Islamophobia: Sebuah Ketakutan yang Irasional
[JS News] Senin, 14 September 2015 kemarin, Jamaah Shalahuddin bekerjasama dengan Islam Diaries mengadakan sebuah kajian bertajuk “Islamophobia”. Acara ini mendatangkan Dr. Bilal Philips sebagai pembicara. Dr. Bilal adalah seorang mualaf asal Kanada yang memutuskan mengabdikan dirinya untuk Islam. Bukan hanya mahasiswa, masyarakat umum pun terlihat memadati Ruang Utama Masjid Kampus UGM.Acara ini diawali oleh sambutan Tri Agung Rohmat, dosen Jurusan Teknik Mesin UGM. Ada tiga sesi dalam kajian ini. Sesi pertama membahas mengenai definisi Islamophobia. Dr. Bilal menjelaskan bahwa Islamophobia adalah sebuah ketakutan dan kebencian yang irasional terhadap Islam. Selain itu, kesalahpahaman, kurangnya pemahaman, dan ketidaktahuan terhadap Islam membentuk terjadinya Islamophobia. Fenomena ini sudah terjadi lama, sebuah penelitian sekitar tahun 1900 menunjukkan bahwa Islamophobia itu sudah ada dan eksis di Inggris. Pada Perang Salib pun, orang non muslim mengatakan hal yang keliru mengenai Islam dengan menyebut pengikutnya sebagai the Mohammedans, yang memiliki arti memuja Muhammad. Sementara pada masa ini, Islamophobia terjadi akibat ulah media dan didukung oleh politikus sebagai pengalihan isu.
Pada sesi kedua dibahas lebih lanjut mengenai Islamophobia yang memang sudah ada sejak masa Nabi Muhammad. Pengaruh media sangat kuat dalam menyebarkan Islamophobia, seperti mengatakan muslim sebagai pemuja Kaabah, dan mengatakan bahwa muslim tidak percaya Yesus atau Isa. Walaupun orang muslim mempercayai Isa sebagai utusan Allah, bukan anak Tuhan. Lalu pada sesi ketiga atau sesi terakhir jamaah yang mayoritas adalah mahasiswa diajak untuk memfokuskan kembali tujuan dan orientasinya berkuliah. Jika kuliah hanya berfokus pada nilai, maka mahasiswa akan melakukan apa saja untuk mendapat nilai bagus, termasuk mencontek. “I will never cheat on any examinations from today onwards. InsyaAllah”, teriak para jamaah di akhir sesi.
(Apriastiana Dian Fikroti – Media Center JS UGM)