Sore itu kajian rutin yang diadakan Jamaah Shalahuddin (JS) tidak seperti biasa. Selasa (3/4), di Masjid Kampus UGM, tepatnya di ruang utama masjid, ada dua banner yang bertuliskan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Banner itu bergambar seorang wanita Somalia. Kajian yang mengambil tema tentang kondisi terkini Somalia itu mendatangkan narasumber langsung dari Jakarta, Bapak Iqbal Setyarso, Direktur Bagian Komunikasi ACT.
Kajian ini diadakan dalam rangka sosialisasi atas penyaluran donasi yang dikumpulkan sejak Ramadhan tahun lalu. Dana yang terkumpul dari para sejumlah Rp 26.552.517,13.
Dalam pemaparanya, Iqbal terlebih dahulu menceritakan kondisi yang terjadi di negara yang penduduknya sebagian besar muslim tersebut. Ia menerangkan, bangsa Somalia adalah bangsa yang tegar. Mereka tidak mau mengemis walaupun kemiskinan dan kelaparan melanda mereka. Untuk berteduh, mereka membangun aqal, rumah nomaden (berpindah-pindah) berbahan reranting kering, seperti sarang burung. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka menjajakan jasa berdagang, menggembala dan memerah susu.
Melalui Komite Indonesia untuk Solidaritas Somalia (KISS), yang dibentuk oleh ACT sejak bulan Ramadhan tahun lalu, mereka mensosialisasikan ke masyarakat Indonesia agar peduli terhadap saudara-saudara yang ada di Somalia. Berkat program ini, banyak warga Indonesia yang ikut menyalurkan bantuannya.
Tiga gelombang Tim Aksi sudah dikirimkan ke Somalia untuk membawa bantuan yang dihimpun dari masyarakat Indonesia. Action Team For Somalia ini telah mengirimkan bantuan berupa bahan makanan, pelayanan kesehatan, dan hewan qurban untuk pengungsi di Somalia. Pada saat hari raya Idul Adha, KISS berhasil menyalurkan 1.000 ekor kambing dan 14 ekor unta untuk diqurbankan. “Sungguh, ini merupakan sebuah perjuanggan yang luar biasa dari komite ini dalam membantu saudara-saudara yang sedang terkena bencana kelaparan di tengah-tengah konflik perang saudara,” ungkap Iqbal.
Ia juga menyampaikan, agenda paling penting untuk Somalia adalah perwujudan perdamaiaan di Negara yang berada di tanduk Benua Afrika ini. Hilangnya pertikaian antar kelompok dapat menstabilkan kembali aspek-aspek kehidupan di Somalia, terutama aspek ekonomi. Seberapapun bantuan yang disalurkan oleh negara-negara lain, seperti Turki, Arab Saudi, dan Indonesia, tanpa sebuah perdamaian, permasalahan sulit diselesaikan.
Selain pemaparan materi oleh Iqbal, anggota Mahasiswa Peduli Somalia (MPS) diberi kesempatan untuk memaparkan visi, misi dan kegiatan yang sempat direalisasikan untuk menunjukkan kepedulian terhadap keadaan di somalia. MPS terbentuk dari sebuah kegiatan pelatihan jurnalistik kemanusiaan yang diampu oleh pak Iqbal, yang akhirnya punya gagasan untuk membentuk komunitas peduli Somalia. MPS berpusat di Jakarta dengan gabungan dari beberapa perguruan tinggi, antara lain UI,UNJ,UIN Syarif Hidayatullah, dll. [Tuhu Hermawan]
Alhamdulillah hingga saat ini akademisi UGM masih bekerjasama dengan ACT dalam kegiatan kemanusian, sekarang lebih mudah dengan adanya kantor cabang ACT di Yogyakarta
semoga para jiwa muda mahasiswa dan mahasiswi selalu peduli dengan permasalahan sosial kemanusian di dalam negeri dan di luar negeri dari wujud Pancasila sila ke-2