Press Rilis Silaturahmi dan Diskusi Bersama Ibu Aliyah Baswedan oleh Amin Septianigsih dan Hijjabul Muslimah (Departemen Kemuslimahan Jama’ah Shalahuddin 2016).
Alhamdulillahirrobbil’alamin atas kemudahan Allah SWT pada Hari Senin, 28 November 2016 telah terlaksana agenda silaturahim dan diskusi yang diikuti oleh 12 muslimah Jama’ah Shalahuddin bersama Ibu Aliyah Rasyid Baswedan yang merupakan Ibunda dari tokoh inspirasi Nasional dalam dunia pendidikan, Anis Baswedan. Agenda silaturahim dan diskusi dilaksanakan di rumah beliau yang beralamatkan di Gang Grompol Nomor 18 Jalan Kaliurang KM 5, Sleman. Agenda silaturahim dan diskusi yang diusung oleh Departemen Kemuslimahan Jama’ah Shalahuddin dan BKK ini berlangsung selama lebih dari 2 jam dengan nuansa tema diskusi “ Mempersiapkan Diri Menyongsong Peran Muslimah Strategis.”
Diskusi diawali dengan pembukaan forum dan perkenalan oleh kedua belah pihak satu per satu. Besarnya rasa keingintahuan para muslimah Jama’ah Shalahuddin dan semangat untuk menggali ilmu dan inspirasi berharga dari Ibu Aliyah menciptakan suasana diskusi yang begitu inspiratif dan aktif dari dua arah.
Dalam diskusi dan silaturahim ini banyak ilmu dan statement motivasi yang kami peroleh dari Ibu Aliyah Rasyid Baswedan. Hampir semua dari muslimah Jama’ah Shalahuddin yang hadir berantusias untuk mengajukan pertanyaan kepada Ibu Aliyah. Ibu Aliyah yang juga merupakan dosen Psikologi, peneliti dan penulis sebuah buku yang berjudul “Wanita, Karir dan Pendidikan Anak” merupakan sosok seorang perempuan yang mampu menjalankan peran ganda dalam kehidupan baik dalam sektor domestik maupun dalam sektor publik. Dalam berlangsungnya diskusi beliau menyampaikan bahwa seorang perempuan sekaligus seorang ibu memiliki tugas utama dalam memperhatikan tumbuh kembang dan pemilihan proses pendidikan anaknya.
Beliau menyampaikan bahwa sebagai seorang perempuan kita harus memiliki keinginan yang kuat untuk mampu menjadi pribadi yang excellent dalam ilmunya serta mampu memiliki kemampuan dan ilmu dalam diri kita dalam menjalankan peran memanagemen keluarga. “Surga di bawah telapak kaki ibu bukan hanya sekedar kita taat dan patuh terhadap segala perintah ibu. Namun juga bermakna bahwa kunci surga anak ada di tangan ibu. Apakah nanti anak anak masuk surga atau tidak juga berpengaruh dengan seberapa besar peran seorang ibu”, pesan bu Aliyah.
Ibu Aliyah juga menyampaikan bahwa seorang ibu akan berdosa jika meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan ia tidak menyejahterakannya melalui ilmu, pendidikan, pembinaan karakater, maupun bekal lainnya untuk masa depan mereka sebagaimana pesan yang beliau pegang dalam Q.S. An Nisa:9. “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu,hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”
Beliau juga menyampaikan untuk menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya perlu adanya persiapan-persiapan yang harus dimulai dari sekarang. Kita harus benar-benar tahu apa yang akan kita tuju, langkah-langkah yang harus ditempuh, kuasai bidang keilmuan kita, dan belajar untuk membina keluarga. Dan semua ini perlu ilmu, karena orang yang berilmu pun lebih tinggi derajatnya di mata Allah. Kita harus membiasakan pembelajaran-pembelajaran tersebut dengan rajin untuk mengikuti forum keilmuan, seminar pengembangan diri, belajar memanage rumah, dan mengatur siklus keuangan.
Menurut beliau ada penelitian yang menyebutkan “makin tinggi pendidikan seorang ibu, maka semakin nakal anaknya”. Namun, apakah benar? Logisnya jika seorang ibu terdidik dan mencurahkan perhatiannya secara optimal, maka konsekuensi logisnya adalah “makin tinggi pendidikan seorang ibu, maka akan semakin sejahtera anaknya”. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kualitas perhatian ibu tersebut. Dalam mendidik anak, kita perlu untuk memberikan perhatian secara optimal pada anak di masa kecilnya karena hal ini akan mempengaruhi kedekatan antara ibu dan anak.
Beliau menambahkan bahwa perhatian-perhatian yang menimbulkan kedekatan itu sangat berpengaruh dengan seberapa besar porsi si anak untuk menjadikan ibunya sebagai tempat melampiaskan emosi, mengadu, dan mencurahkan segala hal yang dilakukan serta yang dirasakan oleh anak tersebut. Di sisi lain anak juga memerlukan objek lekat selain ibunya misal nenek, tante, om, dan lain-lain, tetapi harus ada porsi besar seorang ibu untuk berperan. Di dalam proses mendidik anak maka akan ada masanya orangtua bersikap otoriter terhadap anak yakni ketika kedewasaan anak belum matang untuk menentukan keputusan sebaliknya ketika sudah mulai dewasa diberi kesempatan untuk menentukan keputusan dimana peran seorang ibu adalah mendampingi.
Menurut beliau seorang ibu perlu membangun sosial tidak boleh terlalu overprotektif terhadap apa-apa yang dilakukan anak-anaknya, misalnya untuk berorganisasi, menyalurkan hobi, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mengajari anak tentang komunikasi, interaksi sosial, kecerdasan emosional, pengendalian diri pada anak, dan banyak lainnya. Kecerdasan emosional dan interpretasi personality adalah penentu besar keberhasilan anak kelak karena orang yang gagal adalah orang yang gagal dalam berkomunikasi. Selain itu, sedari kecil kita harus melatih anak untuk suka membaca, karena ada penelitian yang mengatakan bahwa buku bacaan anak umur 11 tahun sangatlah menentukan generasi 25 tahun ke depan sehingga pada usia ini anak sangat bagus untuk diberi buku bacaan autobiografi tokoh hebat. Dalam mendidik anak anaknya beliau menyampaikan bahwa umur 1 tahun merupakan dasar peletakan kepercayaan baik kepercayaan kepada Allah, kepercayaan pribadi maupun kepercayaan terhadap masyarakat
Pesan yang sangat berkesan yang disampaikan oleh beliau yaitu “Pandai-pandailah membagi waktu dengan visi dan misi hidup yang jelas”. Semoga silaturahim dan diskusi singkat dengan Ibu Aliyah Baswedan ini dapat menjadi inspirasi bagi seluruh muslimah yang kelak menjadi seorang ibu untuk selalu berusaha untuk menjadi seorang ibu yang mampu mencetak generasi-generasi cerdas penerus bangsa.