Tema | : Kisah Wanita Teladan yang Dirindukan Surga |
Subtema | : Meneladani Keteguhan Iman Asiyah Istri Fir’aun |
Pembicara | : Ustadzah Siwi Ummu Nabilah |
Hari, tanggal | : Ahad, 10 Oktober 2021 |
Waktu | : 09.00–10.35 WIB |
Tempat | : Google Meet |
Sesi Pematerian
Asiyah bintu Muzahim merupakan istri Fir’aun. Adapun bintu Muzahim diketahui manakala Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam menggambar 4 garis yang menunjukkan terdapat empat wanita utama yang akan masuk surga yakni Khadijah bintu Khuwailid, Fatimah bintu Muhammad, Asiyah bintu Muzahim, dan Maryam bintu Imran. Di antara dalil-dalil yang menyebutkan keutamaan beliau, dan hal ini merupakan alasan yang cukup kuat yang menegaskan bahwasanya beliau adalah sosok yang sangat terpuji atau sosok yang memiliki pujian yang agung di sisi Allah Ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala telah menyebutkan sosoknya di dalam Al-Qur’an yakni dalam surat At-Tahrim ayat 11 yang berbunyi:
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ
“Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun. Ketika dia berkata: “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga serta selamatkan aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang zhalim”” (QS. At-Tahrim: 11)
Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang Asiyah, bahwasanya Asiyah adalah istri pembesar Mesir yang paling kejam dan paling kufur. Fir’aun merupakan raja yang paling kufur, karena mengkalim bahwa dirinya adalah Rabb yang maha tinggi. Fir’aun juga membuat semacam undang-undang yang berisi untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir. Meskipun suaminya bersifat sombong, kejam, dan kufur, Asiyah tidak memiliki sifat yang demikian. Asiyah merupakan wanita yang mempunyai hati yang sangat lembut meski berada di sisi penguasa yang kejam. Hal tersebut dapat dilihat ketika Asiyah merawat Nabi Musa ‘alaihissalam.
Ibu Nabi Musa hamil namun tidak tampak kehamilannya dan pada saat melahirkan diketahuilah bahwa bayi yang dilahirkan merupakan bayi laki-laki. Beliau kemudian memasang peti di sungai yang ditambatkan pada tali yang di dalamnya terdapat bayi yakni Nabi Musa ‘alaihissalam. Pada waktu itu, terjadi arus yang sangat deras di sungai Nil, sehingga menyebabkan tali penambat peti terlepas dan menghanyutkan peti yang berisi bayi Nabi Musa ‘alaihissalam. Ibunda Nabi Musa ‘alaihissalam kemudian meminta kepada salah satu saudarinya untuk mengikuti ke mana arah peti tersebut berjalan dan ternyata aliran sungai Nil melewati area istana Fir’aun. Peti tersebut ikut masuk bersama aliran sungai dan hal tersebut dilihat oleh salah seorang pembantu Fir’aun dan diambillah peti tersebut lalu diserahkannya kepada Asiyah. Asiyah masih memiliki fitrah sebagai wanita yakni lemah lembut dan memiliki rasa belas kasihan kepada anak kecil, kemudian diambillah bayi tersebut dan beliau sampaikan kepada suaminya Fir’aun.
وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُ ۖعَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ
“Dan istri Fir’aun berkata, “(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita ambil dia menjadi anak,” sedang mereka tidak menyadari.” (QS. Al-Qashshash: 9)
Allah mengabulkan doa Asiyah ini. Musa menjadi perantara hidayah Allah subhanahu wa ta’ala kepadanya. Inilah manfaat di dunia. Adapun manfaat akhirat, Asiyah akan dimasukkan ke dalam surga.
Nabi Musa ‘alaihissalam selalu menolak ibu susuan yang akan menyusuinya, dan dicarilah wanita yang dapat menyusui bayi Nabi Musa ‘alaihissalam. Akhirnya ditemukanlah wanita yang cocok untuk menyusui bayi Nabi Musa ‘alaihissalam dan itu adalah ibunya sendiri.
