Safari Dakwah Jama’ah Shalahuddin x Dompet Dhuafa 03 Oktober 2024 | Peduli Bersama: Membangun Masa Depan Anak-Anak, Wanita, dan Penyandang Disabilitas Palestina

 

Pembicara : Sayyidah Fatma Al-Ghussain

Penerjemah : Ustadzah Isyfi

Sesi 1 | Penjelasan

Sayyidah Fatma Al-Ghussain salah seorang muassasah asli warga Ghaza, berhasil meninggalkan gaza saat tahun 2000-an ketika infansi dan tinggal kini tinggal di Kanada. Beliau fokus menjadi aktivis kemanusiaan.

 

Hanya bulan lalu, 15 saudara beliau yang masih di Palestina syahid. Sesungguhnya yang kita lihat di sosial media itu merupakan sebagian kecil sekali yang membagikan kejadian yang terjadi di Ghaza. Penjajahan dilakukan di Palestina itu sudah sangat jauh sebelumnya, bukan dari 7 Oktober. Penjajahan sudah terjadi puluhan tahun yang lalu, 60 tahun kira-kira sudah berlalu. Bukan hanya sekedar penjajahan fisik saja, semua hal yang menunjang kehidupan dibatasi oleh Israel. Sudah 20 tahun lalu air sudah tidak bisa dikonsumsi di Ghaza, hanya 4 jam listrik di gaza.

 

60 tahun berlalu warga Palestina dalam penjara raksasa. Mereka tinggal di alam yang terbuka, tetapi sesungguhnya itu adalah penjara yang sangat besar sekali. Bahkan saudara disana tidak bisa shalat di Masjid Al-aqsha. Kejadian terbaru memang perang ini dimulai pada 7 oktober, sejak hari itu hingga sekarang ±5000 jiwa meninggal dunia, diantaranya perempuan dan anak anak. Hanya ditahun ini 25.000 anak anak sudah syahid, 3.000 diantaranya anak dibawah 1 tahun.

 

Tidak ada satupun tempat yang aman di Ghaza. Israel meminta warga Palestina pindah dari bagian utara ke bagian selatan Ghaza. Tetapi justru yang Israel katakan itu tempat yang aman ternyata disitulah Israel melakukan bantaian. Tidak pandang bulu mereka membombardir kawasan tersebut. Ketika Israel menghancurkan rumah saudara kita disana, akhirnya mereka tinggal di kemah. ±1 juta sudah tinggal dikemah-kemah tersebut. Kondisi musim hujan di Palestina diiringi salju, dan ini sangat dingin. Parah lagi mereka tinggal ditenda yang tidak layak. Tidak sampai disana, Israel selanjutnya membakar saudara kita yang ada di dalam tenda pengungsian.

 

Sayyidah Fatma Al-Ghussain bercerita, ketika mereka meminta anak-anaknya untuk membeli sesuatu di warung, yang pulang bukanlah barang yang dititipkan tetapi potongan-potongan tubuh. Senjata yang digunakan untuk membunuh warga Palestina adalah senjata yang dilarang oleh PBB. Senjata tersebut sudah dilarang untuk semua peperangan tetapi tetap digunakan oleh Israel. Atau Ketika seorang ibu keluar dari rumahnya dan anak-anak tinggal dirumah, bisa ada 2 kemungkinan yang terjadi yaitu pertama rumahnya kokoh serta anak yang dalam kondisi baik sedang menunggu ibunya pulang tetapi sang ibu meninggal dunia atau yang ke-dua yaitu ibunya selamat membawa barang yang akan dibawa ke rumah tetapi rumahnya sudah hancur dan anak-anaknya meninggal dunia dibawah reruntuhan bangunan.

 

Jika search di google madrasah tabi’in, kita bisa melihat apa yang sesungguhnya terjadi disana. Terjadi ketika setelah shalat subuh, seharusnya ada Halaqah Al-Qur’an. Tentara Israel datang. ±120  orang-orang datang ke masjid itu syahid. Setelah terdengar kabar orang-orang yang ada di masjid itu syahid, orang-orang sekitar datang ke masjid untuk mendapati kondisi keluarganya itu bagaimana. Bangunan sudah runtuh dan potongan-potongan badan dikumpulkan sampai membentuk gunungan. Sampai-sampai petugas disana bertanya kepada yang mencari keluarganya, “Berapa berat keluargamu (anakmu)?”. Lalu petugas mengambilkan potongan tubuh yang tidak dikenali tersebut sebanyak berat yang dikatakan oleh keluarga yang syahid tadi untuk dikuburkan oleh keluarganya. 

 

Mungkin kita pernah melihat seorang bapak-bapak yang mengangkat tangannya membawa selembar akte kelahiran. Pada hari itu bapak tersebut mengurus akte kelahiran anaknya yang kembar setelah sekian lama sudah menikah dan baru dikaruniai anak. Saat akte kelahiran sudah jadi dan sang bapak pulang kerumahnya, ia mendapati anak dan istrinya meninggal dunia.

 

Mungkin kita juga pernah mendengar berita rumah sakit di palestina sudah dihancurkan, salah satunya Rumah Sakit As-Syifa dari Indonesia. Kondisi peperangan saat ini tersisa 2 rumah sakit,  ±seratus ribu saudara di kota Ghaza terluka dan banyak yang tidak bisa dirawat dengan baik. Tidak mungkin saudara di kota gaza banyak yang dipulangkan dari rumah sakit dengan kondisi luka luka yang tidak terawat. Mereka yang bertahan mungkin bisa pulang lalu sembuh sendiri atau harus diamputasi. Banyak dari anak kecil setiap hari lebih dari 10 anak di amputasi dari bagian tubuhnya.

 

Saking banyaknya kejadian, Sayyidah Fatma Al-Ghussain sampai bingung cerita apa lagi yang harus disampaikan. Apakah harus menceritakan banyak wafatnya anak-anak karena luka yang tidak bisa diobati? aau bercerita perempuan hamil disana mendapatkan tempat yang tidak layak untuk melahirkan, walaupun tempat sekecil mungkin. Atau wanita yang tidak mendapatkan kebutuhan hidup, bahkan mereka memotong rambut keluarga mereka karena tidak ada sampo yang bisa membersihkan rambut mereka. Bahkan untuk kebutuhan kamar madi bisa mengantre 2 sampai 3 jam.

 

Kondisi saudara di Palestina yang kakinya retak sampai berbau. Pilihannya hanya ada 2, sembuh dengan sendirinya atau meninggal diamputasi. Kondisi sekolah dan kampus di bulan gaza, bulan September mulai. Di 7 oktober tidak ada kehidupan sekolah di Ghaza. Bahkan ada yang melanjutkan diluar kota Ghaza, tetapi orang tua mereka tidak bisa mengirimkan biaya untuk mereka sekolah, sehingga terhenti pendidikan sekolahnya. Kita berharap dengan bantuan kerjasama Dompet Dhuafa yang diberikan bisa membantu warga di Ghaza.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.