Tika Faiza Kaitkan Fenomena Inner Child dengan Kisah Para Nabi

SAMUDRA kembali hadir dengan menghadirkan Tika Faiza, M.Psi., praktisi psikologi klinis, pada Senin, 1 April 2024. Beliau memberikan materi seputar kesehatan mental dengan tema “Memahami Inner Child: Mengobati Luka Masa Kecil sebagai Upaya Mencegah Gangguan Mental.” Pertama, beliau mengajak untuk selalu bersyukur pada setiap keadaan karena bersyukur merupakan amalan sunnah dan sebagai prevensi yang sangat kuat bagi seorang muslim agar tidak jatuh pada emosi yang negatif. 

 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan mengucap hamdalah pada setiap situasi, baik dalam keadaan suka maupun duka. Ketika seseorang dihadapkan dengan kebahagiaan,  maka dianjurkan untuk mengucapkan ‘Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush-sholihat’ dan mengucap ‘Alhamdulillah ala kulli hal’ ketika mengalami sesuatu yang kurang menyenangkan. Ucapan tersebut akan memberikan vibe positif pada orang yang mengamalkannya. Seseorang akan berpikir bahwa segala sesuatu berjalan sesuai skenario Allah sesuai takaran yang tepat, sehingga seseorang selalu melihat kebaikan dalam setiap kejadian. Dengan pikiran positif, akan mengantarkan seseorang memiliki perilaku positif dan akan mempengaruhi kesehatan mentalnya pula.

 

Terkait kesehatan mental, beliau menjelaskan beberapa kriteria mental yang sehat, yaitu merasa senang dan bahagia, mampu menghadapi stres harian, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sehari-hari, mampu menerima kelebihan dan kekurangannya (karena akan berbahaya jika terlalu fokus pada kekurangan tanpa menyadari potensi yang Allah berikan), serta sibuk dengan hal-hal yang bermanfaat. Seseorang yang disibukkan dengan hal yang tidak bermanfaat, seperti bermain game online, K-POP, dan lain-lain secara berlebihan hingga kecanduan, maka otaknya akan terpengaruh dan akan menghambat aktivitas hariannya. Kemungkinan negatif yang terjadi adalah seseorang menjadi malas, kurang semangat, apatis, dan kurang khusyu’ dalam beribadah. Beliau juga menyampaikan beberapa faktor pembentuk proses kesehatan mental, seperti diri sendiri (rekaman memori dan cara menggenapkan ilmu dalam akal), keluarga, komunitas, dan lingkungan masyarakat.

Beliau menjelaskan bahwa seluruh aspek kehidupan sudah diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai suri tauladan, bahkan mengenai inner child. Pada mulanya, istilah inner child lebih dikenal dengan istilah adverse childhood experiences dan bukan merupakan istilah ilmiah. Secara umum, istilah inner child digambarkan sebagai sisi anak kecil yang terjebak pada orang dewasa, sedangkan dalam sudut pandang Islam, hal tersebut berarti tahayul (kepercayaan kepada sesuatu yang tidak nampak atau gaib). 

 

Menurut beliau, terdapat beberapa bentuk perlakuan tidak menyenangkan kepada anak, seperti kekerasan yang bersifat emosional (emotional abuse), kekerasan fisik (physical abuse), kekerasan seksual (sexual abuse), dan kekerasan domestik seperti perceraian orang tua. Al-Qur’an juga telah memberikan wujud nyata terkait permasalahan tersebut seperti yang dialami para nabi terdahulu. Beliau menyinggung kisah Nabi Yusuf ‘alaihi salam yang mendapat berbagai perlakuan tidak menyenangkan dari para saudaranya ketika masih kecil. Tidak sampai di situ, dalam hidupnya, beliau selalu mendapat cobaan yang berat. Namun, dengan kesabaran dan keikhlasannya, Nabi Yusuf ‘alaihi salam mampu melewatinya. Dari kisah tersebut menandakan bahwa tidaklah Allah menguji hamba-Nya di luar batas kemampuan. Beliau menambahkan, “Allah memberikan kemampuan berpikir bagaimana memaknai setiap peristiwa dalam kehidupan dengan positif, akan selalu ada harapan positif terhadap masalah yang dilalui.”

 

Sebagai penutup, beliau menjelaskan tentang anjuran berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidain) dengan mengutip Q.S. Al-Isra ayat 23 yang artinya “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orangtua.” Allah telah mengatur bagaimana seorang anak berperilaku terhadap orang tuanya dan mengatur cara orang tua mendidik anaknya. (Efi Munasifah/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif RDK)

 

 

 

Saksikan videonya berikut ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.