Pada saat itu Asiyah sudah beragama islam (secara umum). Islam secara umum adalah ajaran yang dibawa oleh para nabi, dan islam secara khusus adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam. Syari’at Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dan syari’at pada nabi Musa ‘alaihissalam itu berbeda. Ketika keimanan Asiyah diketahui oleh Fir’aun, Asiyah lantas disiksa dengan cara dijemur di bawah terik matahari dalam kondisi terikat. dua pasak mengikat tangan dan dua pasak lain mengikat kaki. (Dalam salah satu riwayat hadits disebutkan: lalu diletakkan batu penggilingan yang besar, sampai beliau wafat). Jika tentara penjaganya pergi, maka ada malaikat yang akan menaungi Asiyah dengan sayap mereka. Kemudian dia berdoa (dengan doa yang ada dalam surat At-Tahrim).
رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ
“Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim,”
Faidah kisah Asiyah bintu Muzahim
- Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa kebaikan Asiyah kepada Musa.
- Asiyah sosok yang memiliki keimanan yang kokoh. Beliau bukanlah wanita yang silau dengan kemewahan dunia sehingga menggadaikan imannya demi mempertahankan dunia yang sudah dimilikinya.
Siksaan yang dialami oleh fisik beliau tidak menjadikan beliau lupa untuk berdoa dan memohon pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala.
Sesi Tanya Jawab
- Bagaimana pendapat ustadzah mengenai seragam sekolah misalnya adalah sekolah kedinasan yang seragamnya diatur sesuai dengan peraturan, apakah hal tersebut diperbolehkan?
Jawab: Sarannya, jika kondisinya belum masuk sekolah tersebut maka perlu dipertimbangkan lagi untuk memasuki sekolah tersebut. Tetapi apabila sudah terlanjur masuk, sebaiknya dicoba dulu memakai pakaian yang syar’i (bentuk yang lebih longgar) dengan mencocokkan dengan seragam sekolah yang telah ditentukan. Misalkan ada teguran, maka sampaikan bahwa hal tersebut merupakan prinsip dalam beragama. - Guru TK saya, suaminya dzolim suka mukul/melarang istrinya mengajar di sekolah, sampai kadang pernah seminggu absen tidak mengajar gara-gara biru-biru mukanya, dan ibu guru saya tersebut cuma diam saja tidak melaporkan suaminya, kalau naudzubillah kita ada di posisi itu apakah boleh kita meninggalkan laki-laki toxic seperti itu ustadzah? Atau tetap bertahan?
Jawab: Pertama, perlu disadari permasalahan yang terjadi, apakah hal tersebut sudah disepakati sebelum pernikahan atau bukan. Dari satu sisi, apabila wanita bersalah karena melanggar larangan suaminya, maka tidak seharusnya juga seorang suami memukul istrinya hingga biru-biru. Di sisi lain, apabila dari sebelum pernikahan wanita tersebut sudah mengajar dan suami tidak melarang hal tersebut, namun seiring berjalannya waktu bisa jadi ada hal-hal yang mendorong suami untuk berbuat dzolim dan melanggar perjanjian, maka suami perlu melakukan introspeksi. Apabila terjadi seperti itu boleh dilakukan khulu’ (gugat cerai) dari seorang istri. - Bagaimana kita menghindari supaya tidak mendapat pasangan yang tidak baik sebelum menikah, dan sebaiknya kita menunggu orang yang kita inginkan atau menerima pinangan orang yang mencintai kita?
Jawab: Kita sebaiknya meminta tolong kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar mempertemukan kita dengan pasangan yang baik akhlaq dan agamanya. Kita juga bisa untuk sholat istikharah, apabila itu baik menurut Allah subhanahu wa ta’ala maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memantapkan pilihan kita. Yang kita pilih adalah mana yang terbaik akhlaqnya dan agamanya, bukan dari sisi duniawinya.
Rumah Aisyah 4
Kajian sebelumnya: Meneladani Kemuliaan Akhlak Fatimah Az-Zahra
Kajian selanjutnya: Meneladani Ketabahan Maryam binti Imran (menunggu notula)
Kisah di atas sangat memotivasi wanita muslimah yg di uji oleh Allah SWT… karena ujian yg diterima nya belum seberapa dibandingkan dengan 4 wanita mulia tersebut insyaallah