“Hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan ada goal dan resikonya. Jalani hidupmu dan hadapi resikonya”. Dakwah adalah salah satu pilihan hidup. Setiap orang dapat memilih untuk hidup bersamanya atau dibersamainya atau bahkan jauh darinya. Konsekuensi dari seseorang memilih jalan dakwah sudah barang tentu Allah akan memberikan syurga yang nikmatnya tiada terkira, selama apa yang dia lakukan berawal dengan niat yang baik, dengan cara yang baik pula ia lakukan. Karena dakwah itu agung, pekerjaan yang mulia. Ia adalah jalan hidup yang dipilih oleh kekasih Allah, para Rasul dan para sahabat. Akan tetapi dalam track perjalanannya, tentunya tidak semulus yang dibayangkan. Dakwah itu panjang, dakwah itu berliku dan penuh dengan onak duri. Kadang seseorang mendapat kesenangan didalamnya, tapi sering kali mendapatkan kepahitan bersamanya. Kenapa dakwah itu pahit, karena syurga itu manis. Ya.. Itulah pilihan hidup. Jalani hidupmu dan hadapi resikonya. Semua ada goalnya masing-masing kawan, dan dakwah akan bermuara kepada syurga bagi para penggiatnya.
Dakwah kampus adalah salah satu bagian dari serentetan dakwah yang ada di bumi illahi. Disana ada sifat dan karakter yang khas, dinamika kehidupan kampus pun yang turut mewarnainya. Dalam dakwah kampus diperlukan sepak terjang yang integralistik, dari segala lini yang ada agar dakwah itu sendiri semakin menyebar luas menggapai pojok-pojok kehidupan kampus. Sehingga perlu adanya kerja penggarapan yang meluas pula, meliputi : kerja dakwah, kerja politik, kerja ilmu/akademis, kerja kemasyarakatan, kerja ekonomi, kerja media opini, kerja pelayanan dan kerja organisasi. Kesemuanya saling menopang dan menguatkan demi satu tujuan, yakni dakwah itu sendiri. Setiap kader mestilah memahami bahwa dakwah itu integralistik, ada pembagian dan fokusan kerja masing-masing, bukan berjalan secara parsial.
Aktifis dakwah kampus harus melakukan harmonisasi sebagai upaya mengoptimalkan potensi masing-masing lini dakwah dan mengefektifkan sinergi antar lembaga. Harmonisasi mencakup pembagian atau kerjasama peran, bidang garap, isu, objek dakwah dan hal-hal lain sehingga tercegah akan terjadinya tumpang tindih, kesenjangan apalagi saling memperlemah antar elemen dakwah kampus.
Menilik perkembangan dakwah kampus yang ada sekarang ini semakin pesat, maka diperlukan adanya managemen yang baik untuk mengelolanya. Saat ini dakwah kampus sedang mencari format gerakan yang “link and match” guna menjawab permasalahan dakwah kampus yang aktual di lapangan. Ini adalah suatu keniscayaan, suatu proses pencapaian pendewasaan gerak dan aktualisasi diri.
Kenyataan yang terjadi, dakwah kampus dewasa ini tampak seolah-olah besar, padahal dibalik kebesarannya terpendam tiga permasalahan yang cukup mendasar, yaitu : permasalahan kader (SDM), struktur serta kultur budaya. Diantara ketiganya memiliki keterikatan yang sungguh erat. SDM sebagai subjek dan juga objek dakwah akan membentuk struktur. Selanjutnya dari struktur tersebut yang ada akan membentuk kultur. Jadi jika terjadi permasalahan pada SDM maka muaranya adalah terbentuknya kultur yang tidak nyaman serta tidak produktif baik secara internal maupun eksternal.
Dalam proses dakwah, salah satu perangkat yang vital adalah kader dakwah itu sendiri karena merekalah yang akan aktif menyerukan kalimat-kalimat Illhi. Dalam dakwah kampus, kebanyakan sumber permasalahan berasal dari kondisi kader baik itu secara kuantitas maupun kualitas. Oleh karenanya diperlukan adanya solusi atas permasalahan tersebut. Yakni pendataan dan penyiapan infrastruktur kaderisasi, massifikasi rekrutmen, ri’ayah (penjagaan) dan tarqiyah kader (peningkatan kafa’ah), penataan dan pengkaryaan kader, kontrol dan monitoring serta evaluasi secara periodik.
Dakwah kampus sekarang sudah semestinya memiliki sistim berpikir yang lebih strategis, fokus terhadap bidang garap yang telah ditetapkan diawal. Sehingga bidang garap tidak melebar kemana-mana tanpa ada fokusan yang hendak dicapai, hingga pada akhirnya tak ada satupun yang bisa diraih secara utuh. Dengan berpikir strategis dan fokus maka dakwah kampus akan mencapai kata efektif dan efisien. Efektif berarti tepat guna, efisien berarti hemat daya. Dua kata yang sangat mungkin untuk diterapkan. Efektif disini lebih prioritas dari pada efisien, karena bagaimanapun juga tepat guna itu lebih urgen dari pada hanya sekedar hemat daya tetapi apa yang dilakukan jauh dari tujuan awal.
Lagi-lagi hal yang sangat menentukan sukses tidaknya dakwah adalah tahap perencanaan. Sehingga kerja dakwah tidak bersifat reaksioner belaka. Ibarat pemadam kebakaran yang akan bekerja ketika ada kebakatan saja. Secara garis besar terdapat empat langkah dasar perencanaan, yaitu : tahap analisis, menentukan tujuan dan strategi, menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan dan yang terakhir adalah melakukan proses control dan monitoring. Banyak pernyataan tokoh yang mendukung betapa pentingnya perencanaan. Seperti “Jika engkau galal merencanakan maka sejatinya engkau merencanakan kegagalan”, “kebaikan yang tidak teroganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir” juga “jika kau naik panggung tanpa persiapan maka kau akan turun panggung tanpa penghormatan”. Akhirnya, perencanaan yang baik dengan sistem kontrol dan monitoring yang baik pula akan membawa kepada efektifitas dan efisiensi dalam gerak.