[Dalam kegiatan Diskusi Koran Kajian Strategis]
Diskusi Koran pada kali ini sedikit berbeda dengan diskusi koran pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, pada kali ini diskusi dialihkan pada hari Jum’at (24/3) untuk menghindari teman-teman yang tengah sibuk mempersiapkan UTS. Hujan yang menyiram daerah Sleman dan sekitarnya tidak menyurutkan semangat kehadiran peserta yang mengikuti diskusi koran pada malam ini, bahkan peserta diskusi koran membludak dibanding dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Tema pada diskusi koran kali ini adalah “Aplikasi Tak Bisa Dihindari”, Mungkin ada dari kita yang tidak memahami tentang substansi tema kali ini, pada tema kali ini akan membahas mengenai polemik antara transportasi konvensional dengan transportaasi berbasis daring. Diskusi dibuka pukul 21.00 oleh Moderator dan berjalan dengan menarik.
Akbar.M. A. selaku pemantik diskusi koran dan juga seorang mahasiswa Manajemen FEB UGM mulai memberikan pantikan pemicu diskusi. Sebelum itu kita perlu mengetahui bahwa hukum yang berlaku di masyarakat akan terus mengikuti keadaan dan perkembangan zaman, memang transportasi daring belum memiliki payung hukum yang jelas. Pemerintah memiliki peraturan mengenai angkutan umum, sedangkan transportasi daring semacam ojek bukan termasuk angkutan umum. Kapitalisme baru (sharing economy) mampu merobohkan hegemoni kapitalisme lama, secara singkat sharing economy merupakan pemanfaatan barang pribadi yang kurang bermanfaat dan dikapitalisasi, misal daripada kita naik mobil ke kantor terkena 3 in 1, mending saya ngUber dan dapat uang. Kapitalisme lama memiliki kekurangan karena terfokus pada pengumpulan aset, hal ini tidak berlaku pada sharing economy yang menekankan pada pengelolaan bisnis. Semisal bisnis transportasi daring, korporasi hanya menyediakan aplikasi tanpa perlu mengumpulkan aset, jadi mereka mengelola aplikasi untuk pemesanan ojek maupun hal lainnya. Jadi, mereka diuntungkan karena tidak perlu membeli input berupa sepeda motor yang telah dimiliki oleh driver mereka.
Pelaku pada angkutan umum seharusnya bisa bermusahabah alasan dari semakin berkurangnya penumpang mereka. Pertama mereka kejar setoran dalam usaha mereka, dampaknya adalah setidaknya untuk membayarkan setoran mereka mencari penumpang dengan ngetem, kenyamanan penumpang akhirnya tergadaikan. Harga dari angkutan konvensional juga terkadang belum jelas, belum ada standarisasi harga, misal jarak yang berbeda tetapi harganya sama. Kondisi ini merupakan kondisi yang tepat untuk dilakukannya sebuah perubahan karena masyarakat sudah tidak nyaman lagi. Walhasil transportasi daring sekarang menjadi primadona di masyarakat. Inovasi yang mereka lakukan tak bisa dipungkiri telah menarik banyak konsumen, misal harga yang sudah jelas, driver yang ramah, dan sebagainya. Revolusi ini telah menyulut kemarahan pelaku angkutan konvensional, mereka menyalahkan pelaku angkutan daring atas hilangnya pendapatan yang telah menghidupi mereka selama ini. Bentrok akhirnya terjadi di berbagai daerah, semisal di Bogor. Pemerintah yang telah gagal dalam mengantisipasi masalah ini lalu berusaha menyenangkan massa dengan menginisiasi melimpahkan ke daerah untuk menciptakan perda tarif angkutan daring maupun konvensional setara. Pantikan yang diberikan oleh Akbar M.A. selesai dan dilanjutkan diskusi oleh peserta.
Media pada waktu ke waktu mengalami perkembangan, pada masa dulu mungkin media yang digunakan hanya berupa tulisan-tulisan pada majalah atau koran, munculnya internet juga mengalihkan pusat media. Perlu sekali memahami dan menguasai media untuk menyadarkan umat. Kita tahu banyak pihak yang menggiring opini publik sesuai keinginan mereka, publik secara perlahan dijauhkan dari nilai agama dan kepercayaan yang mereka anut. Media internet juga merambah pada angkutan transportasi daring, mau tidak mau arus aplikasi angkutan daring tidak mungkin terelakkan. Kita harus meyakini bahwa perubahan ini menuju kearah kebaikan. Pemerintah diharapkan dapat memberikan andil maksimal dalam menyelesaikan semua masalah ini. Kerjasama secara intensif dari pemerintah, pelaku transportasi konvensional, dan pelaku transportasi daring akan membantu percepatan penemuan solusi dari masalah pelik ini. Pemerintah mampu untuk mengatur kerjasama dari kedua belah pihak yang bertikai. Selanjutnya pelaku transportasi daring dapat merekrut pelaku transportasi konvensional agar menyejahterahkan mereka, kita tahu bahwa pelaku pengguna transportasi daring kebanyakan malah diisi oleh orang dengan tingkat ekonomi yang cukup makan, misal memiliki mobil. Inovasi diperlukan untuk mengatasi masalah ini, hal itu bisa dimulai dari diri kita masing-masing. Terakhir untuk pelaku konvensional juga perlu untuk mulai mencoba melek teknologi dan tidak mudah tersulut ketika ada provokasi. Pemerintah juga diharap mampu proyeksi kebijakan untuk masalah lainnya karena tidak menutup kemungkinan masalah seperti ini muncul lagi dimasa mendatang.
Diskusi pada malam itu akhirnya selesai saat jarum jam hampir menunjukkan angka 11. Diskusi ditutup oleh moderator dan dilanjutkan doa. Peserta diskusi terlihat asyik mendiskusikan permasalahan kultural JS setelah memeras otak pada diskusi kali ini. Hujan nampaknya telah reda diluar sekre JS. Diskusi malam itu membuat malam terasa indah.