Kajian Safari Ilmu di Bulan Ramadhan (Samudra), pada hari Senin tanggal 25 Maret 2024 dibersamai oleh 2 pembicara, yaitu Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc.,Ph.D, Staf Khusus untuk Urusan Ekonomi dan Investasi Transportasi Kementerian Perhubungan RI, dan Prof. Dr.Ir. Agus Taufik Mulyono, M.T.,IPU.,ASEAN.Eng., Guru Besar Fakultas Teknik UGM. Keduanya membawakan tema bertajuk “Penggunaan Transportasi Publik Berkelanjutan dalam Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca”
Wihana Kirana menyebutkan, peningkatan kendaraan pribadi di Indonesia rata-rata 8% pertahun dalam 5 tahun terakhir. Modal share angkutan umum di kota Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan, hanya berada dibawah 20% dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Bangkok, dan Kuala Lumpur. Tingkat kemacetan di Jakarta pun tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan Bangkok dan Mexico City. Hal ini mengakibatkan kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jakarta sebesar 65 T/tahun.
“Aktivitas ekonomi baru dapat berjalan dengan baik setelah berjalannya activity sustainable (energi hijau)” ujar Prof Wihana. Untuk mencapai sustainable tersebut, terdapat 3 tahapan yang harus dilakukan, yaitu standar perubahan dengan pendekatan holistic yang dibuat dengan tujuan agar masyarakat perkotaan tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi, seperti menerapkan sistem TOD (Transit Oriented Development), konsep ini diharapkan dapat menyediakan kawasan transit yang nyaman dan memberikan kemudahan bagi warga sekitar untuk melakukan aktivitas sehari hari. Kemudian, membuat moda-moda kendaraan umum seperti bus, MRT, Trans Jakarta, Commuter Line, dan Kereta Cepat, kendaraan umum tersebut telah mendapatkan subsidi dari Pemerintah agar masyarakat mulai beralih pada kendaraan umum. Lalu yang terakhir, electric vehicle, ekosistem ini harus diperluas guna menciptakan ruang hijau, kemudian pemerintah juga memperbaiki aturan-aturan yang ada, seperti memberi subsidi pada kendaraan listrik.
Untuk mencapai 3 hal tersebut, terdapat 5 syarat yang harus dimiliki. Pertama, semua mindset kita harus diubah, memperbaiki regulasi menuju sustainability, bisnis proses menggunakan proses digital tracking, organisasi, kurikulum berbasis hijau, dan insentif. Hal ini bertujuan agar semua pelaku ekonomi diatur dengan sustainability.
Taufik Mulyono juga menyampaikan, dalam membangun infrastruktur transportasi terdapat 4 karakter yang harus dipenuhi, dikembangkan untuk umur yang panjang, berupa jaringan atau network, digunakan bersama oleh publik, dan kualitas layanan akhir yang baik. “Saya ingin menyampaikan bagaimana pentingnya membangun transportasi yang humanistik” ujar beliau. Humanistic minded yaitu transportasi yang mampu mengedepankan nilai manusia dan nilai kemanusiaan untuk meningkatkan produksi ekonomi yang jauh lebih baik.
Kecelakaan yang disebabkan Pelanggar lalu lintas sebagian besar didominasi oleh 45,0% Milenial. Tetapi disisi lain, milenial memiliki potensi kekuatan besar untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik, yaitu mampu mengumpulkan massa, mengubah kekuasaan, mengubah trend, dan mengubah teknologi. Potensi ini dapat Mengubah Keadaan menjadi lebih baik.
Sebagian manusia di negara-negara maju sudah menyadari bahwa karbonisasi dapat menyebabkan berbagai persoalan, seperti pemanasan bumi yang menyebabkan permasalahan ekonomi, gagal panen dan sebagainya. Namun di Indonesia, menurut Taufik Mulyono, dekarbonisasi sulit dipersoalkan, karena salah satu akar masalahnya, yaitu budaya kita masih menganggap menggunakan mobil adalah status sosial.
Terdapat 3 penghasil karbon terbesar di indonesia, Pembangkit Listrik Tenaga Uap, Industri dan Transportasi. Karbonisasi mengakibatkan pemanasan global, yaitu kerugian sektor ekonomi, kerugian biodiversitas, pengaruh kesehatan manusia, ekosistem tidak stabil, kenaikan permukaan laut, perubahan pola cuaca. Persoalan akar permasalahan sosial budaya di Indonesia belum selesai sehingga sulit diselesaikan jika tidak ada kesadaran individu masing-masing.
Aksi Mitigasi Karbonisasi Transportasi dilakukan 3 kegiatan yang dilakukan Pemerintah, yang pertama, pengembangan angkutan umum, yang kedua, modal share (penambahan jumlah jaringan jalan), yang ketiga, menggunakan listrik sebagai energi di masa kini. “Sehingga nanti, jika ada angkutan umum, mari kita naik angkutan umum, selama angkutan umum tersebut memadai” tutup prof Agus. (Dzurrotunnisa/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif RDK)