Oleh: Roni Eka Arrohman (Fakultas Teknik 2007, Sekretaris Eksekutif JS UGM 1431 H)
(Sempat terhapus dari website JS. Diterbitkan kembali 27 Juli 2019)
Tanggal 5 juni temen temen tentunya udah pada tahu slogan apa yang bakalan rame di tipi-tipi, radio, dan spanduk-spanduk di pinggir jalan. Kalau gak “go green” , “stop global warming” pastilah “think global act local”. Slogan ini (baca: think global act local) bisa saja mengakibatkan pengaruh yang cukup signifikan kepada dunia kalau saja banyak orang yang melakikan hal tesebut, seperti menghemat pemakaian listrik, tidak membuang sampah sembarangan, dan kalau bisa gak make kendaraan bermotor (itu kalau bisa).
Slogan ini saya pikir( duile mulai mikir nih) gak akan berfungsi bila diaplikasikan di dalam tubuh Lembaga dakwah kampus yang memiliki musuh kapitalisme, pluralisme, hedonisme, dan isme-isme yang lainnya. Kenapa???…..Hayo kenapa?
OK…OK sabar, ayo kita lihat permasalahannya dari sini. Bayangkan kita berada di garis start sirkuit sentul dan akan mengikuti balapan dimana aturannya adalah kita bebas menggunakan kendaraan apa saja untuk mengikuti lomba tersebut. Nah tampaklah berbagai jenis kendaraan canggih bin cepat bin keren bin kokoh sekelas F1, moto GP, pesawat jet, dan kendaraan lainnya. Sedangkan kita dengan bangganya menggunakan becak roda 3 bin antik bin lambat bin keren juga lah. Nah, sudah bisa ketebak kan siapa yang akan menjadi pemenangnya. Yup benar, yang menjadi pemenangnya adalah si kancil, lho kok bisa???? Ya bisa lah soalnya kancilnya naik pesawat jet. He….^_^v
Nah udah paham kan duduk permasalahannya. Masih belum paham juga? Ya udah deh aku jelasin. Saat musuh-musuh kita sudah sangat gencar mempromosikan bahwa mereka adalah pahlawan dan orang-orang yang berjenggot dan bergamis adalah teroris, lalu merendahkan derajat wanita dengan “memaksa” pikiran mereka tuk memamerkan tubuh agar dianggap berpenampilan modern,dan tak lupa pula mencuci otak manusia agar selalu menikmati dunia ini tanpa memikirkan masa depannya. Mereka melakukan itu semua gak Cuma di daerahnya saja atau Cuma berkoar-koar di kandangnya sendiri tetapi sudah ampai merajai dunia media massa dengan info-info seperti itu. Mereka masuk ke dunia pertelevisian dengan memperkenalkan bahwa setiap urusan itu jangan dicampur aduk, bisnis ya bisnis, ibadah ya iibadah, dunia ya dunia. Wanita yang berkelas adalah wanita yang pakainnya hemat kain untuk mendukung go green. Lalu di bidang ekonomi mereka seenaknya saja memeras Negara-negara miskin dengan bunga hutang yang sangat tinggi, mengambil alih sumberdaya alamnya dengan dalih sebagai sarana tuk melunasi hutang. Lalu setelah mereka berhasil memberikan tekanan ekonomi maka kursi politik pun akan sangat mudah untuk diduduki. Sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintahan suatu Negara mau gak mau harus nurut apa kata si presiden bayangan. Jadi jangan heran kenapa kita yang punya tanah ini kok malah disuruh bayar hutang orang yang ngontrak di tanah kita.
Setelah kita pahami akan semua ini masihkah kita berfikiran cukup dengan berfikir sampai palestina tetapi gerakan kita hanya di dalam masjid. Cukupkah kita hanya berfikir tuk mengubah masyarakat dunia tetapi kita hanya duduk manis di dalam syuro, cukupkah kita hanya berfikir tuk mewacanakan islam di dunia tetapi kita hanya berorasi di perempatan jalan. Jawabannya Cuma satu, “TIDAK”.
Lalu bagaimana?
Kita tentunya sudah sangat tahu bahwa kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebenaran yang acak-acakan. Setiap perlawanan yang kita lakukan tidak akan berarti apa-apa di mata musuh-musuh islam jika kita melakukannya secara parsial. Kita hanya akan dianggap setetes air yang mengenai dahi seekor gajah. Gak ngefek, paling Cuma dingin doang. Beda halnya kalau air itu berupa tsunami, jangankan gajah, engkongnya gajah sampe kandang-kandangnya pun akan ikut hancur terseret arus.
Saya bingung nih mau nulis apa lagi, saya yakin temen-temen jauh lebih paham dengan hal ini. Saya Cuma ingin mengingatkan saja jangan hanya sebatas pemikiran saja. Let’s do it.