Orang-orang di bulan Ramadhan selalu menjadikan perihal makanan menjadi pembicaraan hangat. Itupun juga termasuk dengan perihal kesehatan seseorang, apalagi terhadap bentuk tubuh beserta berat badan. Tidak jarang melihat orang-orang mengejar sebuah bayangan akan badan yang ideal dan menggunakan ibadah puasa ini sebagai kesempatan untuk mengejar bayangan tersebut. Dr. Fatma Zuhrotun Nisa pada Samudra kemarin tanggal 20 Maret 2024. Beliau adalah seorang dosen UGM di Departemen Gizi Kesehatan yang datang ke Maskam sore lalu untuk membahas lebih dalam mengenai sunnah-sunnah Rasulullah Saw mengenai tata cara makan yang dapat dijadikan penerapan diet sehat untuk mewujudkan badan ideal.
Pertama-tama, harus didefinisikan dulu apa itu badan ideal. Badan ideal adalah badan yang relatif proporsional dengan tinggi badan. Para pakar gizi menggunakan Body Mass Index (BMI) untuk menentukan proporsi pantasnya badan seseorang. BMI menggunakan angka penilaian standar perbandingan tinggi badan dengan berat badan. Angka yang diperoleh akan nantinya dijadikan indikasi proporsi tubuh seseorang itu sudah standar, kurang, atau lebih. Indikasi angka-angka tersebut lebih dapat diandalkan dibanding persepsi mata telanjang. Apa yang sepasang mata anggap satu hal bisa jadi salah dan akan mengakibatkan salah strategi dalam menjaga kualitas dan kesehatan badan.
Kondisi yang tidak diinginkan adalah obesitas. Obesitas adalah kondisi dimana berat badan seseorang melebihi batas normal karena terjadi penumpukan lemak yang terlalu banyak. Penyakit ini dikarenakan asupan kalori lebih banyak dibanding kalori pengeluaran. Yang membuatnya lebih berbahaya adalah penyakit-penyakit lainnya yang bisa terjangkit karena obesitas ini. Penyakit-penyakit seperti insomnia, diabetes, serangan jantung, stroke, hipertenso, dan lain sebagainya ditemukan di kalangan pengidap obesitas dengan ikatan yang kuat pada penyakit tersebut.
Pada zaman Rasulullah Saw, penyakit-penyakit tersebut tidak pernah ada. Disebutkan di sejarah, ada seorang dokter dari Mesir yang pergi bertugas di Madinah tetapi tidak mendapatkan pasien satupun. Beliau pergi menemui Rasulullah dan bertanya bagaimana demikian. Rasul pun menjawab bahwa tidak pernah ada yang sakit disini karena penduduk Madinah memegang prinsip makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. Bahkan Rasul sendiri tidak pernah sakit. Beliau hanya pernah sakit menjelang wafat dan penduduk Madinah lebih sering terkena penyakit sepeninggalan Rasul. Di Al-Quran pun mendeskripsikan Rasul sebagai tidak gemuk dan tidak kurus. Rasulullah pun dapat diklasifikasikan memiliki badan yang ideal.
Bagaimana cara meniru hidup sehat seperti Rasulullah? Hal tersebut sudah dijelaskan di hadits-hadits Rasul, bisa juga dibilang sebagai adab makan Rasul. Pertama adalah adab sebelum makan. Adab yang dimaksud seperti memastikan bahwa makanannya halal dan thoyib, memastikan makanan akan memperkuat kekuatan dan ibadah, mendahulukan buah-buahan sebelum makanan utama, selalu duduk tanpa bersandar, tidak mencela makanan, mengajak untuk makan bersama, dan membaca bismillah. Adab selagi makan mencakupi beberapa hal adalah menggunakan tiga jari tangan kanan untuk makan, makan tidak tergesa-gesa, minum per tiga tegukan, menutup makan dan minuman, tidak memasukan makan dan minuman, tidak mencampur banyak makanan, dan tidak meniup makanan atau minuman. Alasan dibalik penggunaan tiga jari adalah supaya menyuap makanannya dalam jumlah sedikit. Untuk ketentuan tidak memasukan makan dan minuman bermaksud tidak mengembalikan makanan atau minuman yang sudah diambil dengan tangan. Ketentuan-ketentuan terakhir setelah makan mencakupi selalu menghabiskan makanan, menjilat yang tersisa di tangan, mengambil dan membersihkan yang terjatuh, jangan kenyang berlebihan, tidak tidur setelah makan, dan mengucapkan alhamdulillah setelah kelar makan.
Banyak dari hadits Rasulullah Saw terbukti membantu menjaga kesehatannya oleh para pakar kesehatan. Seperti sebagai contohnya penelitian kecepatan makanan. Peneliti membagi dua kelompok, dimana kelompok pertama mengunyah dengan jumlah lebih banyak dan yang kedua lebih sedikit. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang mengunyah dalam jumlah lebih banyak mendapatkan dampak positif pada kesehatan mereka. Seperti pada contohnya nafsu makan mereka dapat dikendalikan dan kadar glukosa dalam darah menurun. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa banyak mengunyah di rahang juga mengurangi pergerakan lambung dan usus yang berlebihan. Penelitian ini hanya satu dari penelitian lainnya yang menunjukkan keefektifan adab makan Rasul. Selagi bulan puasa juga menjadi waktu yang tepat untuk menerapkan adab makan baru ini dan Insya Allah tubuh ideal yang diidamkan semua orang akan tercapai. (Raissa Serafina Rayendra/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif RDK)