Lazy….? Cuma untuk sekedar “think”…? you’re a “Lazy Thinker”

(Sempat terhapus dari website JS. Diterbitkan kembali 27 Juli 2019)

Sering, kalau berbicara tentang malas berfikir maka akan dikaitkan dengan orang-orang yang sangat jauh dengan aktivitas berfikir, seperti orang yang malas belajar, sangat anti membaca, tidak suka berdiskusi dan sebagainya, nah “lazy thinker” dalam bahasan ini tidak berhubungan dengan yang disebutkan diatas. Memang permasalahan kemalasan diatas juga sebuah problem yang sangat perlu dicarikan solusinya, tapi tidak dibahas di tulisan kali ini.


Sang pemalas berfikir kali ini tidak dianjurkan namun juga tidak diharamkan, karena berhubungan dengan spontanitas maka bukan tidak mungkin lazy thinker ini menjangkiti semua orang termasuk kita, apalagi karena sifatnya yang sudah memasuki ranah habit, kebiasaan, maka akan sangat sulit sekali dirubah dan kehadirannya sering tidak disadari. Tidak tahu seberapa keburukan sifat ini, namun yang jelas sifat ini sudah sangat umum sekali ada di setiap orang, tapi kita justru bisa memanfaatkannya untuk kepentingan dakwah kita loh, terutama dalam hal pengaruh.

Psikologi persuasif ilmu yang mempelajari tentang lazy thinker ini, menjelaskan beberapa ciri sang pemalas berfikir ini, silahkan dicek sendiri, barangkali kita juga termasuk didalamnya, dan juga bagaimana taktik terbaik kita dalam menghadapi potensi pengaruh ini.

Berikut beberapa ciri lazy thinker, disebut juga lazy thinker type A, yaitu mereka yang malas berfikir dan lebih suka langsung bertindak
1. Comparison Rule
Jika banyak orang yang melakukan sesuatu, maka kita cenderung mengikutinya, contohnya, jika kita sedang berjalan di trotoar dan bertemu dengan sekelompok orang yang menengadahkan kepala keatas, seolah melihat sesuatu yang anaeh, maka kita secara tidak sadar ikut melkukan hal tersebut, padahal tidak ada yang dilihat. Kecenderungan untuk ikut-ikutan, apalagi kalau orang banyak sudah ikut melakukannya.

2. Linking Rule
Kalau sudah menyukai seseorang maka kita akan cenderung menuruti apapun permintaannya, pekerjaan yang sama namun diminta oleh orang kurang kita sukai, maka kita akan pikir-pikir dahulu, namun tidak halnya dengan orang yang kita sukai, seberat apapun hal itu akan langsung kita lakukan.

3. Authority Rule
Jika yang memberitahukan orang yang terkenal atau punya otoritas kita cenderung langsung percaya, dan mengerjakan apapun yang diminta, ini banyak dilakukan di iklan-iklan di TV, sering dengan menggunakan tokoh-tokon yang sudah terkenal untuk memasarkan produknya, dan masyarakat bisa langsung percaya perkataan orang-orang yang terkenal.

4. Reciprocity Rule
Jika seseorang memberikan sesuatu pada kita, maka kita cenderung membalasnya, jika kita sedang di jalan dan bertemu dengan orang yang tidak kita kenal, namun memberikan senyuman pada kita, maka kita cenderung langsung membalas senyumannya, demikian juga hadiah dan bantuan yang diberikan, kita akan cenderung ingin segera membalasnya.

5. Consistency Rule
Jika sudah percaya pada suatu pendapat, maka kita akan susah berubah lagi, kita akan tetap memakai suatu produk dengan merek tertentu yang kita yakini paling baik walaupun sudah terbukti ada merek lain yang lebih baik, kita cenderung tetap membeli suatu barang yang sudah kita sukai, meskipun terpaksa dengan barang yang kualitas lebih buruk.

6. Scarcity Rule
Semakin jarang barang itu maka itu berarti kualitasnya baik, maka tidak salah tulisan-tulisan “limited edition”, “persediaan terbatas”, “Diskon akhir Tahun”, “Obral khusus Lebaran” dll, jadi pendorong yang kuat agar orang mau membeli, padahal sebenarnya diwaktu lain barang-barang itu juga tetap ada

Setiap orang membutuhkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, dalam linkungan apapun ia berada, lebih baik kalau kita bisa mempengaruhi lingkungan daripada kita yang dipengauhi lingkungan. Dua hal itu seperti 2 keping mata uang yang harus dipilih salah-satunya, maka tidak ada pilihan bagi kita kecuali menjadi rang-orang yang memberi pengaruh itu. Terutama bagi seorang da’i yang mempunyai tugas memberi pengaruh nilai-nilai tauhid, nilai-nilai islam agar diaplikasikan di segala sendi kehidupan, maka kemampuan untuk bisa berpengaruh sangat dibutuhkan.

Apakah kita termasuk lazy thinker?

Yah… tidak sepenuhnya salah juga kalau kita termasuk lazy thinker, dan justru dengan banyaknya lazy thinker bisa kita mamfaatkan dalam ilmu persuasi untuk memberikan pengaruh kita.

Siap jadi berpengaruh…?

Sumber : (dengan sedikit perubahan) milis-bicara.blogspot.com

5 thoughts on “Lazy….? Cuma untuk sekedar “think”…? you’re a “Lazy Thinker”

  1. Eru_san (Syahril) (29 November 2007) says:

    Assalamu’alaikum…
    Makasih yah…sepertinya saya mengalami Think Lazy nih… and artikel ini bermanfaat banget buat saya.. oh ya Mas ALDO, atau siapa aja deh, bikinin folder dong buat saya di web JS..Biar bisa upload tulisan2 or artikel..
    Syukrn yah..
    Wassalamu’alaikum..

  2. mujib_pergi (11 Desember 2007) says:

    BP>>>>>>>>MUSYAK PRofile
    Syahril-zuki-anwar-kholid-mjb-imeh-uni-iin
    (SYAZUAKHOMININ)

  3. Anwar (12 Desember 2007) says:

    aslmkm,,temen-temen BP chayoo Semangat ya!!!
    Rillah dulu gmn??
    biar fresh!!!

    buat temen2 SAJADHA ayo tetep semangat ya!

  4. mr_seven (19 Desember 2007) says:

    ass.wrwb.
    koq artikel ini jadi ajang nampang anak BP ya…
    tapi gak apa2.
    ane juga mau bilang, maju terus anak-anak BP Musyak JS 1429 H. walaupun tangaki-tangkai keletihan kerap menggelayut diantara dinding jasad kita,kita harus tetap semangat.
    biarlah kelelahan itu akan lelah sendiri mengejar semangat perjuangan kita untuk mengubah JS menjadi lebih bai. mulai dari diri sendiri, mulai dari hal terkecil, dan mulailah saat ini.
    think positive is the best answer for the difficult question.
    Semangat Saudaraku….
    tapi afwan ane izin pulang bentar aja koq…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.