Siapa yang tak mengenal sosoknya diwaktu muda, penampilan sewaktu mudanya yang tampan dan rupawan, dan dibesarkan dalam keadaan yang serba kecukupan dan dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Tak mengherankan jikalau ia menjadi buah bibir gadis-gadis Mekkah dan bintang di tempat-tempat pertemuan, dialah Mushab Bin Umair.
Kisahnya menjemput Hidayah Keislaman, diawali ketika ia mendengar tentang Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam yang kala itu mendakwahkan dirinya sebagai Rasulullah dan mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah yang Esa. Setelah mendengar Rasulullah sering mengadakan pertemuan dengan para sahabatnya di rumah Arqam bin Abil Arqam, ia pun menyempatkan diri mengikuti majelis yang di dalamnya dibacakan ayat-ayat Al Qur’an. Wahyu yang kala itu dibacakan oleh Rasulullah didengar oleh Mush’ab hingga merasuki hatinya dan menjadi jalan hidayah Allah kepadanya.
Untuk beberapa saat lamanya, Mush’ab menyembunyikan keislamannya. Setelahnya cobaan demi cobaan menghampiri kehidupannya silih berganti. Mulai dari ibunya yang kemudian memenjarakannya di sebuah tempat terpencil, dua kali hijrah ke Habsyi, hingga pengusiran oleh ibunya yang tidak lagi sudi menganggapnya sebagai anak kandung. Akhir dari kisah kehidupan mewah dan glamour yang selama ini dinikmatinya. Begitulah, pemuda rupawan ini lebih memilih hidup miskin dan sengsara, dengan pakaiannya yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari lapar demi cintanya pada Allah.
Begitulah keadaan Mush’ab. Namun berkurangnya atau hilangnya kemewahan dunia pada dirinya justru berakibat pada peningkatan pengabdiannya pada Allah dan Rasul-nya. Tercatat dalam sejarah Islam sumbangsihnya yang teramat besar bagi penegakkan kalimat Allah di muka bumi. Dengan menjadi duta pertama Rasul yang diutus untuk berdakwah kepada masyarakat Madinah. Dengan sifat zuhud, kejujuran, dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk Madinah hingga mereka berbondong-bondong masuk Islam. Subhanallah!
Hebatnya, Dalam perang Uhud melawan kaum musyrik, Mush’ab mendapat kehormatan dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam untuk membawa bendera kaum Muslimin. Perang yang berlangsung dahsyat hingga sejumlah sahabat terkemuka gugur untuk menemui Rabb mereka, tak terkecuali Mush’ab…
Begitulah. Kisah ini sepertinya mengajarkan kepada kita untuk tidak terlalu terlena dan terpedaya oleh segala kemewahan dunia yang Allah berikan. Bagaimanapun juga kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah di atas segala-galanya. Ya Allah… Letakkanlah akhirat di hatiku dan dunia di tanganku, agar aku tak terlena karenanya.
Ditulis oleh : Fauziah Ramdani
Mahasiswa semester akhir Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Jurusan Anthrpologi Pembangunan – Universitas Hasanuddin