan, meninggal syahid, jihad melahirkan, menjaga harta dan nasab dari orang lain, dan lain sebagainya. Rasulullah bersabda : barang siapa yang berajalan mengambil metode menuntut ilmu baik jalan yang hakiki maupun yang abstrak, untuk orang-orang yang seperti ini mereka akan dimudahkan jalannya menuju surga baik jalan yang hakiki maupun maknawi (abstrak). Contohnya, salat sunah setelah matahari terbit pahalanya seperti pahala haji dan umrah. Sedangkan harta tidak bisa membeli pahala atas ilmu yang memberikan jaminan berupa surga. Ilmu yang dimaksud dalam hadis ini adalah ilmu syar‟i. Allah subhanahu wa ta‟ala kalau sayang sama hamba-Nya akan memudahkannya dalam menuntut ilmu agama daripada ilmu duniawi.
3. Ilmu itu tanda kebaikan dari Allah pada diri seseorang (hadis)
4. Ilmu itu selisih antara orang bertakwa kepada Allah dan tidak.
Dalam Q.S. Fathir : 28 yang artinya, “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
5. Ilmu itu sebagai sebab tingginya derajat hamba di dunia dan akhirat.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, ”Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadalah : 11)
Orang yang punya ilmu didunia saja diistimewakan apalagi diakhirat kelak oleh sang pencipta.
Ilmu vs harta ialah keutamaan ilmu dibandingkan dengan harta
Ilmu itu kekal dan mengekalkan seseorang sedangkan harta itu fana. Orang yang meninggal hanya diikuti amalnya yang setia menjaga didalam kubur. Untuk mendapatkan amal ibadah maka seseorang haruslah berilmu. Harta yang fana dihari kiamat akan musnah, sedangkan pahala yang sudah kita kumpulkan akan kita bawa sampai mati. Allah subhanahu wa ta’ala memberi ilmu dan taufik pada hamba yang dicintai-Nya saja, sedangkan untuk harta Allah subhanahu wa ta’ala berikan kesemua makhluk yang Ia ciptakan baik yang beriman maupun tidak. Sang pemilik harta kekayaannya hanya akan menjadi warisan yang diperebutkan. Ilmu itu hakim bagi harta sedangkan harta itu objek untuk dihakimi.
Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin tunduk hatinya kepada Allah. Sedangkan orang yang semakin banyak hartanya jarang yang semakin saleh tapi semakin lalai. Ilmu tidak akan habis dibagi, sedangkan harta bahkan habis untuk sendiri apalagi jika dibagi. Ketika kita membagi ilmu maka ilmu kita semakin kokoh dihati karena sering dimuroja’ah. Harta jika dimurojaah tidak akan tersisa sama sekali.
Pemilik ilmu yang namanya harum lagi terkenal adalah Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha dan Abu Hurairah yang sama-sama periawi hadis nabi. Beliau namanya disebut-sebut setiap kita meriwayatkan hadisnya, maka beliau akan mendapat pahala karena kita mendoakannya. Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah perawi hadis Rasulullah terbanyak dari kalangan wanita. Sedangkan dari seluruh hamba-Nya Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah perawi terbanyak kedua setelah Abu Hurairah. Imam nawawi merupakan salah satu ulama madzhab syafi‟iyah yang sampai sekarang kitabnya masih dibahas oleh
banyak orang, sehingga akan banyak pahala yang mengalir pada beliau.
Ilmu itu menjaga sedangkan harta itu dijaga
Muslimah yang cerdas menjadi tonggak peradaban berhubungan dengan generasi awal calon penerus berada dibawah asuhan para wanita. Ibu ialah madrasah pertama bagi anaknya. Salah jika menyetujui pendapat “Merendahkan peran seorang istri dan ibu yang hanya dirumah saja mengurus dapur, maka untuk apa belajar tinggi-tinggi ?.” Jangan menjadi wanita karir yang hanya memeperkaya orang lain dan lupa untuk membangun generasi dari tangan mereka sendiri yaitu buah hatinya. Karena ini ialah peran muslimah yang paling utama ketika mendidik generasi berikutnya. Jangan terlalu memandang mulia orang kerja kantoran, bekerja boleh saja tapi bukan itu yang mengangkat derajat kita sebagai muslimah. Ibnul Jauzy rahimahullah berkata, “Perempuan adalah seorang yang mukallaf seperti laki-laki. Oleh karena itu, dia wajib menuntut ilmu tentang perkara-perkara yang diwajibkan terhadapnya agar ia menunaikan ibadah tersebut di atas keyakinan.”
