Sinyo Egie Ungkap Proses Terjadinya Penyimpangan Seksual

Kajian terkait fenomena LGBT dibahas dalam agenda harian ke-24 RDK UGM 1445 H, pada sesi Samudra (Safari Ilmu di Bulan Ramadan), Selasa (2/4/24). Bersama seorang Konselor dan Founder Peduli Sahabat, Sinyo Egie, S.Pd., M.Psi., yang mengupas tuntas tema “Meninjau Fenomena LGBT dalam Perspektif Islam dan Psikologi.” Beliau mengkaji tema tersebut dari oerspektif ilmu pengetahuan dan agama Islam dalam 3 pembagian: orientasi, tindakan, dan identitas seks. 

 

Secara ilmu pengetahuan, orientasi seks adalah hasrat yang berkaitan dengan reproduksi manusia. Pembagian orientasi seks di ilmu psikologi lama terbagi menjadi 4 berdasarkan jenis kelamin. Orientasi pertama adalah heteroseksual, yaitu seseorang yang punya hasrat pada lawan jenis. Kemudian, homoseksual, yaitu tertarik pada sesama jenis. Ketiga, biseksual yang secara seks tertarik pada 2 jenis kelamin. Terakhir, aseksual yaitu tidak mempunyai hasrat seks. 

 

Orientasi yang bermacam-macam melahirkan 3 teori berbeda menurut sudut pandang ilmu pengetahuan. Pertama, teori tumbuh kembang seseorang hanya dipengaruhi oleh faktor biologis. Namun, hal itu ditentang dalam penelitian tahun 2019 yang menunjukkan tidak ditemukannya DNA atau gen yang menurunkan orientasi seks. Kedua, perilaku manusia dipengaruhi hanya oleh faktor pendidikan, sosial psikologisnya. Ketiga, tumbuh kembang seseorang itu dipengaruhi oleh kedua poin tersebut. 

 

Lain halnya dalam perspektif Islam. Setidaknya terdapat 2 poin utama. Pertama, hadiitsun nafs, yaitu bisikan hati yang didorong oleh adanya faktor bangsa malaikat dan jin di manusia. Hukum perkara ini tidak ada hubungannya dengan pahala dan dosa karena masih bisikan yang bukan dari diri sendiri melainkan faktor luar. 

 

“Selama kita belum bisa memanipulasi, itu bukan dari kita, itu namanya bisikan hati,” tekan beliau yang melanjutkan bahwa orientasi seks termasuk dalam hadiitsun nafs ini. Sedangkan tindakan seks menurut ilmu pengetahuan adalah perilaku dimana kita sudah bisa memanipulasi sebagai manusia mulai dari pikiran. 

 

Melanjutkan poin kedua, setelah hadiitsun nafs ada al-hamm yang artinya keinginan. Seperti berkebalikan, Al hamm sudah dihitung pahala atau dosa karena merupakan pilihan. Di atasnya ada niat, hingga pada tingkatan selanjutnya berupa sebuah tindakan. 

 

Sinyo Egie menjabarkan 6 pola umum alasan bisa terjadinya tindakan seks sesama jenis. Pola 1, bahwa memang dari dalam dirinya sudah mempunyai ketertarikan seks sesama jenis. Ciri-ciri yang dapat diamati pada laki-laki adalah kecondongannya dalam berperilaku seperti perempuan, pola ini biasanya terbentuk dari gaya hidup semasa kecil dan metroseksual tuntutan lingkungan. Berbeda halnya dengan laki-laki homoseksual yang berperan sebagai “lelaki,” ciri-cirinya dapat dilihat dari caranya memandang. 

 

Pola 2 yaitu faktor biologis. Padahal jelas Allah Swt., mengatakan bahwa keburukan datang dari manusia bukan dariNya. Faktor ini bahkan bisa sampai dilakukan tindakan pemeriksaan hormon karena adanya perbedaan pada biologisnya.

 

Pola 3 ialah terkait produksi hormon lelaki yang mempengaruhi perilaku lainnya. Beliau berpendapat bahwa stresnya laki-laki dapat lari antara pada kegiatan makan, narkoba, dan seks, untuk menenangkan diri. 

 

Pola 4 dapat muncul dari lingkungan pertemanan, yaitu pencarian cinta. Terlebih jika tidak mendapat cukup kasih sayang di keluarga. Hal tersebut mendorong perlunya mengetahui ciri-ciri jatuh cinta, terkhusus bagi perempuan.

 

Pola 5 termasuk dalam uncategorized (belum bisa dikategorikan). Pola ini dipengaruhi oleh banyaknya orang yang mulai meninggalkan nilai-nilai Islam. Termasuk di dalamnya adalah tertinggalnya pendidikan seksualitas yang sepatutnya mulai diajarkan sejak umur 0–16 tahun. 

 

Pola 6 Bapak Sinyo menyatakan bahwa belum bisa menjelaskan secara ilmiah karena pengaruhnya berhubungan dengan jin. 

 

Bahasan terakhir yaitu identitas seks yang berkaitan dengan Undang-Undang, norma masyarakat, dan kepercayaan masing-masing individu. Seiring berkembangnya waktu yang pada awalnya identitas hanya terbagi antara laki-laki dan perempuan, menjadi munculnya jenis lain yang kemudian disebut sebagai LGBT+. 

 

Kutipan pesan sekaligus nasihat di akhir kajian Samudra ialah, “Yang kita bantu adalah orang-orang yang mempunyai orientasi seks heteroseksual yang ingin tetap menjadi straight. (Hanifah/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif RDK)

 

 

 

Saksikan videonya berikut ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.