“Mengapa kamu memakai jilbab?”
Mari sejenak kita renungkan jawaban atas pertanyaan diatas. Jawaban anti dan muslimah lain mungkin bervariasi, ditentukan oleh niat yang terselip dalam hati saat mengenakan kain penutup aurat itu. Cukuplah sudah kita bergulat dengan pembahasan tentang hukum memakai jilbab. Pembahasan beserta kriterianya sudah termaktub dengan jelas dalam lembaran Al Qur’anul Kariim. Jilbab itu pilihan. Ya, pilihan untuk semakin mendekatkan diri dan meraih ridho-Nya.
Jilbab Identitas Muslimah
Allah SWT berfirman: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Sejak awal, jilbab merupakan identitas yang membedakan muslimah dari golongan lain. Tafsir dari As Sudi rahimahullah menerangkan bahwa, “Dahulu orang-orang fasik di Madinah biasa keluar di waktu malam ketika malam begitu gelap di jalan-jalan Madinah. Mereka ingin menghadang para wanita. Dahulu orang-orang miskin dari penduduk Madinah mengalami kesusahan. Jika malam tiba para wanita (yang susah tadi) keluar ke jalan-jalan untuk memenuhi hajat mereka. Para orang fasik sangat ingin menggoda para wanita tadi. Ketika mereka melihat para wanita yang mengenakan jilbab, mereka katakan, “Ini adalah wanita merdeka. Jangan sampai menggagunya.” Namun ketika mereka melihat para wanita yang tidak berjilbab, mereka katakan, “Ini adalah budak wanita. Mari kita menghadangnya ”.
Sebagai identitas, kita dapat membedakan apakah seorang wanita itu muslimah atau bukan. Bahkan, apakah wanita tersebut berakhlak baik atau tidak juga dapat dilihat dari jilbabnya. Menariknya, hal ini juga dibenarkan oleh umat muslim dan tokoh agama lain. Rowan Williams, seorang mantan Uskup Canterburry, memberikan komentar yang dikutip oleh onislam.net (3/4/12) “Jilbab itu merupakan bentuk penegasan identitas seseorang akan keyakinan yang dianut,”.
Jika orang non-muslim pun memahami peran jilbab sebagai identitas muslimah, ironis jika banyak muslimah yang tidak bangga akan jilbabnya. Apakah model pakaian terbaru, gaya rambut termodis dan keinginan untuk tampil menarik lebih mulia dari kenikmatan di akhirat kelak?
Saudariku, seiring dengan datangnya momen Gerakan Menutup Aurat yang jatuh pada tanggal 14 Februari, mari kita tunjukkan identitas kita sebagai muslimah dengan memakai jilbab yang sesuai syariah seraya berseru “Jilbabku, Kebanggaanku!” Biar dunia tahu, bahwa kita adalah muslimah, dan kita bangga dengan itu.
Referensi:
Tafsir Al Qur’an Al ’Azhim
http://muslim.or.id/manhaj/kata-jil-jilbab-bukan-kewajiban-namun-pilihan-2.html, diakses 11 Februari 2013
(SR)