Ahkam An-Nisa` karya Ibnul Jauzy halaman 7 :
Ilmu yang fardu ‘ain, yaitu ilmu basic yang jika tidak kita cari maka agama islam tidak akan tegak tanpa ilmu tersebut. Contohnya ilmu tentang salat, haid, fikih haji, fikih jual beli, dan fikih mu’amalah. Ilmu basic ini harus diutamakan sebelum belajar ilmu-ilmu duniawi, karena itu yang akan mendekatkan pada Allah subhanahu wa ta’ala dan mengantarkan kita ke surga.
Ilmu yang wajib kifayah, yaitu ilmu yang jika sudah ada yang menguasai maka gugur kewajiban yang lain untuk menguasainya. Contohnya ilmu tajwid sampai mahir, sekarang sudah ada ulamanya maka kita tidak wajib belajar sampai punya sanad 10 qiroah. Ilmu ini hanya untuk menghindari kesalahan dalam membaca Al-Qur‟an. Hukumnya sunah jadi derajtanya turun kerana sudah ada yang meguasai.
Ilmu yang sunah, yaitu ilmu yang kalau kita tidak mengetahui, maka tidak akan mudarat buat kita. Contohnya adalah ilmu-ilmu duniawi yang cukup basic saja yang bisa mendukungan keseharian kita sisanya ilmu duniawi itu sunah contoh matematika, teknik, kalkulus, dan lain sebagainya.
Potret ulama wanita dalam menuntut ilmu
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Sebaik-baik perempuan adalah para perempuan Anshar. Tidaklah rasa malu menghalangi mereka untuk tafaqquh (memperdalam pemahaman) dalam agama.” (Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Ada banyak potert para sahabiayah dalam menuntut ilmu apalagi wanita Anshar yang sangat bersemangat dalam menuntut ilmu. Karena mereka tidak mimiliki rasa malu untuk belajar dan bertanya meskipun itu hal yang tabu bagi perempuan lain. Contohnya dahulu Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasullah tentang mimpi basah untuk perempuan. Selain itu, perempuan Anshar juga pernah bertanya tentang haid secara detail kepada ulama yaitu Rasulullah sendiri. Dalam menuntut ilmu hal ini sangat diperbolehkan, yang penting kebutuhan kita akan ilmu itu terpenuhi.
Az Zuhri mengatakan, “Andai ilmu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu dikumpulkan lalu dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu yang dimiliki oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu lebih unggul”. (Al Haitsami berkata dalam al Majma‟ (9/243), “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabarani sedangkan rawi-rawinya adalah orang yang bisa dipercaya.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim 4/139.
Rambu-Rambu menuntut ilmu bagi wanita
1. Memprioritaskan ilmu yang paling wajib, urgent, bermanfaat, dan menghantarkan kita ke surga Kalau kita tidak mengetahui aqidah dan tauhid akan terjerumus kedalam kesyirikan dan jauh dari surga. Ilmu juga menjadi tidak bermanfaat karena tidak diamalkan. Terdapat sebuah pepatah bahwa “Keutamaan ilmu itu sesuai dengan keutamaan objek yang diilmui”. Carilah ilmu yang mulia dan memuliakan kita yaitu ilmu agama. Prioritaskan mana yang lebih utama.
2. Jangan sampai hanya untuk ilmu yang sedikit kita berani safar tanpa mahram, apalagi seorang muslimah. Perempuan yang belum menikah dan ingin menuntut ilmu sunah dan wajib kifayah dengan safar ke negeri lain apalagi negeri kafir dengan tanpa mahram ini perlu diperhatikan. Jangan sampai demi ilmu yang sunah tapi dia rela melakukan yang haram.
3. Kita memperhatikan adab ilmu baik terhadap ilmu itu sendiri maupun pengajarnya. Beradab tidak hanya dihadapan guru tapi juga dihadapan ilmu itu sendiri.
Sesi Tanya Jawab
1. Bagaimana cara agar istiqomah dalam belajar agama dan ilmu dunia (kuliah), terkadang suatu hari rajin belajar, hari berikutnya malas begitu seterusnya ?
Jawaban : Jangan bersandar pada usaha kita. Berdoa pada Allah subhanahu wa ta’ala untuk diberi taufik istiqomah dan biar kita semangat belajar terus. Iman saja naik sama turun apalgi sekedar semangat belajar. Para sahabat nabi juga mengalami futur tapi tidak separah manusia sekarang. Sehingga perbanyak berdoa minta diberi sedikit kekuatan karena Allah subhanahu wa ta’ala yang maha kuat dan mengabulkan adalah doa.
2. Apakah perlu melanjutkan studi untuk mendalami ilmu tentang sains atau pelajari ilmu tentang syariat agama, karena ada besar harapan untuk menjadi salah satu yang dapat bermanfaat seperti halnya ustadzah ?
