Urgensi Peran Wirausaha untuk Mendorong Stabilitas Ekonomi 2030

Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M. Med. Ed., Sp. OG(K)., Ph. D. dan CEO PT. Madhar Madhava sekaligus Ketua Jaringan Peternakan Muhammadiyah, M. Abduh Zulfikar, S.Pt., berdiskusi dengan tajuk Optimalisasi Peran Wirausaha Untuk Mewujudkan Ekonomi Indonesia Kuat 2030, Rabu (13/3) pada diskusi panel Kajian Safari Ilmu di bulan Ramadhan (Samudra) di Masjid kampus UGM.

 

Prof. Ova menjelaskan, bahwa Universitas Gadjah Mada berusaha untuk menerapkan karakter wirausaha pada mahasiswanya. Sebagaimana Rasulullah saw. yang belajar berwirausaha dari pamannya, Abu Thalib, dan terus mengembangkannya sehingga pada usia 20 tahun beliau sudah menjadi saudagar besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa memulai wirausaha, menggali potensi dan meningkatkan kompetensi diri dapat dimulai sejak masa muda.

 

Rasulullah saw. memiliki 4 pilar dalam manajemen wirausaha, yaitu al-Amin (yang dapat dipercaya), yang dalam kewirausahaan identik dengan personal branding berupa citra positif. Kedua, kejujuran atau transparansi yang bersumber dari sifat amanah. Ketiga, mengutamakan kepuasan pelanggan atau customer satisfaction, berupa interaksi dan komunikasi yang baik kepada pelanggan sehingga mereka merasa puas. Keempat, pelayanan yang unggul atau service excellent setiap saat.

 

Sedangkan menurut Prof. Ova, konsep wirausaha memiliki beberapa karakter, diantaranya: Pertama, karakter untuk berinovasi, karena manusia hidup dalam lingkungan yang dinamis. Misalnya, trend cromboloni yang diinovasi oleh penjual dengan tujuan agar terus berkembang. Kedua, etika bisnis yang tinggi, berupa sifat jujur, adil dan bertanggung jawab terhadap produk maupun lingkungan.  Ketiga, kerja keras dan tidak mudah menyerah, dalam proses berwirausaha pasti akan muncul hambatan-hambatan sehingga diperlukan karakter kerja keras, tekun dan pantang menyerah. Keempat, sociopreneur, yaitu wirausahawan harus memiliki kepedulian terhadap kondisi sosial, publik dan masyarakat sekitar sehingga tidak hanya fokus untuk meraih keuntungan tetapi memberikan kontribusi dan manfaat bagi masyarakat sekitar. Kelima, kerjasama dan kolaborasi dalam ukhuwah, hal  ini menjadi tantangan bagi seorang wirausaha, karena wirausaha harus memiliki sifat inklusif untuk dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan siapapun. 

 

Universitas Gadjah Mada menyediakan beberapa program untuk mendukung wirausaha, diantaranya: Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) di bawah Direktorat Kemahasiswaan, Program Wirausaha Merdeka di bawah naungan Kemendikbud, Program Kreativitas Mahasiswa, Lomba Business Plan,  kesempatan membuat Startup di bawah Direktorat pengembangan Usaha dan Inkubasi, serta Pelatihan Wirausaha yang dikoordinir oleh Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat.

 

Selain itu, UGM juga melakukan kerjasama dengan mitra di luar, yang memiliki street knowledge (ilmu yang didapat dari pengalaman) sebagai dosen praktisi. Tujuannya adalah untuk memberikan ilmu dengan sudut pandang yang berbeda, khususnya pada pengembangan praktik keilmuan dan survival. Sehingga, mahasiswa dapat memulai wirausaha dalam skala bisnis berkaliber nasional bukan hanya UMKM sejak berada di bangku perkuliahan.

 

Abduh Zulfikar menjelaskan perjalanan bisnisnya, ia memulai bisnis dengan tujuan untuk survival (bertahan hidup), diawali dengan bisnis rental mobil pada 2010, membangun bisnis pada tahun 2014 di bidang penggemukan domba sejumlah 50 ekor. Membangun bisnis dengan teman pada tahun 2017, ngingu.id, dengan menjual 250 ekor domba dan berhasil menghasilkan uang sebesar 80 juta yang kemudian digunakan untuk membangun perusahaan PT. Madhar Madhava Manggala. Pada tahun 2018, ia menekuni usaha Sembada Mulyo Farm dengan jumlah hewan qurban 980 ekor dan 300 ekor pada retail. Puncak bisnis ini terjadi pada tahun 2021, ketika ia menjual sapi dengan penghasilan omset 13,7 milyar.

 

Dari pengalaman yang didapatkan, Zulfikar menyimpulkan konsep-konsep dalam bisnis, diantaranya: Pertama, bisnis tidak dapat ditunda. Kedua, tujuan utama bisnis adalah produk dapat laris terjual, bukan keuntungan yang besar sehingga dapat membantu pemasaran tanpa iklan. Ketiga, bisnis harus disesuaikan dengan harga pasar. Keempat, Mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar, contoh yang beliau lakukan yaitu usaha Mitra Distribusi Sembako 500. 

 

Di akhir sesi diskusi, Zulfikar juga memberikan beberapa tips dalam menjalankan bisnis diantaranya; seorang entrepreneur harus cepat menangkap peluang, memiliki tim yang mumpuni, memegang prinsip sociopreneur, dan memiliki mentor serta support system yang baik. Ia menambahkan bahwa, mahasiswa khususnya Gen Z membutuhkan kelas pra-kerja dan kerja profesional agar dapat membangun mental dan personal branding yang baik serta memiliki penguasaan teknologi yang mumpuni agar dapat mengikuti trend serta dinamis dalam berinovasi. (Sayyidak. K/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif)

 

 

Saksikan Videonya berikut ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.