Forum Mengeja Hujan #6: Budaya Ilmu dan Peradaban

Tulisan "Forum Mengeja Hujan" yang dihiasi gambar 2 payung dan rintik-rintik hujan

Forum Mengeja Hujan #6 bersama Ustadz Anton Ismunanto pada 5 Juni 2021. Rekaman seluruh kegiatan Forum Mengeja Hujan dapat diakses di bit.ly/RekamanFMH.


Negara yang baik, yang ingin memiliki masyarakat yang cerdas harus memasukkan budaya ilmu ke dalam sistem nilai dan falsafah pembangunan negara. Kemudian, pelaksanaan budaya ilmu lainnya adalah penghormatan kepada ilmuwan dan pendidik, merapatkan cendekiawan dengan masyarakat, pembacaan bermutu, budaya ilmu pemimpin, ilmu dalam membuat keputusan, peranan media masa, persediaan bahasa ilmu dan kegiatan terjemahan.

1. Sistem nilai dan falsafah pembangunan negara

Situasi kepemimpinan negara kita mengkhawatirkan ketika mereka mulai merawat buzzer-buzzer yang merawat kebodohan, mendukung kecenderungan emosional dalam memutuskan suatu permasalahan. Falsafah pembangunan negara adalah hal yang penting untuk praktik dunia ilmu di masyarakat.

2. Penghormatan kepada ilmuwan dan pendidik

Sekarang negeri yang dianggap memiliki pendidikan yang baik adalah Finlandia, sebenarnya aspek negatifnya ada banyak dan pemberian kebebasannya menurut Islam sudah tidak elok, karena bebas melakukan apa pun. Salah satu aspek positifnya dari pendidikan di Finlandia adalah penghormatan mereka terhadap guru. Refleksinya di negeri kita, yang dihormati justru artis bukan guru, hal tersebut menunjukkan bahwa penghormatan terhadap guru di negara kita belum memadai.

3. Mendekatkan cendekiawan dengan masyarakat

Usaha untuk memperkenalkan cendekiawan dan pemikir dari generasi ke generasi ke setiap lapisan masyarakat, kepada pelajar khususnya, contohnya adalah Taman Pintar di KM 0. Di Malaysia, ada hari peringatan untuk ulama dan pemikir sebagai upaya untuk mengenalkan seseorang yang telah berjasa di masa lampau kepada masyarakat.

4. Pembacaan bermutu

Karya-karya yang bermutu perlu diperkuat, karena sekarang banyak karya yang kurang bermutu yang dapat merusak pikiran pembaca beredar di masyarakat. Banyak ide besar telah membawa perubahan yang hebat, sehingga penting untuk menyediakan buku-buku yang bermutu ke masyarakat.

5. Budaya ilmu pemimpin

Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang terdidik, mereka harus menjadi penaung proyek keilmuan, bukan sekadar menampakkan muka, tetapi sebagai pembentang. Pemimpin yang tidak memiliki pengetahuan luas dan mendalam akan menjadi seseorang yang diperalat oleh kumpulan orang yang berkepentingan. Hal tersebut dapat berakibat berubahnya peraturan-peraturan dan memberikan mereka keuntungan sementara tetapi mengorbankan masa depan rakyat dan negara.

6. Ilmu dalam membuat keputusan

Dalam masyarakat berbudaya ilmu, keputusan dibuat secara rasional bukan atas permainan politik, kekuatan kedudukan atau paksaan.

7. Peranan media

Media massa dan media sosial bertanggung jawab untuk mengarahkan nalar masyarakat bukan mengerdilkan pemikiran masyarakat. Ketika media mampu menghadirkan acara yang bermutu, hal tersebut menunjukkan hasil literasi yang baik. Hanya sedikit acara di Indonesia yang dapat digolongkan sebagai acara yang bermutu, contohnya Mata Najwa. Acara tersebut menunjukkan bahwa Najwa Shihab adalah seorang yang well-literated.

8. Persediaan bahasa ilmu dan kegiatan terjemahan

Kemampuan berbahasa juga merupakan hal yang penting. Sebagai muslim, kita memiliki 2 tanggung jawab, yaitu menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris. Bahasa Arab membuat kita mampu menjangkau masa lalu kita, dasar-dasar diri kita dalam kitab para ulama. Sementara kemampuan berbahasa Inggris dapat membuat kita membaca kemodernan dunia. Semua hal tersebut penting untuk mengembangkan budaya ilmu di masyarakat


Forum Mengeja Hujan

Sebelumnya: Forum Mengeja Hujan #5: Budaya Ilmu dan Peradaban (29 Mei 2021)

Selanjutnya: Forum Mengeja Hujan #7: Budaya Ilmu dan Peradaban (12 Juni 2021)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.