Melihat polah tingkah para wakil rakyat akhir-akhir ini memang semakin lucu dan menggemaskan. Bagaimana tidak? Kerja belum beres,.malah emang ga pernah beres kali ya?! Tapi udah minta ini, minta itu.. hmm… Isu yang sedang hangat dibicarakan adalah rencana pembangunan gedung DPR di Senayan yang dianggarkan 1,8 triliyun. Isu tentang anggaran fantastis ini memang belum merupakan suatu hal yang pasti,namun hal yang perlu diperhatikan adalah urgensi dari pembangunan gedung yang katanya sudah miring 7 derajat itu. 7 derajat??? Apa sih yang perlu dikhawatirkan. Mereka,yang menyebut dirinya wakil rakyat terkesan begitu lebay menanggapi kemiringan gedung yang hanya 7 derajat itu.
Mari kita tengok apa saja fakta dibalik isu ini. Yang pertama adalah alasan rencana pembangunan gedung. Menurut Sekretaris FPPP, Muhammad Romahurmuziy, menilai anggaran Rp1,8 triliun untuk realisasi grand design kompleks DPR RI terlalu besar. Setjen DPR harus menjelaskan rincian angka Rp1,8 triliun tersebut. Ia menjelaskan, dengan kebutuhan standar luas ruangan setiap anggota DPR yang representatif untuk bekerja dengan dilengkapi ruang tamu serta ruang untuk staf ahli yang direncanakan tujuh orang, dibutuhkan luas ruangan 62,5 meter persegi untuk setiap anggota. Artinya, lanjut Romi, untuk 560 anggota DPR bersama anggota fraksinya diperkirakannya sekitar 35 ribu meter persegi. Sedangkan harga bangunan mewah per meter persegi, lanjut Romi, bisa mencapai Rp 15 juta.
“Artinya total yang dibutuhkan untuk merealisasikan bangunan dengan kapasitas seperti itu hanya Rp525 miliar. Kalau angka Rp1,8 triliun itu sangat besar,” tukasnya. Perhatikan, dengan angka 525 milyar ,seharusnya sudah bisa mencukupi. Lalu angka 1,8 triliyun itu dari mana ya?? Kita lanjutkan pencarian faktanya. Masih menurut sekretaris FPPP, Mengenai kebutuhan gedung baru tersebut, lanjut Romi, memang dibutuhkan bagi DPR, karena gedung yang ada sekarang sudah melebihi kapasitas hunian. Gedung Nusantara I, kata dia, dibangun untuk anggota dewan periode 1992-1997 dan saat ini masih digunakan oleh anggota dewan periode 2009-2014.
“Gedung ini tidak didesaign untuk jumlah yang sekarang. Kalau dulu anggota dewan berjumlah 500 dengan masing-masing asisten pribadi satu orang dan dua orang staf. Kalau sekarang jumlahnya sudah 560 dengan rencana satu orang anggota dewan dilengkapi 7 staf ahli,” paparnya. Baiklah,kita minimal tahu bahwa ada peningkatan jumlah anggota dewan, yang melebihi kapasitas hunian. Resiko juga sih, siapa suruh jadi anggota dewan? (lho!).
Perihal kapasitas hunian ini juga diperkuat oleh Priyo Budi Santoso wakil ketua DPR RI, Menurutnya, gedung Nusantara I sudah melebihi kapasitas karena selain dihuni anggota dewan, juga ada staf dan lain-lain. ”Jadi kami ambil kesimpulan,diperlukan renovasi total dan rencananya dibangun gedung baru disekitar gedung sekarang, ”papar politisi Golkar ini. Kemudian isu tentang kemiringan gedung 7 derajat, mari kita lihat komentar lugu dari salah satu anggota dewan yang menanggapi soal ini, Anggota DPR dari Fraksi Golkar Gandung Pardiman misalnya, dirinya tidak ingin mati konyol di gedung dewan yang konon sudah miring itu.
“Kaitannya dengan gedung yang miring, saya tidak mau mati konyol. Meski berdoa, tapi tetap saja saya tidak mau mati konyol,” kata Gandung disambut tawa ratusan anggota DPR di rapat paripurna DPR,Senayan,Jakarta,Senin(3/5/2010).Gandung pun terus melanjutkan interupsinya yang dibungkus dengan bahasa yang lucu. “Kalau itu rubuh tenan (jatuh beneran), sungguh-sungguh, apa kata dunia,” imbuhnya yang lagi-lagi disambut tawa. “Saya tidak mau sok,”timpalnya.
Apakah anda juga ingin tertawa membaca komentar dari wakil rakyat ini? Tidak mau mati konyol, Begitu khawatirnya mereka dengan 7 derajat, sedangkan ketika gedung sekolah dasar di pelosok desa miring 180 derajat, siswa-siswanya masih menyebut gedung itu sekolah mereka. Terkadang wakil rakyat kita lebih lugu dan lebih lucu dari anak-anak SD. Sama sekali tidak ada rasa empati pada rakyat, dan terlalu memikirkan kesejahteraan diri sendir