Keberadaan film di Indonesia sudah ada sejak lama, bahkan sejak saat masa penjajahan. Tepatnya bermula sekitar tahun 1926. Sejarah dari dunia perfilman Indonesia terbilang cukup panjang dan berliku selain bersaing dengan film asing. Kualitas sebuah film juga mempengaruhi minat penonton. Tahun 1980-an dapat dikatakan sebagai tahun keemasan bagi dunia perfilman Indonesia karena pada tahun ini banyak film tanah air yang berkualitas memenuhi beberapa bioskop lokal. Namun memasuki tahun 1990-an Indonesia mengalami sedikit kemunduran di bidang film karena banyaknya produksi film dengan konten dewasa dan industri film barat juga mulai memasuki bioskop-bioskop di tanah air. Tapi disela-sela persaingan film-film tersebut, beberapa film dengan konten petualangan anak-anak dan percintaan remaja pun muncul dan cukup membawa angin segar pada dunia perfilman. Seiring berjalannya waktu, minat penonton berubah dan membuat para sineas atau film maker berlomba membuat sebuah film dengan konten yang positif agar dapat merangkul semua kalangan. Genre keluarga, remaja, dan adaptasi dari sebuah novel menjadi andalan para sutradara. Bahkan beberapa industri film kini mulai memproduksi film dengan konsep islami sebagai sarana dakwah walaupun masih banyak rintangan dan tantangan dalam pembuatan dan promosinya.
Film dengan nuansa islami sendiri sudah mulai menarik perhatian penonton bioskop Indonesia sekitar tahun 2008 dengan melejitnya sebuah film adaptasi dari novel best seller. Sejak itu film islami mulai perlahan menghias layar bioskop bahkan hingga saat ini. Terhitung sudah puluhan film islam pernah membentang di layar bioskop Indonesia mulai dari yang terinspirasi kehidupan tokoh islam atau adaptasi dari buku. Meski harus bersaing dengan genre yang lain, nyatanya film islami memiliki tempat khusus di hati para penonton setianya. Walau tak dapat dipungkiri dalam perkembangannya ada pro dan kontra.
Seperti halnya di luar negeri, dunia perfilman di Indonesia tentu tidak hanya sekedar membuat film agar dapat dinikmati saja. Akan tetapi juga membuat ajang penghargaan bagi para sineas sebagai wujud apresiasi kerja keras mereka. Bukti kecintaan terhadap film nasional juga diwujudkan melalui ditetapkannya tanggal 30 Maret sebagai hari film nasional di mana film pertama karya sutradara asli Indonesia mulai dibuat, tepatnya tanggal 30 Maret 1950 dan disahkan sebagai tanggal bersejarah bagi dunia perfilman pada 11 Oktober 1962 oleh Dewan Film Nasional. Penetapan tanggal ini diharapkan dapat mendorong antusias penonton agar mau menonton film tanah air di bioskop karena sejatinya film Indonesia pun tak kalah menarik dari film asing. Bahkan film dapat dijadikan sebagai sarana edukasi dan dakwah. Mari budayakan selektif memilih film dan terus dukung selalu film baik karya anak bangsa.
Oleh : Rahmadani Ilham Prastiwi, Media Center, D3 Kepariwisataan 2016