“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS al-Ankabut [29]: 2-3).
Orang-orang yang beriman memang tidak bisa melepaskan diri dari hal yang satu ini: ujian keimanan. Hal ini merupakan proses yang akan membuktikan keimanan seseorang. Ujian keimanan adalah keniscayaan. Ibnu Katsir menjelaskan, ujian yang diberikan itu sesuai dengan kadar keimanan seseorang. Rasulullah saw bersabda,“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian berikutnya dan berikutnya. Seseorang dicoba sesuai dengan (kadar) agamanya. Ketika ia tetap tegar, maka ditingkatkan cobaannya.” (HR At-Tirmidzi)
Ujian Umat Terdahulu
Sejatinya, ujian yang kita rasakan belum seberat ujian orang-orang terdahulu. Rasulullah saw mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang terdahulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman, sebagaimana yang dituturkan kepada Sahabat Khabbab Ibnul Arats ra. “Umat sebelum kalian (karena beriman kepada Allah), ada yang disisir dengan sisir besi (sehingga) terkelupas dangin dan tulang-tulangnya, tetapi tidak memalingkannya dari agamanya, dan apapula yang diletakkan di atas kepada gergaji sampai terbelah dua, namun tidak memalingkannya dari agamanya…” (Shahih Al-Bukhari)
Betapa ujian keimanan umat terdahulu begitu luar biasa.
Untuk membuktikan sejauh mana kesungguhan seseorang dalam keimanan, maka Allah memberikan ujian keimanan. Semakin seseorang diuji, maka seharusnya semakin dekat pula ia kepada Allah dan semakin ia tegar pula dalam keimanannya.
Macam-Macam Ujian
Ujian yang diberikan Allah kepada seseorang bermacam-macam bentuknya. Namun, setidaknya ada empat macam ujian yang dihadapi orang-orang terdahulu:
1. Ujian yang berbentuk perintah yang harus dilaksanakan
Ujian ini seperti perintah Allah kepada nabi Ibrahim as untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal. Bagaimana seorang bapak harus menyembelih anaknya yang sangat dicintai, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun. Namun dengan segala ketabahan dan kesabaran keduanya, perintah yang sangat berat itupun dijalankannya tanpa keraguan sedikitpun. Di sini terlihat bagaimana kualitas keimanan nabi Ibrahim as dan putranya Nabi Ismail as yang benar-benar sudah tahan uji. Betapa nabi Ibrahim memiliki maqam yang tinggi karena ujian keimanan yang dihadapi begitu berat. “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. Ash Shaffat: 106)
2. Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan
Ujian ini seperti yang terjadi pada nabi Yusuf as, yang diuji dengan seorang perempuan cantik. Istri seorang pembesar Mesir mengajaknya berzina. Kesempatan itu sangat terbuka. Ketika keduanya sudah tinggal berdua di rumah, perempuan itu telah mengunci seluruh pintu rumah. Namun,nabi Yusuf as berhasil menjaga kehormataannya karena keimanannya kepada Allah swt.
3. Ujian yang berbentuk musibah
Ingatkah kita dengan kisah syekh Ahmad Yasin yang memimpin Al-Qasam di atas kursi roda? Atau Panglima Sudirman yang memimpin perang gerilya dengan ditandu? Dengan keterbatasan yang ada, mereka tetap berjuang. Kelemahan fisik mereka dikalahkan dengan kekuatan iman yang begitu menggelora. Mereka tetap berjuang dengan keterbatasan yang mereka miliki, walau dengan kepayahan maupun kekurangan. Begitulah ujian Allah kepada mereka, untuk membuktikan ketangguhan imannya. Tidak sedikitpun ia merasa menderita.Tidak terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya.
4. Ujian lewat tangan orang-orang kafir dan musuh-musuh Islam
Seperti yang dialami oleh nabi Muhammad saw dan para shahabat-nya, terutama ketika masih berada di Makkah. Juga apa yang dialami oleh para shahabat ra seperti apa yang dialami oleh Yasir dan istrinya, Sumayyah, dua orang pertama yang meninggal di jalan dakwah selama periode Makkah. Juga Bilal Bin Rabah ra yang dipaksa memakai baju besi, kemudian dijemur di padang pasir di bawah sengatan matahari, tapi yang ia ucapkan adalah “Ahad, Ahad, Ahad”. Dan masih banyak lagi kisah yang menunjukkan betapa pengorbanan dan penderitaan mereka dalam perjuangan mempertahankan iman mereka. Namun penderitaan itu tidak sedikit pun mengendorkan kekuatan iman mereka. “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian.(HR At-Tirmidzi)
Parameter Lulusnya Ujian Seseorang
1. Semakin seseorang banyak ujian, maka semakin ia produktif
2. Semakin bertambah keimanan
3. Semakin bertambah kesyukuran, melihat sesuatu dari sisi positif
4. Semakin bertambah sabar
Jika ada sebuah pertanyaan, “Adakah batasan sabar itu?” Maka jawabannya adalah, “Ada. Yaitu saat malaikat Izrail menjemput.” Maka perpanjanglah kesabaran kita.
walau hujan badai kan terus melanda
walau amuk gelombang tak henti menerjang
walau terang mencegah, walau mentari kan membakar
jangan letih menapaki kehidupan
ujian bagaikan terik sinar sang surya
hadir kedunia bersama berjuta karunia
janganlah bertekuk lutut dalam pelukan putus asa
janganlah bersimpuh dihadapan duka
hadapilah segala tantangan
sambutlah harimu dengan suka cita
hadapilah segala ujian
dalam kesulitan pasti ada kemudahan
(lirik: Shouhar-Hadapilah)
Ervira Rusdhiana
Mahasiswa Komputer dan Sistem Informasi 2010
Biro Khusus Kardeisasi Jamaah Shalahuddin UGM 1434H