Agenda kegiatan Ramadhan di Kampus UGM 1445 H (16/03), Safari Ilmu di Bulan Ramadhan (Samudra), kali ini dibersamai oleh Dr. Bagus Riyono, M.A. yang merupakan Dosen Fakultas Psikologi UGM. Beliau mengusung tema “Tazkiyatun Nafs dalam Psikologi: Solusi Al-Qur’an untuk Kesehatan Mental”. Dalam kajiannya beliau menyampaikan bahwa banyak penelitian yang menyebutkan masalah kejiwaan tidak bisa diatasi dengan obat kimiawi semacam pil, suntikan, atau hormon sebab jiwa sifatnya gaib dan tidak dibatasi ruang dan waktu. Penyakit dalam jiwa tidak dapat diobservasi dimana letak penyebabnya namun tetap dapat dirasakan, lain seperti penyakit fisik yang jelas disebabkan oleh organ tubuh tertentu sehingga untuk mengobati penyakit itu bisa langsung di arah pada penyebab penyakitnya. Namun, beberapa waktu terakhir, fokus dari ilmu Psikologi lebih mengacu pada otak sebagai bahan observasi sehingga analisis masalah kejiwaan difokuskan pada masalah yang ada di otak, saat ini obat untuk permasalahan jiwa seperti saat muncul emosi sedih adalah obat kimiawi. Dalam kajian ini akan diulik mengenai bagaimana kita memahami hakikat dari jiwa manusia yang di dengan ilmu Psikologi dalam Al-Qur’an disebut istilah Nafs (jiwa).
Tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa) merupakan proses recovery jiwa dan hati dari perbuatan dosa dan sifat tercela, meningkatkan kualitas moral akhlakul hasanah, mengembangkan sifat dan potensi positif dalam diri dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan menghindarkan diri dari penyakit hati.
Beliau menyatakan yang merepresentasikan diri seorang manusia bukanlah salah satu bagian tubuh tertentu, melainkan jiwa yang menempati fisik manusia dan inti dari nafs adalah hatinya. Sebagai contoh, saat manusia melihat, mata bukanlah satu-satunya organ yang bekerja untuk menjalankan fungsi biologis untuk melihat, melainkan dibantu oleh mata hati yang akan melengkapi bagaimana manusia mencerna informasi yang dilihat. Kontribusi mata hati seperti melihat menggunakan perasaan dapat memunculkan kepekaan untuk mengawasi situasi yang tidak terlihat oleh mata contohnya memunculkan rasa empati. Inilah cara hati bekerja, menghadirkan perasaan pada manusia dan menjadi bagian penting jiwa kita, tidak terlihat wujudnya namun sangat kompleks mempengaruhi kehidupan manusia. Tazkiyatun nafs terjadi ketika kita berusaha untuk membersihkan jiwa kita dari berbagai macam noda hati, termasuk keraguan, ragu, kekecewaan, dengki, sakit hati dan sebagainya. Munculnya rasa ingin ber-tazkiyatun nafs adalah ketika ayat-ayat Al-Qur’an dapat dimaknai dan adanya getaran pada hati. Untuk memunculkan rasa tersebut, diperlukan ilmu untuk memahami ayat-ayat Allah, pemahaman dan kesadaran terhadap tanda-tanda kebesaran Allah. Dengan adanya pemahaman tersebut tentunya hati kita dapat membedakan perilaku yang baik dan buruk, mengetahui hal apa saja yang harus dihindari dan berperilaku yang baik sesuai dengan pedoman Al-Qur’an. Sehingga apabila ayat-ayat Allah dan bukti kebesarannya telah dimaknai dengan benar, kita dapat mengambil hikmah sebagai hasil dari proses penanaman ilmu ke dalam hati, kemudian menjadikan diri kita lebih bijak daripada sebelumnya.
Dr. Bagus Riyono, M.A. juga menyampaikan orang yang kehilangan harapan atas ampunan dan rahmat Allah Swt. karena dosa yang telah ia lakukan adalah orang yang salah dalam memaknai makna jiwa dari pengertian tazkiyatun nafs. Tidak ada manusia yang sempurna, bahkan Nabi Muhammad saw. sehingga semua manusia di bumi pasti berbuat dosa. Ampunan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang bertaubat sama luasnya seperti langit dan bumi. Sebesar apapun dosa yang dilakukan, kemudian ia bertaubat sungguh-sungguh dan apabila Allah mengampuninya, jiwa yang kotor oleh penyakit hati akan murni kembali.
Pada Ramadhan ini adalah momentum yang tepat untuk melakukan tazkiyatun nafs, menyucikan hati dan membersihkan jiwa dari dosa-dosa yang telah dilakukan supaya mencapai recovery jiwa dan dekat kepada Allah, harapannya juga terdapat peningkatan iman kita setelah melakukan tazkiyatun nafs setelah bulan Ramadan selesai dan melahirkan pribadi baru yang lebih baik daripada sebelumnya. (Hafifah Nur Ainiyah/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif RDK)