Distorsi sejarah merupakan hal yang lumrah terjadi. Satu dan lain pihak seringkali didiskreditkan atau bahkan dihilangkan perannya dalam catatan sejarah. Peran penguasa yang berkepentingan pada masanya seolah menjadi penentu bagaimana catatan sejarah itu diungkapkan. Sejarah dicap subjektif, yang penulisannya bergantung pada rezim yang berkuasa.
Salah satu pihak yang paling mendapat penghilangan peran dalam catatan sejarah, khususnya sejarah Indonesia, adalah kaum Islamis. Sedikit sekali catatan sejarah mainstream saat ini yang menunjukkan peran kaum Islamis, ulama, dan pesantren dalam hal perannya dalam membangkitkan peradaban dan kemerdekaan Indonesia. Padahal, kaum Islamis justru merupakan pihak yang paling berperan penting dalam usaha-usaha tersebut. Sejarah telah mengalami de-Islamisasi dan sekularisasi yang fatal.
Maka dari itu, perlu adanya pelurusan atas fakta sejarah yang menyimpang itu. Bedah Buku “Api Sejarah II” ditujukan untuk meluruskan pandangan-pandangan masyarakat tentang fakta sejarah yang selama ini dikaburkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak suka dengan kenyataan bahwa kaum Islamis memegang peran penting dalam catatan perjalanan panjang sejarah negeri ini.