Pancasila Tidak Islami? Kata Siapa?

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, seringkali dianggap tidak Islami oleh beberapa pihak. Namun, pandangan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan jika kita melihat peran penting ulama dalam merumuskan, menyepakati dan menyelamatkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Para ulama dan tokoh Islam yang berkontribusi dalam menyusun Pancasila memainkan peran sentral dalam membawa nilai-nilai keagamaan ke dalam kerangka kebangsaan. Hal tersebut bisa dilihat dari susunan panitia sembilan yang banyak beranggotakan para ulama, seperti Mohammad Hatta, Abdul Kahar Muzakkar, Abikoesno Tjokrosoejoso, KH. Abdul Wahid Hasyim, dan KH. Agus Salim.

Mohammad Hatta, seorang pemikir Muslim dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Beliau menyuarakan pentingnya menghormati perbedaan agama dan memperjuangkan keadilan dalam Pancasila. Selain itu, KH. Mas Mansur, seorang tokoh Islam yang ikut aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, juga berperan dalam merumuskan Pancasila. Pandangannya tentang keadilan, persaudaraan, dan moralitas Islam sejalan dengan nilai-nilai yang dihayati dalam Pancasila. Tokoh lainnya adalah KH. Agus Salim, seorang diplomat dan cendekiawan Muslim yang memberikan kontribusi besar dalam perumusan Pancasila. Pendekatannya yang berakar pada ajaran Islam memberikan inspirasi yang berharga bagi nilai-nilai Pancasila.

Ayat-ayat Qur’an juga sama sekali tidak bertentangan dengan Pancasila. Dalam Surah Al-Hujurat (49:13), Allah memerintahkan kita untuk saling mengenal dan menghormati satu sama lain, menggarisbawahi pentingnya persatuan dalam keberagaman. Ayat ini sejalan dengan sila Persatuan Indonesia dalam Pancasila. Selain itu, ayat-ayat Qur’an juga menekankan nilai-nilai keadilan sosial. Dalam Surah An-Nisa (4:135), Allah memerintahkan kita untuk selalu menegakkan keadilan, termasuk dalam kehidupan bermasyarakat. Ayat ini sejalan dengan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam Pancasila. Selanjutnya, ayat-ayat Qur’an menekankan pentingnya penghormatan terhadap Tuhan dan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam Surah Al-Baqarah (2:83), Allah menyeru kita untuk menyembah hanya kepada-Nya dan berbuat baik kepada sesama manusia. Ayat ini sejalan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Pancasila.

Dengan memperhatikan peran ulama yang berkontribusi dan ayat-ayat Qur’an yang sejalan dengan Pancasila, dapat kita saksikan bagaimana Pancasila dan Islam sebenarnya saling melengkapi. Pancasila bukanlah anti-Islam, melainkan sebuah kerangka kerja yang mampu mengakomodasi dan menghormati nilai-nilai agama, termasuk Islam.

Oleh karena itu, anggapan bahwa Pancasila tidak Islami adalah keliru dan dapat disangkal dengan fakta sejarah dan kajian ajaran Islam. Pancasila adalah hasil dari perjuangan tokoh-tokoh Islam yang berkomitmen dalam membangun negara yang adil, berkeadilan, dan bermartabat, serta didukung oleh ayat-ayat Qur’an yang mendorong persatuan, keadilan, dan penghormatan terhadap kemanusiaan.

Marilah kita bersama-sama meneruskan semangat kebangsaan yang inklusif, menghormati perbedaan agama, dan menjaga harmoni antara Pancasila dan ajaran Islam. Kedua nilai-nilai ini dapat bersatu dalam membangun Indonesia yang berkeadilan, sejahtera, dan damai. Pancasila dan Islam adalah pilar-pilar penting dalam membangun negara yang kokoh dan harmonis.