Tak terasa minggu ini, kita telah memasuki Bulan Dzulhijjah, salah satu bulan yang di dalamnya memiliki keutamaan ibadah lebih dibandingkan bulan lainnya. Allah ta’ala berfirman dalam surat Al-Fajr : 1-2, yang artinya:”Demi Fajar,demi malam yang sepuluh.” Menurut beberapa ulama, seperti Ibnu Katsir, Ibnu ‘Abbas, serta Mujahid Bin Zubair, menafsirkan bahwa malam yang sepuluh yang dimaksud pada surat ini adalah sepuluh malam pertama di Bulan Dzulhijjah.
Tidak sedikit yang mengidentikkan Bulan Dzulhijjah atau yang lebih dikenal dengan Bulan Haji ini dengan hanya sebatas mengerjakan beberapa amalan ibadah khusus saja. Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wassalam berkata: “Tidak ada hari yang dimana amalan-amalan sholeh di dalamnya lebih disukai di sisi Allah daripada sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah ini,” kemudian para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah pun juga tidak termasuk (pahalanya paling besar)?” Rasulullah menjawab, “bahkan jihad di Jalan Allah tidak sebanding pahalanya dengan mengerjakan amalan-amalan soleh di hari ini kecuali jihadnya seseorang yang keluar di jalan Allah dengan segenap jiwa raga dan hartanya kemudian dia kembali tidak membawa apapun.” (HR.Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Imam Ahmad dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhuma Rasulullah bersabda: “Tidak ada suatu hari yang lebih mulia dan lebih disukai oleh Allah SWT amalan-amalan di dalamnya dari sepuluh hari ini, maka perbanyaklah di dalamnya tahlil,takbir dan tahmid.”
Amalan- Amalan yang dianjurkan pada keutamaan Sepuluh Hari Pertama di Bulan Dzulhijjah
Sebagaimana telah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam sampaikan bahwa jihad di jalan Allah ta’ala tidak sebanding dengan amalan-amalan sholeh yang dilakukan di sepuluh hari ini kecuali seseorang yang keluar berjihad di jalan Allah, kemudian dia meninggal di dalam jihadnya, maka itulah amalan paling besar derajatnya di Sisi Allah dibandingkan dengan amalan-amalan lainnya. Ibnu hajar meriwayatkan: “Sesungguhnya sepuluh hari pertama ini dimuliakan oleh Allah karena di dalamnya berkumpul induk ibadah yang tidak bisa ditemukan di hari yang lain seperti shalat, shodaqah, puasa, berkurban, dan ibadah haji. Berikut beberapa amalan yang dianjurkan pada sepuluh hari di bulan Dzulhijjah ini:
- Memiliki Keinginan yang besar dalam memanfaatkan waktu yang penuh dengan fadhilah (keutamaan) ini dengan kembali kepada Allah dan bertaubat dengan sebenar-benar taubat.
- Menjaga dan melaksanakan ibadah wajib. Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhya Allah ta’ala berfirman : Siapa yang memusuhi waliKu maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidaklah seorang hambaKu mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai kecuali dengan ibadah yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.“ (HR.Bukhori)
- Menjaga dan melaksanakan amalan-amalan sunnah seperti dzikir, membaca Al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Allah ta’ala berfirman dalam Surat Al-Hajj:28 yang artinya: “Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak”. Menurut Ibnu Abbas, juga Imam Bukhari mengatakan bahwa beberapa hari yang telah ditentukan di sini adalah sepuluh hari pertama di Bulan Dzulhijjah. Imam Bukhari juga menjelaskan dalam hadistnya bahwasanya ketika datang sepuluh hari ini, Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar serta mengucapkan takbir dan menyeru kepada manusia untuk bertakbir.
- Berpuasa sunnah dan Puasa Arafah. Diriwayatkan Abu Daud dari Hanidah bin Kholid dari istri-istri Rasulullah Shallallhu’alaihiwassalam berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihiwassalam berpuasa pada 9 Dzulhijjah, Hari ‘Assyura, tiga hari di setiap bulan: hari Senin pertama pada awal bulan dan Hari Kamis.” Adapun Puasa Arafah yaitu puasa pada tanggal 9 dzulhijjah memiliki manfaat yang besar sebagaimana Hadist Rasulullah Shallallahu’alaihiwassalam, “Puasa pada Hari Arafah, saya meminta kepada Allah agar menghapuskan dosa hambanya yang berpuasa pada satu tahun sebelumnya dan pada satu tahun setelahnya”.(HR. Muslim & Tirmidzi). Dan pada hari ini juga, hari dimana Allah paling banyak membebaskan hambanya dari siksaan api neraka (HR.Muslim).
- Ibadah Haji bagi yang mampu. Dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda: “Ibadah umroh ke umroh selanjutnya menghapuskan dosa pada waktu yang terdapat diantaranya dan tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.”(HR. Muslim). Di sini terdapat perbedaan pendapat para sahabat tentang makna dari haji mabrur, namun sebagian besar mengatakan bahwa haji mabrur adalah ibadah yang di dalamnya tidak terdapat dosa ketika melakukannya dan ada juga pendapat yang mengartikan adanya perubahan sikap setelah melaksanakan ibadah haji serta tidak mudah melakukan kemaksiatan bagi jamaah haji, juga tidak dicampuri dengan perbuatan riya di dalamnya (melaksanakan ibadah haji).
- Shalat Idul Adha yang dilaksanakan pada pagi hari idul Adha. Disunahkan pada Hari Idul Adha agar manusia menjaga rambut dan kukunya (tidak memotongnya pada hari ini).
- Berkurban, wajib hukumnya bagi orang yang mampu untuk berkurban sebagaimana perkataan Ibnu Qoyyim, “Barangsiapa yang memiliki harta (kemampuan) dalam berkurban kemudian dia tidak mengeluarkannya, maka janganlah dia mendekati musholla kami. (HR.Ahmad dan Ibnu Majid).
Sesungguhnya betapa banyak amalan-amalan yang bisa kita lakukan untuk memanfaatkan keutamaan sepuluh hari pertama Bulan Dzulhijjah, maka kita dianjurkan untuk bisa mengerjakan sebanyak-banyaknya amalan soleh di hari ini sesuai dengan kemampuan, agar Allah memberikan kita pahalaNya sebeser-besarnya.
Wallâhu ‘alam bish-shawâb.