Oleh Khusnul Khotimah
Satu pekan telah berlalu pasca serangan udara 27 April 2016 oleh Rezim Assad dan anteknya Rusia yang menyasar wilayah Aleppo, Suriah. Alih-alih mengatakan, jika serangan ini ditujukan kepada kelompok oposisi, tetapi justru serangan ini diluncurkan kepada masyarakat sipil, yang menyasar ke pasar-pasar, apartemen dan rumah sakit anak-anak. Akibatnya sekitar 400 orang lebih mengalami luka-luka dan 200 orang lebih lainnya meninggal dunia. Bukan hanya itu, tempat tinggal, rumah sakit, pasar dan stasiun juga mengalami kerusakan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah islam salat Jumat dihentikan, karena khawatir akan menjadi sasaran serangan selanjutnya.
Sungguh ironis, di tengah-tengah kondisi yang seperti ini, justru negeri-negeri muslim baik di Timur tengah maupun di seluruh dunia, termasuk Indonesia tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan mereka. Di manakah letak ukhuwah kita? Bukankan kita umat Islam adalah satu? Seperti sabda Rasulullah SAW:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”.(HR. Muslim).
Satu tubuh, itulah yang seharusnya dirasakan kaum muslimin di seluruh dunia saat ini. Namun sayang, akibat sekat-sekat kebangsaan menjadikan masalah ini seolah masalah pribadi di dalam negeri itu saja. Jangan sampai kita lupa bahwa terbunuhnya seorang muslim jauh lebih hina dari runtuhnya Ka’bah. Seperti hadist Rasulullah saw:
“Dari Abdullah bin Umar dia berkata,”Aku pernah melihat Rasulullah SAW thawaf mengelilingi Ka’bah dan beliau bersabda, “Alangkah indahnya engkau (Ka’bah), alangkah harumnya baumu, alangkah agungnya dirimu, alangkah agungnya kehormatanmu. Demi jiwa Muhammad yang ada di dalam genggaman-Nya, kehormatan, harta dan darah (jiwa) seorang mukmin itu lebih agung di sisi Allah daripada keagunganmu (Ka’bah). Kita tidak boleh berprasangka kepadanya (kepada seorang mukmin), kecuali prasangka baik.” (HR Ibnu Majah).
Semua itu terjadi karena tidak adanya institusi yang melindungi dan mewujudkan persatuan umat, institusi yang akan menjadi pemersatu hakiki bagi umat Islam di seluruh dunia. Seperti hadist Rasulullah SAW berikut ini:
“Sesungguhnya pemimpin itu adalah perisai. Di belakang perisai itulah rakyat berjuang. Maka apabila ia (pemimpin) menyuruh kepada ketaqwaan terhadap Allah dan berlaku adil, maka ia akan mendapat pahala dari perintah dan sikap adilnya itu. Tetapi bila ia menyuruh selain dari itu (taqwa), maka ia akan mendapat siksa karenanya. (HR.Muttafaq alaihi, dari Abi Hurairah RA).
Umat Islam adalah umat terbaik, umat yang begitu besar kekuatannya bila dihimpun dalam satu kesatuan. Keadaan sekarang yang menimpa umat Islam menegaskan bahwa persatuan umat dalam naungan kepemimpiman Islam adalah kebutuhan yang mendesak dan harus segera diwujudkan.
Kepada pemuda muslim di manapun engkau berada, mari kita menjadi bagian dari para penolong agama Allah SWT, yang tidak diam dengan realitas memilukan yang menimpa kaum muslimin. Kita bantu saudara kita di Aleppo, di Suriah bahkan di seluruh dunia, dengan kemampuan yang kita miliki. Baik itu dengan do’a, harta maupun jiwa. Kita dedikasikan diri ini untuk kemuliaan agama Islam. Agar gelar khairu umaah dapat kita wujudkan, dengan kembalinya lagi institusi kepemimpinan umat Islam.
Credit Images: http://cdn3.img.sputniknews.com/images/103483/69/1034836934.jpg
Ya benar, seharusnya semuanya bersatu agar menjadi terbaik.