Catatan Kajian I-Lecture
Ahad, 29 Maret 2015
Tafsir Q.S Al-Isra (Ayat – 1)
Ust Abu Abdirrahman
Ayat 1
Terjemah:
Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda, (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Allah Swt. memulai surat ini dengan mengagungkan diri-Nya dan menggambarkan kebesaran peran-Nya, karena kekuasaan-Nya melampaui segala sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh seorang pun selain Dia sendiri. Maka tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia.
yang telah memperjalankan hamba-Nya.
Yaitu Nabi Muhammad Saw.
Sebagai besar ulama salaf berpendapat Bahwa isra’ adalah perjalanan yang secara sadar yaitu ruh bersama jasadnya. Dan inilah pendapat yang paling mendekati kebenaran. Karena perjalanan ruh bersama jasad bukanlah hal yang mustahil, oleh sebab itu allah mengawali dengan memuji diri nya.
ada yang berpendapat bahwa peristiwa Isra’ dan mi’raj terjadi dua kali bahkan ada yang berpendapat terjadi sebanyak 3 kali, namun itu adalah pendapat yang keliru, isra’ dan mi’raj terjadi hanya satu kali.
Kapankah Isra` dan Mi’raj?
Sebagian orang meyakini bahwa peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab. Padahal, para ulama ahli sejarah berbeda pendapat tentang tanggal kejadian kisah ini. Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai penetapan waktu terjadinya Isra’ Mi’raj , yaitu:
- Peristiwa tersebut terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nubuwah (kenabian). Ini adalah pendapat Imam Ath Thabari rahimahullah.
- Perisitiwa tersebut terjadi lima tahun setelah diutus sebagai rasul. Ini adalah pendapat yang dirajihkan oleh Imam An Nawawi dan Al Qurthubi rahimahumallah.
- Peristiwa tersebut terjadi pada malam tanggal dua puluh tujuh Bulan Rajab tahun kesepuluh kenabian. Ini adalah pendapat Al Allamah Al Manshurfuri rahimahullah.
- Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi enam bulan sebelum hijrah, atau pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian.
- Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi setahun dua bulan sebelum hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ketiga belas setelah kenabian.
- Ada yang berpendapat, peristiwa tersebut terjadi setahun sebelum hijrah, atau pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ketiga belas setelah kenabian.
Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri hafidzahullah menjelaskan : “Tiga pendapat pertama tertolak. Alasannya karena Khadijah radhiyallahu ‘anha meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh setelah kenabian, sementara ketika beliau meninggal belum ada kewajiban shalat lima waktu. Juga tidak ada perbedaan pendapat bahwa diwajibkannya shalat lima waktu adalah pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj. Sedangakan tiga pendapat lainnya, aku tidak mengetahui mana yang lebih rajih. Namun jika dilihat dari kandungan surat Al Isra’ menunjukkan bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada masa-masa akhir sebelum hijrah.”
Dapat kita simpulkan dari penjelasan di atas bahwa Isra` dan Mi’raj tidak diketahui secara pasti pada kapan waktu terjadinya. Ini menunjukkan bahwa mengetahui kapan waktu terjadinya Isra’ Mi’raj bukanlah suatu hal yang penting. Lagipula, tidak terdapat sedikitpun faedah keagamaan dengan mengetahuinya. Seandainya ada faidahnya maka pasti Allah akan menjelaskannya kepada kita. Maka memastikan kejadian Isra’ Mi’raj terjadi pada Bulan Rajab adalah suatu kekeliruan. Wallahu ‘alam
Dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.
dari masjidil haram (yaitu dari rumah Ummu Hani, Tanah Haram, bukan masjid)
ke masjidil Aqsa Yakni Baitul Muqaddas yang terletak di Elia (Yerussalem), tempat asal para Nabi (terdahulu) sejak Nabi Ibrahim a.s. Karena itulah semua nabi dikumpulkan di Masjidil Aqsa pada malam itu, lalu Nabi Saw. mengimami mereka di tempat mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah imam terbesar dan pemimpin yang didahulukan. Semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepada mereka semuanya. Dan masjidil Aqsah adalah tempat ziarah yang paling jauh bagi penduduk mekkah pada waktu itu.
Yang kami berkahi sekelilingnya.
Yaitu Tanah Syam yang berkah, Karena:
- Banyaknya pepohonan dan air yang mengalir sungai sungai di sana
- Karena tempat tsb adalah tempat dimakamkannya para Nabi.
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda, (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Maksudnya, Kami perlihatkan kepada Muhammad sebagian dari tandatanda
kekuasaan Kami yang besar-besar.
Hikmah Peristiwa ini adalah
- Menjadi satu bentuk ujian bagi orang yang beriman. Sahabat yang pertama paling membenarkan adalah Abu Bakar As Shiddiq, sehingga Abu bakar digelari As Shiddiq.
- Apakah Rasulullah Melihat Allah? Para Sahabat berpenda pendapat dalam masalah ini, diantara mereka ada yang mengingkari Rasul melihat Allah, diantaranya Adalah ‘Aisyah yang mengingkari bahwa rasul melihat allah dengan mata kepalanya sendiri.
Dari perbedaan pendapat tsb Allah SWT tidak bisa dilihat dengan mata kepala ketika didunia, orang yang beriman yang masuk ke surga maka hijab berupa nur tersebut di singkap dan mereka dapat melihat Allah SWT.
- Untuk menampakkan keutamaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan para nabi yang lainnya. Beliau berjumpa dengan mereka di Baitul Maqdis lalu beliau shalat mengimami mereka.[5]
- Perjalanan Isra’ di bumi dari Mekkah ke Baitul Maqdis lebih memperkuat hujjah bagi orang-orang musyrik. Jika beliau langsung Mi’raj ke langit, seandainya ditanya oleh orang-orang musyrik maka beliau tidak mempunyai alasan yang memperkuat kisah perjalanan yang beliau alami. Oleh karena itu ketika orang-orang musyrik datang dan bertanya kepada beliau, beliau menceritakan tentang kafilah yang beliau temui selama perjalanan Isra’. Tatkala kafilah tersebut pulang dan orang-orang musyrik bertanya kepada mereka, orang-orang musyrik baru mengetahui benarlah apa yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Untuk menampakkan hubungan antara Mekkah dan Baitul Maqdis yang keduanya merupakan kiblat kaum muslimin. Tidaklah pengikut para nabi menghadapkan wajah mereka untuk beribadah keculali ke Baitul Maqdis dan Makkah Al Mukarramah. Sekaligus ini menujukkan keutamaan beliau melihat kedua kiblat dalam satu malam.
—Wallahu’alam—