“Mengolah Ide: Kiat Menulis Esai dan Narasi yang Menggugah” menjadi tema untuk Grand Event RDK 1445 H, yakni Menuang Kalam pada hari kedua, Minggu (31/3). Bertempat di Auditorium FMIPA UGM dan dibersamai oleh Iqbal Aji Daryono, Menuang Kalam kali ini membahas tentang bagaimana penulisan esai dan narasi di era digital ini. Sebagai seorang penulis yang aktif dalam beberapa web besar seperti detik.com serta aktif dalam mengungkapkan pemikirannya melalui postingan facebook, beliau berbagi cerita bagaimana awal mula perjalanan menulisnya.
“Tapi, jangan dianggap menulis, karena itu hanya mengetik dan menceritakan” tuturnya saat menceritakan bahwa beliau sebelumnya pernah menjadi salah seorang jurnalis di masa sekolahnya. Beliau juga menceritakan bagaimana pengalaman beliau menulis di berbagai macam platform media.
Dalam sesi pematerian ini, beliau mengungkapkan ada banyak alasan mengapa menulis menjadi populer. Diantaranya menjadi jejak intelektual, menjadi tanggung jawab sosial, mengasah daya pikir, sebagai personal branding untuk menambah value, serta bisa menjadi ladang penghasilan bagi para penulis itu sendiri. Jejak intelektual yang dimaksud disini adalah, penilaian orang lain terhadap kita berdasarkan apa yang kita ungkapkan dalam penulisan itu sendiri. Tanggung jawab sosial, berarti bahwa kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita tulis. Karena pada nyatanya, banyak sekali orang yang cepat percaya pada saat membaca judulnya saja, sebelum membaca isinya. Kalaupun membaca isinya, pasti mereka tidak menelaah kebenaran dari apa yang dituliskan, sehingga kita harus bertanggung jawab atas hal itu.
Mengasah daya pikir juga menjadi salah satu faktor kepopuleran dari penulisan. “Tidak sering orang yang secara sengaja belajar menulis untuk mencerdaskan dirinya sendiri” hal ini diungkapkan oleh Iqbal, kemudian dijelaskan jika sebenarnya dengan menulis kita tanpa sadar sedang mengasah pola pikir kita. Dikarenakan, kita menjadi lebih sering membaca apa yang kita tulis untuk memastikan bahwa tulisan kita sudah benar benar pas untuk dipublikasikan. Ada pula sebagai personal branding, yang memang banyak dilakukan oleh penulis yang ingin karyanya lebih dikenal lagi. Di era digital sekarang ini, banyak HRD yang tidak hanya mementingkan CV yang diberikan, tetapi juga mementingkan bagaimana calon karyawannya bersosial media. Sebagai ladang penghasilan juga menjadi alasan mengapa menulis banyak digemari. Banyak orang yang belum menyadari, jika dengan menulis, kita bisa menghasilkan uang sendiri tergantung dimana tempat publikasinya dan kontrak seperti apa yang dibuat sebelumnya.
Iqbal mengungkapkan jika di era digital saat ini, akan lebih baik jika menuliskan esai dalam bentuk pendapat. Karena, di saat ini, kita dapat memberikan pendapat kita secara lebih terbuka daripada di era cetak atau koran saat dahulu. Namun sangat disayangkan, banyak dari orang dengan intelektual tinggi yang tidak menuliskan pendapatnya dan hanya menjadi pembaca saja.
Iqbal Aji juga menjelaskan beberapa karakter publik digital sekarang ini. Seperti mudah merasa tidak nyaman, menurunnya stamina membaca dan berpikir, reaktif dimana biasanya orang menjadi lebih mudah terpancing emosinya, dan gampang berekspresi , kesetaraan yang anti-formal dan hirarki, kreator dan audiens yang semakin dekat karena dapat saling memberi pendapat serta masukan, lebih personal, dan semakin akrab dengan cerita yang disajikan oleh kreator tersebut. Selain itu, beliau juga memaparkan proses mengolah ide, dimana memang seharusnya ide diolah agar dapat menjadi tulisan yang menarik. Proses mengolah ide ini adalah melalui penelaahan objek, kemudian bersikap kritis dan logis terhadap objek tersebut, dan diakhiri dengan penyusunan bahasa.
“Kekuatan sebuah esai terletak pada perspektifnya. Objek bahasan bisa sama, tapi jika perspektifnya beda, ia sudah menjadi tulisan yang berbeda” ungkap Iqbal. Tipe tipe gagasan juga menjadi bahan perbincangan kali ini. Uraian persoalan dimana kita harus menguliti dan membongkar suatu permasalahan hingga nantinya kita tulis dan kita tuangkan dalam sebuah esai yang lebih menarik. Kemudian, ada pula interpretasi atas sesuatu, dimana ketika sesuatu itu mengganggu pikiran kita kemudian ingin dituangkan dalam tulisan dan disebarluaskan agar tidak banyak orang yang terjerumus atau terkena masalah yang sama. Perbincangan ini diakhiri dengan menunjukkan contoh contoh artikel yang sudah ditulis oleh Iqbal Aji Daryono. (Khairunnisa Hapsari/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif RDK)