Ahmad Rivai: Allah Menginginkan Kita Menjadi Manusia yang Seimbang

Kajian Safari Ilmu di Bulan Ramadhan (Samudra), pada hari Minggu tanggal 31 Maret 2024 atau 22 Ramadhan 1445 H yang bertempat di Masjid Kampus UGM menghadirkan Zaky Ahmad Rivai, S.H., M.H yang merupakan Ketua Umum PP KAMMI sebagai pembicara dengan membawa tajuk “Manajemen Produktivitas Muslim dalam Upaya Membangun Peradaban”. 

 

Allah menginginkan kita menjadi manusia yang seimbang (Tawazun), hal ini tertulis dalam Q.S.  Al-Hadid: 25 “Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami menurunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil”. Allah memerintahkan hambanya untuk berbuat adil, karena sesungguhnya keadilan akan mendekatkan diri kepada takwa. Langkah pertama menjadi muslim yang produktif, yaitu adil. Adil terhadap pemikiran dan dirinya sendiri, karena dengan adil, maka terbentuklah kesadaran diri bahwa segala sesuatu harus dilakukan secara proporsional. Prinsip tawazun harus kita terapkan dalam kehidupan sehari hari. 

 

Yang kedua, yaitu tawassuth, dalam  Q.S. Al-Baqarah: 143, Allah berfirman, Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatan kamu”.  Tugas umat moderat ini yaitu menjadi saksi (dapat menilai apakah ini benar atau salah menurut Al-Qur’an dan Hadist). Pada dasarnya manusia itu pasti merugi. Lantas bagaimana caranya agar menjadi manusia yang tidak merugi? Yakin terlebih dahulu terhadap Allah (beriman kepada Allah) kemudian ikuti dengan perbuatan amal sholeh dan saling menasehati dalam kebenaran, niscaya kita tidak termasuk menjadi manusia yang merugi.

 

Yang ketiga, yaitu i’tidal (menerapkan keadilan dalam kehidupan) “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah dan saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan” Q.S.Al-Maidah: 8. Terdapat beberapa aspek yang mencerminkan sikap i’tidal, yaitu mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan nilai-nilai kebangsaan dan keindonesiaan, menggunakan dalil naqli dan dalil aqli secara proporsional, mencari nafkah semaksimal mungkin dengan cara halal dan berkah, tidak berlebihan dalam menilai sesuatu, tidak mudah menghakimi perbedan, tidak mendikotomi pelajaran ilmu agama dengan ilmu-ilmu lain dan yang terakhir, yaitu berakhlakul karimah sesuai dengan tuntunan syariat serta menyesuaikan diri dengan adat istiadat setempat. Itulah aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam i’tidal.

 

Yang terakhir, yaitu tasamuh (toleransi), toleransi yang dimaksud tidak hanya dalam perkataan saja tetapi juga ditunjukan dalam bentuk perbuatan. Toleransi tidak hanya sekedar ucapan tapi bagaimana kita memberikan ruang, memberikan keleluasaan. (Dzurrotunnisa/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif RDK)

 

 

 

Saksikan videonya berikut ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.