Ustaz Syatori Menyebutkan Hati yang Kuat Akan Menjadikan Susah dan Senang sebagai Kebaikan

Mimbar subuh yang berlangsung pada hari Rabu, (27/03) atau 17 Ramadhan 1445 H yang bertempat di Masjid Kampus UGM menghadirkan Ustadz Syatori Abdurrauf sebagai pembicara dengan membawa tajuk “Metode Penguatan Hati sebagai Upaya Pengembangan Kualitas Manusia.” Beliau memaparkan bahwa bagi orang yg memiliki hati yang kuat akan menjadikan susah dan senang sebagai kebaikan, kebaikan yang dirahmati Allah.

 

Hati yang kuat merupakan hati yang selalu melihat, menyimpulkan, menerima dan merasakan  apapun yang terjadi dalam hidup ini sebagai rahmat Allah. Rahmat Allah berupa kasih sayang yang mampu menjadikan hal apapun menjadi kebaikan. Hal ini dicontohkan ketika sebagian orang yang hatinya kuat akan menganggap sehat dan sakit merupakan rahmat Allah, karena dengan sehat kita bisa menolong orang, beribadah, dan belajar. Begitupun dengan sakit, karena kita memiliki kesempatan untuk sabar, ikhlas, dan ridho terhadap apa yang allah berikan.

 

Dalam Q.S. al – A’raf: 156 dijelaskan bahwa “rahmat-Ku meliputi segala sesuatu”. Agar kita memiliki hati yang kuat, maka kita harus menguatkan hati dengan amal yang dilakukan karena taat kepada allah. Sebaliknya, jika amal yang dilakukan bukan karena Allah, justru bisa melemahkan hati. Rasulullah saw. mengatakan bahwa, “Orang yang kuat, ialah orang yang mampu menahan nafsunya”. Manusia dapat dikatakan memiliki hati yang kuat, apabila mampu menahan amarahnya, menahan emosinya, karena dapat mengendalikan hawa nafsu ketika sedang dilanda rasa amarah. 

 

Taat tidak bisa secara otomatis menguatkan hati. Banyak orang yang terlihat taat, rajin ibadahnya, gemar berbuat kebaikan, tetapi hatinya tidak taat kepada Allah. Kemudian bagaimana agar hati kita juga ikut taat terhadap Allah? Taat yang dapat menguatkan hati adalah taat yaang dibingkai dalam segitiga rahmat. 

 

Segitiga Rahmat meliputi; Pertama, melakukan ketaatan semata mata karena rahmat Allah Swt. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Quran surah An-nisa, ayat 83 “Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah engkau mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu)”. Dalam ayat tersebut sangat jelas, bahwa ketika kita melakukan suatu kebaikan harus mengakui bahwa kebaikan tersebut karena rahmat dari allah.

 

Yang kedua, Hanya mengharapkan rahmat Allah ketika kita melakukan suatu kebaikan. Harapan yang tidak akan membuat kita kecewa adalah harapan kepada Allah, karena apapun hasilnya, kita sudah memasrahkannya kepada Allah. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah” (Q.S Al-Baqarah: 218)

 

Yang ketiga, Bahagia di dalam amal karena rahmat Allah tanpa melihat hasil dari amal. Pujian orang tidak menambah kebahagian kita, dan cacian orang tidak mengurangi kebahagiaan kita, karena yang membuat kita bahagia adalah beramal dengan Allah sebagai tujuannya. “Tanpa segitiga rahmat, sebanyak apapun amal taat, tidak akan membuat hati kita menjadi kuat” tutup Ustadz Syatori. (Dzurrotunnisa/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif RDK)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.