Pemateri : Ustadz Ridwan Hamidi, Lc., MA.
Waktu : Ahad, 23 Februari 2020
Tempat : Masjid Kampus UGM
Ngaji Tafsir Surah Muhammad Dari Ayat 30
Sebelum masuk kepada pembahasan tafsir Q.S Muhammad Ayat 30, korelasi pembahasan pada ayat-ayat sebelumnya berkaitan dengan Allah akan menghapus amalan orang-orang yang menimbulkan kemurkaan dan membenci keridaan Allah SWT, hal tersebut dijelaskan dalam Q.S Muhammad ayat 29 yang berbunyi:
”yang demikian itu, karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan membenci (apa yang menimbulkan) keridaan-Nya; sebab itu Allah menghapus amal mereka”
Berdasarkan ayat di atas kita sebagai umat Islam hendaknya senantiasa menjaga kadar keimanan dan tidak lelah untuk selalu menambah amal ibadah kita kepada Allah SWT, salah satu tindakan yang dapat kita lakukan adalah dengan mengamalkan apa yang diperintahnya dan menjauhi apa-apa yang menimbulkan fitnah, dosa, dan kemurkaan Allah SWT kepada kita.
- Q.S Muhammad Ayat 30
“Dan sekiranya kami menghendaki, niscaya kami perlihatkan mereka kepadamu (Muhammad) sehingga engkau benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan engkau benar-benar mengenal mereka dengan dari nada bicaranya, dan Allah mengetahui segala perbuatan kamu.” (Q.S Muhammad 47:Ayat 30)
Meneruskan penjelasan terkait kaum munafik pada ayat sebelumnya, Allah sangat kuasa memperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW rahasia dalam diri kaum munafik melalui tanda-tanda wajah dan nada bicara mereka.
Dalam tafsir Al-Wajiz, Syaikh Prof. Dr. Wahbah az Zuhaili, pakar fiqih tafsir negeri Suriah mengatakan bahwa Allah akan menjelaskan sebagian kuasa-Nya yang nampak, Allah SWT berkata: kalau saja kami berkehendak wahai Nabi Allah, kami akan tampakan padamu perihal mereka dan kami tampakkan di hadapan mata-mata mereka, agar kami dapat memberikan kepadamu tanda-tanda mereka secara khusus yang tanda tersebut berbeda dan nampak pada wajah-wajah mereka, dan agar maksud-maksud dari tujuan ucapan mereka melalui lisan-lisan mereka dan yang dapat dipahami dari makna ucapan mereka. Allah Maha mengetahui amalan-amalan kalian yang tidak tersembunyi bagi-Nya sesuatupun dari amalan-amalan mahluk, dan Allah akan membalas kalian atas amalan-amalan tersebut.
Penjabaran yang serupa juga termaktub dalam Tafsir as-Sa’di, Syaikh Abudrrahman bin Nashir as-Sa’di, seorang pakar tafsir Abad 14 H. Dalam Q.S Muhammad ayat 30 terdapat kata bisiimaahum yang artinya (dengan tanda-tanda mereka), (simaah) diartikan sebagai “tanda” yang berkonotasi pada (terlihat dari raut wajah atau muka) yang dapat menjadi pembeda antara kaum munafik dan yang beriman. Dan Allah kembali menegaskan pada kalimat selanjutnya walata’rifannhum fi lahnil qowli yang artinya (dan sungguh kamu akan mengenal mereka dari tata bahasa/perkataan dan nada bicaranya), (lata’fifanna) ditulis dengan menggunakan huruf lam taklid yang menyatakan kesungguhan yaitu; benar-benar akan mengenal. Dan dalam kalimat (lahnil qowli) Allah memberi petunjuk kepada kaum muslim bahwa kita dapat melihat pertanda orang munafik dari tergelincirnya lisan yang mereka sampaikan.
Berdasarkan tafsir ayat di atas, kita dapat mengetahui bahwa pengetahuan Allah SWT melebihi seisi langit dan bumi. Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang nampak dan tersembunyi. Selain itu, Allah juga akan membalas dari apa yang telah mereka kerjakan. Dalam aktivitas sehari-hari, seseorang diperlakukan sebagaimana yang nampak (dzahir), misal seseorang yang melaksanakan ibadah sholat tetap diperlakukan sebagai seorang muslim, walaupun dia munafik. Namun, segala urusan yang tidak nampak oleh mata kita pada diri seseorang mari kita serahkan kepada yang Maha Mengetahui, yaitu Allah SWT.
- Q.S Muhammad 47: Ayat 31)
“ Dan sungguh, kami benar-benar akan menguji kamu sehingga kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar diantara kamu; dan akan kami uji perihal kamu.” (Q.S Muhammad 47: Ayat 31)
Ayat-ayat yang berkaitan dengan ujian sangat beragam. Perlu kita maknai bahwa dalam setiap ujian yang terjadi selalu saja ada pembelajaran dan hikmah yang Allah SWT sampaikan kepada kita. Pendapat ulama tentang ujian berbeda-beda, salah satu ulama mengatakan bahwa ujian adalah sebuah jihad di jalan Allah. Ulama lainnya mengatakan bahwa ujian merupakan perjuangan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah.
Dalam Q.S Muhammad Ayat 31 makna kalimat wa lanabluwannakum yang artinya (dan sungguh kami akan menguji kamu) merujuk pada kesungguhan nyata, dapat kita lihat dari penggunaan lam taklid yang bermakna sebenar-benarnya. Lalu dalam kalimat selanjutnya, hattaa na’lamalmujaahidiina mingkum wash shoobiiriina yang artinya (sehingga kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjiahd dan bersabar diantara kamu). Salah satu indikator ujian adalah dengan kesabaran perjuangan kita dalam menghadapi segala sesuatu yang sedang menguji keimanan kita. Dan dalam kalimat wa nabluwa akhbaarokum yang artinya (dan kami akan mengajui perihal kamu), kata akhbaru merupakan bentuk jamak dari khobr atau ikhtibar yang dapat diartikan untuk mengetahui keadaan seseorang berkenaan dengan isi hati seseorang tersebut.
Sesungguhnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari hendaklah kita selalu dalam kadar keimanan yang senantiasa mencintai Allah SWT, menaati segala perintah dan sebisa mungkin menjauhi segala apa-apa yang menjadi larangan-Nya. Sehingga dalam menjalani ibadah kepada-Nya kita selalu mendapat keberkahan dan dihindarkan dari sifat khianat atau munafik. Kita juga dituntut untuk memiliki sifat sabar dan kokoh dalam menghadapi segala ujian yang Allah SWT berikan, pentingnya menjaga kadar kesabaran semata-mata untuk mendapatkan hikmah dan pembelajaran agar dapat menjadi pribadi muslim secara menyuluruh.