Aksi Damai 23 Tahun Intifadha

palestine

Pagi yang cerah menjadi saksi perjuangan mahasiswa muslim yang tergabung dalam Jama’ah Shalahuddin (JS) UGM dan Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Intra Kampus (FSLDIK). Walau dengan jumlah yang tidak banyak, akan tetapi semangat membara tetap ditunjukkan untuk menyuarakan kemerdekaan atas bumi suci Palestina dalam aksi solidaritas pagi itu. Pagi itu bertepatan dengan satu hari setelah momentum hari Intifadha yang jatuh pada tanggal 8 Desember. Peristiwa Intifadha itu sendiri terjadi pada tanggal 8 Desember 1987, 23 tahun yang lalu, di distrik Jabalya, Jalur Gaza. Ketika itu dimulailah perlawanan umat Islam dengan menggunakan alat-alat sederhana apa adanya, seperti batu. Aksi ini di inisiasi oleh Jama’ah Shalahuddin selaku Lembaga Dakwah Kampus yang mendapatkan amanah sebagai Badan Khusus Isu Dunia Islam, sebuah badan yang dibentuk oleh Pusat Komunikasi Nasional Forum Silaturhim LDK dalam mengangkat dan memblow-up isu-isu dunia Islam, termasuk didalamnya ide untuk menyelenggarakan aksi ini.

Bertempat di Bunderan UGM, aksi berlangsung secara sederhana. Di awali dengan pembacaan tilawah oleh akhina Nasrullah, kemudian aksi dilanjutkan dengan pemberian taujih hamasah oleh akhina Defri, mas’ul Jama’ah Muslim Fisipol 2008 dan saat ini sebagai dewan pembina FSLDIK UGM, sebelum nantinya beberapa perwakilan dari Sentra Kerohanian Islam (SKI) dari beberapa fakultas memberikan orasi. Beberapa perwakilan fakultas yang hadir adalah fisipol, teknik, pertanian, ilmu budaya, dan ekonomi. Orasi yang disampaikan mengarah pada penyeruan agar umat islam tergerak hatinya untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina, dan satu suara untuk kemerdekaan Palestina

Setelah kesemua perwakilan SKI fakultas memberikan orasi , aksi dilanjukan oleh pernyataan sikap JS UGM dan FSLDIK oleh akhina Aqil selaku ketua Jama’ah Shalahuddin UGM 1431 H. Adapun beberapa poin yang menjadi titik tekan disini, antara lain :

  1. Jangan pernah tinggal diam untuk membela Palestina.
  2. Memberikan dukungan secara nyata untuk pembebasan Palestina.
  3. Pemerintah Indonesia benar-benar konsisten dengan amanah UUD 1945 yang menyatakan “penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Aksi pagi itu ditutup dengan do’a yang disampaikan oleh akhina Defri. Do’a terasa indah ketika saat itu dipanjatkan kehadirat-Nya. Semangat yang luhur untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina menjadi modal awal perjuangan. Di akhir aksi tidak lupa ada pengumpulan munashoroh sebagai bentuk kepedulian kita pada mereka.

Pada akhirnya, aksi ini adalah hanya satu bantuk kontribusi kepedulaian kecil kita bagi mereka, penduduk Palestina yang tertindas. Dimulailah dari diri sendiri kemudian berlanjut kepada lingkup yang lebih luas lagi untuk peduli pada permaslahan Palestina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.