Jawaban : Al jam’u aula yaitu kalau bisa digabung dan didapatkan semua kenapa harus pilih satu. Tapi realistis juga sama diri sendiri sekarang bisa tidak menanggung keduanya. Karena yang paling tahu diri kita hanya kita sendiri minatnya apa, bakatnya apa, dan kompetensi sekarang apa. Mending memahirkan kompetensi yang sudah ada. Yang lebih bermanfaat hasilnya yang mana yang tahu juga hanya diri kita sendiri. Potensi kita lebih besar kemana untuk dapat pahala dan tinggal dimahirkan saja. Kalau mau pilih satu maka pilih mana yang paling bermanfaat dan menguntugkan baik dunia maupun akhirat yang lebih utama akhirat. Disisi lain jika kita ada minat dan modal disuatu bidang maka tinggal dimahirkan saja.
3. Apakah ada rekomendasi kitab-kitab dasar untuk pemula dalam belajar ilmu-ilmu yang wajib ?
Jawaban : Ada sudah pernah ustadzah tulis di channel telegram alfawaaid.blogspot.com. Di channel telegram itu referensi yang ada dibuat sesuai dengan genre kitabnya. Searching saja urutan belajar dari awal.
4. Hukumnya menjelaskan suatu topik yang tidak kita kuasai, terlebih dalam ilmu agama dengan label sekedar sharing ?
Jawaban : Jangan sampai kita mengatakan sesuatu pada Allah subhanahu wa ta’ala tanpa ilmu yang kuat. Hal itu dosanya lebih berat dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Dikompromikan saja, jika punya ilmu dibagikan sekedar yang kita ketahui tapi tidak memancing orang untuk bertanya pada kita. Saat kita ditanya jangan sampai menjawab sok tahu, bilang saja jujur kita tidak tahu atau ucapkan allahu alam. Jangan menunggu sempurna apa yang gabisa didapatkan seluruhnya jangan ditinggalkan seluruhnya juga untuk berbagi, tapi disisi lain ora yang gapunya apa-apa maka ia tidak bisa berbagi. Kita kumpulin ilmu sebanyak-banyaknya baru kemudian disharing sedikit demi sedikit. Karena setiap perbuatan yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Boleh share sesuai apa yang kita tau tapi jangan sampe mengatakan sesuatu jika kita tidak punya ilmu yang cukup atas hal itu
5. Seperti ilmu teknik, kalkulus, atau ilmu-ilmu dunia tidak terlalu penting dikuasai dan lebih baik menuntut ilmu syar’i, tapi jika ilmu dunia itu ditinggalkan dan nanti dikuasai oleh orang barat bagaimana ?
Jawaban : Kita belajar ilmu dunia juga demi melestarikan ilmu tersebut dikalangan kaum muslimin. Jangan sampai semua dikuasai oleh orang barat. Karena muslim sendiri lebih berhak atas ilmu-ilmu tersebut. Tetapi disisi lain hal itu bisa jadi bertentangan dengan kewajiban kita untuk menuntut ilmu syar‟i, sebab kita sadar diri kita belum paham ilmu wajib atau dasar agama. Ilmu agama dulu yang harus diutamakan dan dikuasai, kalau kita punya waktu luang baru bisa belajar ilmu duniawi.
Ilmu dunia dan ilmu agama itu tidak kontra, boleh kita kuasai semuanya kalau sempat, ada waktu, dan kita mampu. Ingat juga apakah umur kita sebanyak itu untuk menguasai ilmu seluas itu. Ilmu manusia itu kata Allah subhanahu wa ta’ala jika kita celupkan di samudra, lalu kita ambil jari kita. Apa yang tersisa di jari kita itulah ilmu kita sedangkan sisanya lautan luas adalah ilmu Allah subhanahu wa ta’ala. Kembali juga ke prioritas dan kemampuan masing-masing kalau bisa semuanya silahkan biar tidak dikuasai oleh orang barat. Tentukan prioritas masing-masing apa yg belum kita pelajari dan apa yang mau kita kuasai.
6. Bagaimana hukumnya menggunakan buku hasil fotocopy dari buku yang asli, karena tidak mampu beli buku aslinya
Jawaban : Beberapa pendapat ustad yang masih memperbolehkan beberapa web illegal yang memberikan kita akses buku atau jurnal secara gratis, tapi konteksnya dalam keadaan darurat yang kalau kita tidak akses tidak akan bisa berbuat apa-apa. Kita utamakan yang jelas-jelas halal dulu baru kalau kepepet dan darurat boleh memakai copy yang illegal dengan syarat bukan tujuan komersiil atau dijual, benar-benar dipakai untuk pribadi, dan jangan disyiarkan untuk mengajak orang melakukan apa
yang sedang kita lakukan ini.
Sekian, Barakallahu fiikum..
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.