Prof. Indra Bastian Dorong Kader Jama’ah Shalahuddin Menjadi Pengusaha

Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM sekaligus KAJASHA (Keluarga Alumni Jama’ah Shalahuddin), Prof. Dr. Indra Bastian, M.B.A., Akt. menyampaikan pentingnya suatu organisasi memiliki fokusan lebih terhadap pengembangan jiwa entrepreneurship dalam acara kunjungan Jama’ah Shalahuddin pada Ahad (13/8). Kunjungan tersebut dilaksanakan di Masjid Izzatul ‘Ulya.
 
Pada awal pemaparannya, Prof. Indra menunjukkan data bahwasanya 10 orang terkaya di Indonesia dikuasai oleh pengusaha keturunan Tiongkok dan hanya satu yang asli Indonesia. Sementara itu, dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes, hanya terdapat 3 orang asli Indonesia. Hal tersebut merupakan tantangan yang nyata dihadapi oleh Indonesia saat ini. “Jama’ah Shalahuddin harus mulai melek dengan hal yang seperti ini, jangan hanya tata kelola-tata kelola doang”, terangnya.
 
Selanjutnya, Prof. Indra menjelaskan apa yang harus Jama’ah Shalahuddin lakukan ke depan. “Apa yang harus Jama’ah Shalahuddin sekarang pecahkan? Belajar? Engga, Anda harus menjadi pengusaha, yang kemudian menduduki 50 orang terkaya ini adalah muslim”, tambahnya. Menurut beliau, ukuran kesejahteraan menjadi berbeda, zaman dahulu menjadi pegawai negeri adalah impian semua orang, tetapi gajinya lebih rendah daripada pengusaha. Apabila dilihat pada daftar yang ada, tidak ada satupun di dalam daftar orang terkaya tersebut adalah pegawai pemerintah, melainkan semuanya adalah seorang pengusaha.

Prof. Indra Bastian juga menggarisbawahi bahwa transformasi pikiran dan pendekatan baru diperlukan untuk mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi. Ia menyebutkan bahwa para kader Jama’ah Shalahuddin perlu mengembangkan pola berpikir yang inovatif, kreatif, dan berani mengambil risiko. “Kalian harus bisa menghadapi ketidakpastian ekonomi dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis,” kata Prof. Indra.

Dalam konteks ini, Prof. Indra memberikan contoh nyata tentang bagaimana dunia bisnis telah mengalami perubahan signifikan. Ia mengungkapkan bahwa bisnis konvensional semakin tergantikan oleh bisnis digital, e-commerce, dan teknologi. Oleh karena itu, ia mendorong para kader untuk tidak hanya memahami tren ini, tetapi juga terlibat aktif dalam pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan usaha.

Prof. Indra juga menekankan pentingnya membangun jaringan dan kolaborasi dalam dunia bisnis. Ia menyatakan bahwa networking yang kuat dan kemitraan yang strategis dapat membantu mengatasi berbagai hambatan dalam memulai dan mengembangkan usaha. “Jangan pernah ragu untuk belajar dari para pengusaha sukses dan menjalin hubungan yang dapat saling mendukung,” ujarnya. Prof. Indra Bastian dengan tegas mengingatkan bahwa menjadi pengusaha bukanlah jalan yang mudah, tetapi dengan semangat pantang menyerah, kemauan untuk terus belajar, dan keberanian menghadapi tantangan, para kader JS memiliki potensi untuk meraih kesuksesan dalam berbagai bidang usaha. Dalam era yang penuh dengan perubahan dan peluang, langkah kecil menuju kewirausahaan dapat menjadi langkah besar menuju kesejahteraan dan kemajuan. Diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang, akan muncul para pengusaha muslim yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa.