Dadan Kusdiana dan Tumiran Menjelaskan Tantangan Peralihan Ketergantungan Energi Fosil menuju Energi Terbarukan

Ramadhan Public Lecture (23/3) pada kegiatan RDK 1445 H dengan tajuk “Urun Rembuk Nasional Masa Depan Transisi Energi di Indonesia”. Diskusi panel malam ini dipimpin oleh Prof. Dr. Eng. Deendarlianto, S.T., M.Eng. (Guru Besar Fakultas Teknik UGM) dengan pembicara Dr. Ir. Dadan Kusdiana, M.Sc. (Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM) dan Prof. Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D. (Guru Besar Fakultas Teknik UGM). Energi merupakan tantangan besar yang harus dihadapi oleh seluruh negara di dunia. Energi menuntut tantangan dalam banyak aspek, seperti keilmuan, ekonomi, regulasi, dan industri, juga menantang komunitas dalam lingkup skala nasional atau internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, energi fosil menjadi sumber daya utama yang digunakan dalam banyak aspek kehidupan.

 

Data Climate Council menyebutkan bahwa adanya peningkatan suhu bumi per tahunnya mencapai 2 derajat celcius akan berdampak pula pada kenaikan air laut sebanyak 1 cm per tahun. Apabila dihitung secara global, peningkatan suhu bumi menyebabkan 14% populasi manusia akan merasakan panas ekstrim akibat perubahan iklim, 4% hewan vertebrata punah akibat persaingan pangan dan kondisi lingkungan, 90% terumbu karang berkurang akibat peningkatan suhu dan keasaman air laut, resistensi virus dan bakteri penyebab penyakit meningkat. Sedangkan dampak dari kenaikan air laut dapat menyebabkan hilangnya pulau-pulau kecil dan ada penyempitan wilayah daratan, khususnya pada negara kepulauan seperti Indonesia. Dr. Ir. Dadan Kusdiana, M.Sc. menyinggung bahwa masalah tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia yang menjadi penyebab utama banyak terjadinya kerusakan di bumi salah satunya adalah efek gas rumah kaca. Emisi karbon dari banyak kegiatan manusia yang masih menggunakan energi kotor menyebabkan peningkatan suhu bumi, sebagai contoh, penggunaan kendaraan bermotor per 1 liter bahan bakar fosil yang digunakan menghasilkan CO2 sebanyak 2,5kg. 

 

Dadan Kusdiana mengutip Q.S Al-A’raf ayat 56 yang artinya “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”. Berdasarkan ayat tersebut, penggunaan energi berbasis karbon harus digeser menggunakan energi yang lebih bersih seperti ekonomi berbasis karbon yang akan menyisakan emisi tersebut diganti menjadi less carbon atau carbon neutral. Disampaikan bahwa walau belum sepenuhnya dapat menggunakan energi bersih, Indonesia sudah berusaha untuk meminimalisir emisi yang dihasilkan sebab harga untuk beralih ke energi bersih seperti angin, surya, nuklir, dan geothermal di Indonesia masih terlalu mahal sehingga masih menggunakan energi fosil sebagai penunjang banyak sektor. 

 

Walaupun masih menggunakan batu bara karena harganya yang murah dan mengoptimalisasi peran PLTU sebagai penyumbang listrik terbesar, sebelum menuju penggunaan energi bersih, kementerian ESDM sendiri menyatakan bahwa sedang dilakukan transisi energi menggunakan gas alam sebagai pengganti minyak fosil sebab emisi yang dihasilkan lebih sedikit. Berkaca dari ayat yang beliau kutip, Dadan Kusdiana menegaskan, inilah upaya yang pemerintah lakukan untuk mengurangi emisi karbon yang menyebabkan banyak masalah di bumi dengan mengoptimalkan dan memanfaatkan semua potensi sumber daya yang Indonesia miliki sebagai lonjakan awal transisi energi seperti penggunaan kendaraan listrik dan motor listrik walau listrik Indonesia masih disupply oleh PLTU, emisi yang dihasilkan dari penggunaan listrik lebih rendah dari pada penggunaan minyak fosil. Selain itu, dikaji pula mengenai optimalisasi dan mengambangkan potensi energi terbarukan seperti tempat penyimpanannya atau pengaturan aliran energinya sehingga harapannya akan tercapai efisiensi energi. Dadan Kusdiana juga mengharapkan adanya pengistirahatan PLTU apabila telah ditemukan mekanisme perputaran dana untuk terus mengoptimalisasi semua sumber energi terbarukan yang kuantitas dan efektif dimiliki Indonesia miliki yaitu energi surya, air, dan geothermal.

 

Tumiran melengkapi diskusi malam ini dengan menyatakan bahwa “Al-Quran semakin dipahami semakin diyakini pula kalau kalimat Allah adalah nyata”.  Penemuan mesin uap pertama menyebabkan penggunaan sumber tenaga makhluk hidup seperti tenaga kuda atau sapi dialihkan menjadi pemakaian sumber daya alam, saat itu batu bara ramai dipakai. Tetapi dalam satu dekade terakhir, dampak dari penggunaan sumber daya alam batu bara, minyak, dan gas disadari menyebabkan adanya perubahan iklim. Saat itu, hanya ilmuwan saja yang menyadari akan hal tersebut, pengekplolitasian batu bara untuk pembangkit listrik tetap untuk manfaat kehidupan manusia, meningkatkan kesejahteraan, memudahkan dan kenyamanan transportasi. Namun, lama kelamaan manusialah yang terdampak sendiri dari ulah pengurasan batu bara yang berlebih untuk kehidupan sehari-hari.

 

Manusia diberi akal dan ilmu pengetahuan oleh Allah untuk memperbaiki apa yang mereka rusak, dalam hal ini Tumiran menegaskan kaum terdidik, mahasiswa, dosen, dan ilmuwan harus mulai memberi paham mengenai transisi energi terbarukan ini. Transisi energi merupakan keinginan untuk membenahi dan tidak memperburuk keadaan, menjaga apa yang tersisa tanpa merusak bumi dengan terus mengambil sumber daya yang berlebihan. Penggunaan energi terbarukan seperti pemanfaatan kekuatan angin, arus aliran sungai, sinar matahari, dan geothermal memerlukan teknologi untuk mengkonversikan energi tersebut menjadi energi siap pakai, yang paling utamanya adalah listrik.

 

Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan, namun sumber daya manusia juga harus ditingkatkan untuk memproses material menjadi peralatan konversi yang siap digunakan. Beliau menyatakan bahwa “Untuk mencapai transisi energi, diperlukan akselerasi per tahun, penetapan kebijakan pemerintah yang mendukung, tidak hanya kementrian ESDM saja, kementerian yang lain harus mendukung transisi energi, seperti kementrian industri”. Harapannya, dalam kesempatan transisi energi di indonesia, keilmuan harus dikembangkan untuk mengembangkan manufaktur baru untuk mengolah energi terbarukan menjadi energi siap pakai, kemudian dijadikan bisnis baru dalam sektor energi terbarukan, kesempatan transisi energi ini menjadi kesempatan kaum terdidik berekspresi. Beliau juga menekankan, apabila hal tersebut ditekuni, akan berdampak besar kedepannya untuk Indonesia dalam sektor energi terbarukan.

(Hafifah Nur Ainiyah/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif  RDK)

 

 

 

Saksikan videonya berikut ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.