Ridwan Hamidi: Perbedaan Itu Tidak Menghambat Ukhuwah

Mimbar subuh pada Jum’at, (29/03), membahas mengenai ukhuwah dengan narasumber Ridwan Hamidi, Lc., M.P.I., M.A. yang merupakan Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Yogyakarta. Indonesia merupakan negara dengan berbagai jenis keberagaman, seperti suku, adat, dan budaya. Keragaman ini dapat diibaratkan seperti pelangi, pelangi itu indah karena warnanya yang beragam. Jika hanya ada satu warna maka pelangi tidak akan nampak indah. 

 

Keberagaman akan menjadi harmoni jika dirangkai dengan ukhuwah. Sebagaimana dalam firman Allah Swt Q. S. Al-Hujurat : 13 yang artinya “hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Pada ayat ini Allah Swt. menciptakan manusia dalam jenis laki-laki dan perempuan serta berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Maka mengenali perbedaan dan keberagaman merupakan wujud dari ukhuwah. Seseorang yang diikat dalam ukhuwah akan berada diatas mimbar-mimbar cahaya. Ini merupakan salah satu cara Allah Swt. untuk memuliakan orang yang merajut ukhuwah.

 

Perbedaan tidak hanya ada di Indonesia tetapi juga di belahan dunia lain. Perbedaan tidak menjadi pemisah dalam ukhuwah. Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad telah mengenalkan perbedaan dari zaman dulu dan cara menyikapi perbedaan tersebut. Imam Syafi’i menjelaskan kepada muridnya jika mendapati perbedaan, maka perlu diketahui bahwa persamaan yang ada lebih besar dibandingkan perbedaan. Dengan begini, dapat diketahui bahwa peluang untuk merajut ukhuwah lebih banyak daripada perbedaan. Perbedaan jangan sampai mengusik kebersamaan yang telat dirajut selama ini.

 

Terakhir, dalam kajiannya bapak Ridwan Hamidi memberikan sebuah cara meminimalisir terjadinya konflik dalam perbedaan, yaitu diperlukannya perjalanan untuk melihat perbedaan yang ada di negara lain agar kita dapat melihat bahwa perbedaan itu biasa-biasa saja dan bukan merupakan sebuah masalah. (Jullanar Hanun/Editor: Hafidah Munisah/Foto: Tim Media Kreatif RDK)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.