YOGYAKARTA (1/3) – Unit Kerohanian Islam Jama’ah Shalahuddin UGM mengadakan kunjungan ke Rektorat untuk bertemu dengan Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng. Ph.D. Kunjungan perdana di awal kepengurusan Jama’ah Shalahuddin 1433 H ini bertempat di Ruang Sidang Pimpinan, dengan didampingi oleh Direktur Kemahasiswaan, Drs. Haryanto, M.Si.
Dalam kunjungan perdana ini, Arif Nurhayanto, ketua Jama’ah Shalahuddin 1433 H memulai perbincangan dengan bertanya seputar pandangan Rektor terhadap Jama’ah Shalahuddin dan harapan apa yang dapat diukir untuk kepengurusan tahun ini. Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng. Ph.D. menyampaikan bahwa menjadi rektor bukanlah pekerjaan pribadi, namun pekerjaan institusi. Segala hal itu berawal dari ilmu yang dengan ilmu tersebut seseorang akan memberi kemanfaatan, semua tercakup dalam agama.
“Harapannya, rekan pengurus Jama’ah Shalahuddin dapat mengamalkan ilmu untuk tujuan yang sudah dijelaskan tadi, yaitu kemanfaatan untuk masyarakat”, kata Prof. Ir. Sudjarwadi
Beliau menambahkan bahwa adanya pengetahuan, iman, serta kebudayaan adalah untuk meningkatkan kualitas. Jama’ah Shalahuddin berisi generasi muda yang memiliki masa bakti yang masih panjang, maka sudah sewajarnya generasi muda memberikan manfaat dengan cara bersinergi. Antara satu sama lain saling menguatkan.
“Sebaiknya JS memiliki tujuan bersama dari visi yang ada dan dijabarkan dengan kegiatan-kegiatan yang konkret dalam setahun masa kepengurusan ini. Impian harus ambisius tapi realistis” tambah Rektor UGM .
Dalam hal ini, Direktur Kemahasiswaan, Drs. Haryanto, M.Si. menegaskan bahwa perlu ada upaya dalam mengembangkan dan menerapkan ilmu untuk kemanfaatan serta kebahagiaan manusia. Disini seharusnya JS berperan dalam bidang spiritual quotient, kecerdasan spiritual. Oleh karena agar dapat bermanfaat untuk orang lain perlu bersinergi dalam membentuk kecerdasan yang disebut dengan kecerdasan kolektif, dalam hal ini dimaksudkan dengan Jama’ah Shalahuddin.
Ketika ditanya mengenai sejauh mana kualitas keagamaan mahasiswa UGM, Prof. Sudjarwadi, menjawab dengan bijak, “Dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa tahu? Saya rasa susah menilai seseorang hanya dari luar, namun yang pasti bahwa Allah terus membuka kesempatan bagi seseorang untuk terus memperbaiki diri. Yakinlah bahwa masih ada ruang untuk memperbaiki diri.”
Dalam proses perbaikan ini, Direktur Kemahasiswaan menambahkan bahwa perbaikan dapat dimulai dari hal terkecil dengan menjaga kebersihan lingkungan karena kebersihan lingkungan itu dekat dengan kebersihan hati.
“Kebersihan itu adalah cabang iman yang paling bawah. Dalam hadits dijelaskan bahwa cabang iman tertinggi adalah syahadat dan cabang yang paling bawah adalah menyingkirkan ‘duri’ yang dalam hal ini diartikan sesuatu yang jika dipandang itu menyakiti pandangan, termasuk menyingkirkan sampah di jalan dan membuang sampah pada tempatnya.” tambah Direktur Kemahasiswaan yang akrab dipanggil Pak Sentot.
Diakhir kunjungan, rektor UGM memberikan closing statement bahwa perjalanan generasi muda masih panjang, maka perlu adanya bekal yang memadai; diantaranya adalah bekal organisasi, bekal manajemen waktu, serta rejeki dalam memberikan manfaat untuk orang lain. Dengan pengalaman organisasi, seseorang dapat memiliki vision knowledge dalam memasuki fase kehidupan selanjutnya, khususnya dalam dunia kerja. (erv)