Oleh: Edi Nugroho (Hukum 2005, Ketua Jama’ah Shalahuddin UGM 1429 H)
(Sempat terhapus dari website JS. Diterbitkan kembali 27 Juli 2019 dengan perbaikan ejaan)
Ingatkah antum dengan sumpah jabatan yang terucap beberapa waktu lalu? Di kala mata sudah mulai menggelayut, di saat raut wajah mulai kusut, sayup-sayup terdengar suara yang memecah keheningan. Itulah sang pemimpin baru, beribu harap perbaikan dapat dihadirkan di tengah kekeringan kalbu. Ikhwah, jika antum ingat pula dengan penggalan ayat Al Qur’an, maka hal tersebut sejalan dengan kaidah yang ada dan menjadi petunjuk serta motivasi dasar bagi umat Islam.
in uriidu illal ishlahu mastatho’tu, wama taufiqiy illa billah, alaihi tawwakaltu wa ilaihi unib
Artinya: Aku hanya bermaksud mendatangkan perbaikan selama berkesanggupan, hanya kepadaNya aku mengikuti petunjuk, kepadaNya pula aku bertawakal dan tempat dikembalikan.
Jelaslah kiranya ayat ini menjadi landas gerak bagi kita para du’ad dalam mengusahakan tumbuh berkembangnya benih yang kita semaikan di bedeng da’wah kampus. Tidak ada alasan untuk tidak bergerak dalam pencapaian perbaikan da’wah kampus, ya akhukum. Kalau antum masih merasa bahwa belum mendapat sesuatu yang diharapkan dan dicita-citakan, lebih baik antum mundur dari barisan ini. Ladang ini tidak membutuhkan sesosok yang tidak bervisi dan tidak bisa mengembangkan kepentingan bersama. Jangan berharap lebih dari sebuah barisan da’wah, karena ia tidak akan memberimu sebuah kepuasan lahiriah. Berharaplah engkau akan memdapatkan ridha Allah, berharaplah engkau mendapat ni’mat surgaNya, dan berharaplah engkau terhindar dari siksa neraka. Insya Allah engkau akan menjadi bagian yang senantiasa bertahan dalam barisan ini, barisan para pejuang, barisan para pengorban, barisan para manusia yang hendak meraih derajatnya.