Ini adalah akhir dari minggu serta akhir dari tahun 2011. Seperti biasanya, hampir di seluruh kota besar di Indonesia – bahkan di seluruh dunia – merayakan pergantian tahun ini dengan gegap gempita dan euforia, begitu juga dengan kota ini (baca: Yogyakarta). Langit berpijar diterangi warna-warni kembang api. Suasanya riuh dengan tiupan terompet, petasan, kembang api, tawa dan nyanyian. Suasana dinginnya malam menjadi sesuatu yang semu ku rasa, menunggu datangnya tahun 2012.
Aku duduk sendiri di sudut taman yang penuh sesak oleh orang-orang yang ingin menyambut tahun 2012. Ini pertama kalinya aku keluar pada malam pergantian tahun. Bukan untuk merayakannya, hanya sekedar mengamati apa yang mereka lakukan di penghujung tahun ini. Semua ini jauh dari diriku, dan jauh pula dari Islam. Entah mengapa, aku merasa miris dan asing dengan semua ini.
Dalam ketermenunganku, entah mengapa pikiranku terbang ke Gaza. Terlihat langit Gaza, sama seperti di sini (baca: Yogyakarta), yang berpijar diterangi warna-warni. Namun berbeda, jauh berbeda, warna-warni itu bukan kembang api tetapi percikan api misil-misil Zionis. Terdengar pula suara riuh, namun itu bukan tawa canda tetapi jerit tangis anak-anak dan wanita Gaza. Nyanyian tahun baru pun menjadi suara deru pesawat. Suara terompet Gaza adalah suara ambulans yang membawa korban dan jenazah. Suara menggelegar Gaza bukan lagi petasan, tetapi gemelegar bom, mortir, dan rentetan senapan Zionis la`natullah.
Gaza, tak ku lihat seorangpun tersenyum di sana, tak juga diriku. Semuanya begitu jelas, para pejuang itu bersimbah darah, tergeletak di tepi jalan. Anak-anak menangis dan wanita-wanita menjerit. Semua terbungkus dalam debur asap serangan Zionis. Asap menutupi seluruh Gaza dan mengantarku pulang ke Yogyakarta.
Semuanya terlihat begitu nyata, hingga saat aku sadar air mata sudah mengalir di pipiku. Menyesakkan. Aku ingin pulang meninggalkan tempat ini. Di sini kembang api yang mewarnai langit, tapi di Gaza percikan api misil lah yang mewarnai.
“Musik tahun baru kami adalah deru pesawat tempur, kembang api tahun baru kami adalah percikan-percikan sinar dari misil-misil Zionis.” (Raed Samir, pemuda Gaza)
Untuk saudaraku di Palestina, maafkan kami yang baru bisa sekadar mendoakan dan menyisihkan sedikit hartakami. Semoga Allah memberikan kekuatan, ketabahan dan kesabaran kepada kalian hingga kemenangan begitu manis terasa oleh umat ini.
#Refleksi 24 Tahun Gerakan Intifadhah
Klaten, 31 Desember 201120.50 WIB
Agung Nugraha (Mahasiswa Elins UGM 2011)
Staff departemen Syiar Jama’ah Shalahuddin UGM